Malang Posco Media–Lebih dari 23 tahun Pondok Pesantren Al-Rifa’ie Ketawang Gondanglegi Kabupaten Malang menjadi salah satu pondok pesantren (ponpes) ternama di Kabupaten Malang. Upaya menghasilkan sumberdaya manusia yang dibekali ilmu agama namun juga adaptif dengan perkembangan zaman memacu Al-Rifaie berkembang pesat. Hal tersebut yang membuatnya kini dikenal sebagai salah satu pondok modern.
Memasuki area pondok pesantren Al-Rifa’ie disambut ramah para santri dan pengurus pondok. Pesantren yang berlokasi sekitar 11 Km dari Kepanjen itu berdiri sejak tahun 1999. Dengan ribuan santriwan dan santriwati, pembelajaran yang maju nan tetap bernilai agamis begitu terasa.
Begitu pula dengan pengurus pondok pesantren yang ramah. Seperti ketua yayasan, Dr KH Ahmad Muflih Zamacsyari MM dan Dr Ny Hj. Luluk Zahrotul Maulidiyah M.Pd, Sabtu (25/3) lalu.
Ruangan tempat Ahmad Muflih menyambut tamu merupakan ruangannya sehari-hari. Dilengkapi peralatan monitor dan komputer serta kamera dan lighting untuk keperluan pertemuan online dan dakwah di media sosial.
“Memasuki 23 tahun berjalan Alhamdulillah sudah berkembang dengan lembaga pendidikan dari PAUD hingga lembaga pendidikan tinggi. Santri dari beragam daerah, dari Sabang sampai Merauke,” terang Dr KH Ahmad Muflih Zamacsyari MM, Katua Yayasan Al-Rifa’ie yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al-Rifa’ie
Pondok pesantren yang diasuhnya sudah menjelma menjadi tiga bagian yang merupakan satu kesatuan. Yakni Ponpes Al-Rifa’ie satu, Al-Rifa’ie dua, dan Al-Rifa’ie tiga. Sedangkan lembaga pendidikannya menyentuh pendidikan dini atau PAUD.
Di mana masing-masing lokasi didukung sarana prasarana belajar yang representatif dengan lingkungan yang asri, sejuk, kondusif serta aman. Letak geografis di antara dua kecamatan Bululawang dan Gondanglegi juga dirasa strategis.
Untuk diketahui, Ahmad Muflih merupakan putra dari KH Achmad Zamachsyari yang merupakan pendiri yayasan pada 8 Oktober 1992. Sedangkan pondok diresmikan 9 September 1999. Pondok pesantre ini senantiasa berorientasi mewujudkan pendidikan pondok pesantren yang sinergi dengan pendidikan formal dan diniyah dalam satu manajamen dengan prioritas kebutuhan pendidikan masa depan.
“Dalam pendidikannya menggunakan pembelajaran tiga bahasa. Yakni Bahasa Arab, Inggris, dan Cina. Namun prinsipnya mempertahankan apa yang relevan di zaman dahulu, mengambil lalu mengembangkan, untuk menjadi lebih baik di zaman sekarang,” terangnya.
Tiga bahasa itu dinilai sangat dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan masyarakat yang lebih luas. Bahasa Arab dan Cina mewakili ‘dunia bagian timur’ dan Bahasa Inggris untuk ‘bagian barat.’ Bila menguasai kedua bahasa ini, maka santri bisa ikut bergaul dengan masyarakat internasional.
Pengembangan pondok pesantren dan lahirnya banyak lembaga pendidikan, dilatarbelakangi oleh kebutuhan masyarakat. Kata Muflih, mulanya hanya setaraf SMP yayasan kemudian memutuskan berkembang ambil bagian di banyak tingkatan. Di mana kini Al-Rifa’ie memiliki lembaga PAUD Modern Al-Rifa’ie 2, SD Modern Al-Rifa’ie 2, SMP Modern Al-Rifa’ie 2, MTs Modern Al-Rifa’ie, SMA Modern Al-Rifa’ie 2, SMK Modern Al-Rifa’ie 2, hingga STIE Al-Rifa’ie Malang.
Pun dilengkapi dengan pendidikan non formal Madrasah Diniyah, Tahfidzil Qur’an atau hafal Alquran serta Takhassus Pendalaman Kitab Kuning. “Dulunya hanya masjid dan bangunan gedung pendidikan pondok sederhana, santrinya enam orang. Lalu bisa berkembang,” jelasnya.
Ia menceritakan sekitar tahun 2000 jumlah santri masih mencapai 80-an orang. Kemudian tahun berikutnya meningkat 250 santri. Sedangkan saat ini total sudah 5.000 santri. Kini, Pendidikan Pondok Modern Al-Rifa’ie berupaya tampil dengan nuansa baru yang lebih realistis dan rasional dengan program yang terukur dan terencana.
Salah satu yang menjadi keunggulan dari Al-Rifa’ie adalah yayasan yang mampu mengakomodir hingga mengantarkan santri lulusan untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Lulusan yang sudah terbukti ada puluhan santri belajar ke timur tengah. Seperti halnya Yaman, Mesir dan Arab Saudi. “Sudah ada sekitar 25 santri ke luar negeri kita bantu. Baik beasiswa pendidikan maupun mandiri ada tim khusus,” katanya.
Proses persiapannya juga tidak mudah. Yakni saat di kelas 12, pada siang hingga sore hari sampai malam disiapkan program muadhalah, atau program kesetaraan dengan timur tengah. “Ini merupakan persiapan ujian ke timur tengah, berupaya link and match menjadi penting sekali. Karena nantinya tidak semua bisa mendapatkan akses. Ini yang jadi bekal,” katanya.
Padatnya agenda pendidikan agama dan pendidikan formal di Yayasan Al-Rifa’ie tak membuat tingkat pembelajaran menurun. Memanfaatkan teknologi dan membekali SDM yang unggul pondok pesantren hingga semua lembaga pendidikan dibawah yayasan Al-Rifa’ie mampu bersaing. Bahkan mencetak prestasi membanggakan.
“Kami sadar SDM sangat penting kualitasnya dijaga. Kiat-kiatnya bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan ini. Memberikan kesempatan guru up date ilmu di pendidikan lanjutan S2 dan S3. Saat ini hampir semua pengasuh dan kepala sekolah merupakan lulusan S2,” tambahnya.(tyo/van)