MALANG POSCO MEDIA – Menjelang bulan suci Ramadan, tradisi ziarah kubur menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, khusus umat Islam. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga yang telah meninggal dunia, tradisi ini juga membawa berkah bagi warga sekitar pemakaman yang memanfaatkan momen ini untuk mencari rezeki.
Di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sukerejo Jalan Muharto Gang 8 Blimbing Kota Malang, jumlah peziarah mulai meningkat dalam dua hari terakhir. Apalagi, momen ini bertepatan dengan malam Jumat Legi yang dianggap sakral oleh sebagian masyarakat.
Meningkatnya jumlah peziarah turut mendongkrak permintaan jasa pembersihan makam. Sumiadi (66), seorang tukang bersih makam, mengaku kebanjiran pesanan sejak beberapa hari terakhir.
“Hari ini lumayan ramai, tapi puncaknya besok (hari ini, red), Jumat (28/2),” ujarnya.
Menariknya, tarif jasa ini tidak dipatok secara baku. “Biasanya ada yang kasih Rp 50 ribu sebulan sekali, tapi kalau musiman seperti ini lebih banyak yang memberi seikhlasnya. Bisa dapat Rp 100 ribu sehari kalau sedang ramai. Tapi kalau hari biasa, kadang gak ada sama sekali, paling sedikit Rp 35 ribu,” ungkapnya.
Ziarah kubur juga membawa berkah bagi penjual bunga tabur. Yuni (49), seorang pedagang musiman di TPU Sukerejo, mengaku omzetnya meningkat drastis.
“Kalau hari biasa, saya hanya jualan saat malam Jumat Legi, penghasilan sebulan sekitar Rp1 juta. Tapi di hari seperti ini, sehari saja bisa dapat Rp 400 ribu,” katanya.
Banyaknya peziarah dari luar kota yang datang lebih awal untuk ziarah juga turut mendorong peningkatan penjualan bunga tabur. Lonjakan peziarah menjadi perhatian pengurus pemakaman. Abdul Kholiq (47), pengelola TPU Sukerejo, mengatakan pihaknya telah menyiapkan langkah-langkah agar area pemakaman tetap tertib dan nyaman.
“Kami menata parkir dengan bantuan relawan kampung serta berkoordinasi dengan tukang bersih makam untuk menjaga kebersihan area,” jelasnya.
Ia juga memastikan bahwa pedagang musiman tidak dikenakan retribusi khusus. “Kebanyakan pedagang di sini warga sekitar, mereka menjual bunga tabur dan perlengkapan ziarah untuk membantu para peziarah,” tambahnya.
Berkah ziarah juga dirasakan oleh tukang parkir di sekitar pemakaman. Anton (25), salah satu petugas parkir, mengaku pendapatannya meningkat signifikan.
“Kalau malam Jumat Legi biasanya dapat Rp 170 ribu, tapi hari ini (kemarin, red) sudah Rp 220 ribu. Besok (hari ini, red) mungkin lebih banyak lagi,” ungkapnya.
Seperti penyedia jasa lainnya, Anton tidak menetapkan tarif tetap. “Seikhlasnya saja. Kadang ada yang kasih Rp 5 ribu, saya kasih kembalian, tapi malah disuruh ambil lagi. Alhamdulillah, rezeki,” katanya.
Bagi peziarah, mengunjungi makam keluarga sebelum Ramadan bukan sekadar ritual, tetapi bagian dari tradisi yang terus dijaga. Eka (48), seorang peziarah, mengaku selalu menyempatkan diri untuk ziarah sebelum puasa dan lebaran.
“Rasanya belum lengkap kalau belum ziarah kubur sebelum puasa,” ujarnya.
Terkait harga bunga dan jasa pembersihan makam, Eka menganggapnya masih terjangkau. “Bunga tabur dijual Rp 5 ribu, masih murah. Lagipula, ini juga membantu warga sekitar,” tambahnya.
Tradisi ziarah menjelang Ramadan juga terlihat di TPU Desa Sambigede Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang. Warga mulai berbondong-bondong mendatangi makam keluarga mereka sejak beberapa hari terakhir. Juru kunci TPU Sambigede, Karlo Andri Marsal, mengatakan pihaknya telah menyiapkan fasilitas tambahan, seperti tenda untuk berteduh jika hujan.
“Tenda ini untuk mempersiapkan tempat berteduh bagi warga,” ujar pria yang sudah 10 tahun menjadi juru kunci ini.
Diperkirakan, jumlah peziarah mencapai seribu orang dalam beberapa hari menjelang Ramadan. Untuk parkir kendaraan, pengelola memastikan tidak ada pungutan biaya.
“Kotak ini sifatnya sukarela. Tidak boleh ada pemungutan biaya dari peziarah. Hasilnya juga kembali ke operasional makam,” tegas Karlo.
Sementara itu, penjual bunga di Jalan Raya Penarukan, Kecamatan Kepanjen, juga merasakan lonjakan permintaan. Melinda Zuhro (27), seorang pedagang bunga tabur, mengatakan penjualannya meningkat dua kali lipat.
“Hari ini (kemarin, red) sejak pagi sudah ada sekitar 100 orang yang membeli. Per orang bisa membeli bunga tabur sampai 50 bungkus,” katanya.
Harga bunga tabur tetap Rp 5.000 per bungkus, tetapi isi dalam bungkusan sedikit dikurangi karena tingginya permintaan. Tradisi ziarah menjelang Ramadan bukan hanya menjadi momen doa dan refleksi bagi para peziarah, tetapi juga membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi warga sekitar pemakaman. Dari tukang bersih makam, penjual bunga, hingga tukang parkir, semuanya mendapat berkah dari tradisi yang terus dijaga ini. (mg/den/aim)