MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM tak berpengaruh dengan penjualan sayur. Di Pasar Sayur Kedungboto, Kecamatan Pakis, harga sayur justru turun. Muslimin, salah satu pedagang mengakui penurunan harga ini. “Seperti Kangkung, harganya bisa mencapai Rp 15 ribu per-ikat. Tapi hari ini Rp 10 ribu per ikat,” katanya, kemarin.
Selain itu, bayam juga mengalami penurunan harga dari Rp 10 ribu menjadi Rp 7 ribu. Sawi dari harga Rp 20 ribu menjadi Rp 15 ribu. “Yang agak stabil, harga selada air Rp 11 ribu per ikat, kemangi Rp 15 ribu per ikat dan kenikir Rp 22 ribu perikat,” katanya. Muslimin mengatakan harga yang disebutkan adalah dari petani.
“Naik turunnya harga sayur ini bukan dipengaruhi BBM. Tapi jumlah panen dari petani. Kalau jumlah ketersediannya melimpah, harganya pasti turun, tapi kalau jumlah ketersediannya minim harganya pun naik,” ungkap dia. Pasar Sayur Kedungboto sendiri dikenal sebagai sentra tempat penjualan sayur. Tidak, sedikit pedagang yang kulakan untuk dijual kembali.
“Ada yang kulak kemudian dijual di Pasar Karangploso, Pasar Madyopuro, ada juga yang dikirim ke Surabaya dan, Sidoarjo,” tambahnya. Sementara itu, Imam salah satu petani sayur mengaku kenaikan harga BBM cukup mempengaruhi produksi sayur. Itu karena dengan kenaikan BBM maka diikuti dengan kenaikan harga bibit juga pupuk.
Namun, para petani belum bisa menaikkan harga sayur karena saat ini jumlah panen sayur melimpah. “Kami sebagai petani sayur yang penting tidak rugi. Daripada harus menaikkan harga tapi tidak laku, mending dijual menyesuaikan harga pasar,” tambah petani sayur asal Kecamatan Tumpang ini.
Ucapan senada juga dikatakan Edi. Ditemui di Pasar Sayur Kedungboto, Edi mengatakan penjualan sayur masih standar. Tidak ada kenaikan yang signifikan. “Kalau kami, meminta kepada pemerintah bukan penurunan harga BBM. Tapi kami minta subsidi pupuk. Dengan kondisi ekonomi saat ini, harga pupuk mahal sangat memberatkan para petani sayur, ” tandasnya. (ira/mar)