Rumah Kita
MALANG POSCO MEDIA-Setia menyajikan informasi kepada pembaca pada setiap momen. Termasuk sewaktu libur lebaran. Itulah Malang Posco Media (MPM). Kami tetap menyajikan berita di www.malangposcomedia.id walau libur lebaran. Selain menyajikan berita berkala, juga membuat program khusus. Yakni Helum Ngalam berupa cerita mudik tentang berbagai pengalaman selama mudik.
Tim liputan lebaran terdiri dari redaksi dan digital. Yakni Vandri Battu, Muhaimin, Stenly Rehardson, Fransisca Angelina dan Muhammad Firman dari redaksi. Sedangkan digital masing-masing, Slamet Prayitno, Fitri Puspa Arista dan Septian Dwi Syahputra.
Pemred Malang Posco Media Abdul Halim juga ikut tim piket. Menulis sekaligus mengedit berita. Begitu pun Soeparijono dan Sumarga Nurtantyo yang sehari-harinya mengelola digital terlibat dalam piket lebaran.
Semua tim piket lebaran tak mudik. Tapi mengelola dan menyajikan berita mudik dan lebaran, jadinya berasa ikut mudik. Minimal mengetahui situasi para pemudik.
Ica sapaan akrab Fransisca Angelina punya cerita menarik tentang piket. Piket lebaran bagi saya sudah menjadi tugas wajib. Apalagi kami memang tidak mudik. Karena rutinitas setiap lebaran, saya tahu apa saja yang harus dikerjakan. Sudah tujuh tahun lamanya saya jadi anggota wajib Tim Piket Lebaran. Tapi dua tahun belakangan memang bisa dibilang berbeda. Apalagi tahun ini.
Kok bisa? Dua tahun belakangan negara kita, khususnya Kota Malang dilanda pandemi Covid-19. Cenderung sepi. Tidak banyak aktivitas atau berita pantauan mudik yang dapat diliput. Ya karena kita semua dibatasi aturan pemerintah. Mudik saat itu sangat-sangat dibatasi. Tahun ini sudah 180 derajat berbeda.
Paling berasa liputan arus mudiknya. Kalau dua tahun terakhir satu dua kali saja memantau terminal dan stasiun. Tahun ini? Setiap saat di stasiun kereta dan terminal bus. Karena jelas sekali warga sangat antusias mudik. Apalagi warga dipersilakan mudik.
Berbeda dengan dua tahun belakangan. Salah satu pemandangan kota yakni macet. Kebetulan saya ngepos di Kota Malang, jadi mengamati bagaimana macetnya arus lalu lintas. Ini berbeda dengan lebaran dua tahun sebelumnya.
Nah keadaan di Kota Malang saat Idul Fitri, (H-1 hingga H+1) ramai sekali. Apalagi di akses keluar-masuk Kota Malang. Sempat juga saya terjebak macet. Saat itu saya melintas dari wilayah Kacuk hendak ke Sawojajar.
Kendaraan menumpuk dimana-mana. Langsung saja buat beritanya. Alhasil saat itu (di H+1) berita kita banyak sekali yang bertema kemacetan. Cukup terkejut sih. Karena dua tahun belakangan tidak seperti ini. Berarti memang warga riyoyoan!
Pengalaman sama juga dirasakan tim piket lainnya. Salah satunya Pemred Malang Posco Media Abdul Halim. Mas Halim, begitu sapaan akrabnya merasakan tugas piket lebaran. Ia enjoy menjalankan tugasnya walau harus ikut menulis berita dan mengedit berita wartawan piket.
“Saya merasakan betul betapa menyenangkan bisa bekerja melayani kebutuhan informasi untuk pembaca yang mudik dan berlebaran. Padahal tahun-tahun sebelumnya saya dan keluarga selalu ikut mudik, hanya memantau dari jauh teman-teman yang piket lebaran,” kata pria asal Gresik ini.
Yang menarik lagi tahun ini MPM meluncurkan rubrik Helum Ngalam. Isinya cerita unik soal mudik. Ternyata respon pembaca antusias. Kata Mas Halim, pembaca
mengirim pengalaman seru selama mudik. Saking semangatnya ada yang mengirim sampai tiga kali tulisan. Itu dilakukan mas Owie Agency. Ceritanya sangat bagus, ringan tapi penuh makna.
“Sebelum ada yang kirim, saya juga harus mencari narasumber dan mencari cerita yang seru untuk ditulis. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Senang tulisan ringan tapi pembaca nya paling banyak juga selama lebaran,” jelasnya.
Berbedalagi dengan tim piket lainnya, “Jon” Soeparijono. Pak Jon, panggilan akrabnya, juga pertama kali merasakan piket lebaran. Dia orang yang bersemangat berbagi informasi.
Ia menceritakan tahun ini harus berburu-buru waktu dan membagi kegiatan tradisi lebarannya dengan piket di kantor. “H-1 kebiasannya kan nyekar ke makam. Jadi hari itu mulai pagi harus keliling ke makam dulu baru sorenya ke kantor piket! Ya harus bisa mengatur waktu,” papar Pak Jon.
Selebihnya, Pak Jon, semuanya bisa dihandle. Tugasnya mengedit hingga meng-upload berita dari wartawan di lapangan dibagi-bagi pula dengan redaktur yang lain.
Anak buah Pak Jon di tim digital Fitri Puspa Arista dan Septian Dwi Syahputra juga bersemangat. Fitri bertugas mengolah berita wartawan di lapangan agar bisa disajikan di semua media sosial MPM.
Fitri tahun ini memang tidak mudik ke Madura. Karena katanya, orang tuanya yang datang ke Kota Malang. “Seru juga sih. Saya jadi terhindar dari pertanyaan keluarga ‘kapan nikah’,” kelakar Fitri.
Menurut Fitri, piket lebaran tahun ini menyenangkan karena bisa mengetahui cerita-cerita mudik warga Kota Malang. Dari yang menyenangkan sampai yang mengejutkan. Dia juga mengetahui bagaiamana rasanya tetap bekerja di momen hari raya besar.
Hal yang sama dirasakan Septian. Septian bertugas mengolah berita wartawan di lapangan agar bisa menjadi informasi di dunia digital. Ia bertugas di Hari H Idul Fitri. Meski belum pernah dirasakannya, hal itu menjadi pengalaman pertama yang menarik buat pemuda yang gemar sepak bola ini.
Septian mendapat apresiasi dari Mas Halim. Karena ia masih melek saat wartawan di lapangan mengirim berita pukul 23.00 WIB. Yakni berita Jembatan Dieng roboh. Dan malam itu sebenarnya bukan giliran Septian bertugas. Tapi dia sigap dan tetap mengolah data berita dan di up.
Nah satu lagi yang tidak boleh ketinggalan. Salah satu tim piket yang selalu piket adalah Slamet Prayitno. Biasa dipanggil Cak Tem kalau di kantor.
Nah Cak Tem ini juga mengolah berita wartawan yang sudah diedit menjadi e-paper. Juga up load serta melansir berita. Cak Tem orangnya selalu semangat. Dia selalu bersedia piket lebaran. Padahal ia juga merayakan lebaran. Pagi-pagi Cak Tem sudah di kantor menunggu berita masuk.
“Sudah biasa saya piket. Susahnya kemarin cuma cari makan tok. Akhirnya nitip anak-anak wartawan. Seadanya dapat kita makan,” tutur Cak Tem.
Sedangkan Muhaimin tak sekadar mengedit berita kota. Ia juga menulis berita. Misalnya usai Salat Id di Masjid Jami Kota Malang, Aim, sapaan akrab Muhaimin mengirim berita. Berita tentang kegiatan di Masjid Jami saat Salat Id.
Ia bahkan pernah ngantor di Rumah Kita, sebutan kantor MPM untuk piket dengan mengenakan seragam Pramuka. Sebab Sekretaris Redaksi ini juga aktif di Kwarcab Pramuka Kota Malang.
Sumarga Nurtantyo juga tak kalah aktif. Sekalipun libur, dia tetap menggalang iklan. Itu demi iklan tayang di e-paper MPM.
Sedangkan Stenly Rehardson setiap Idul Fitri pasti piket. Ketika teman-teman di kantor libur karena fokus merayakan lebaran, saya harus berkeliling mencari berita dan kerap kali memegang pos Kabupaten Malang.
Namun, tahun ini benar-benar merasakan hal yang berbeda. Setelah tahun lalu full editing, tahun ini saya kembali ke lapangan. Lagi-lagi kebagian pos kabupaten.
Di beberapa agenda penting di Kabupaten Malang pun, saya liputan sendiri. Misalnya ketika Bupati Malang HM Sanusi Salat Idul Fitri dan juga apel jelang takbiran.
Ketika waktu piket tiba, saya menyisir daerah Malang Utara sembari menanti informasi di wilayah lainnya. Beruntung rekan kerja kami fotografer Muhammad Firman juga sigap. Dia punya ide memotret beberapa lokasi penting seperti exit tol. Saya tinggal menambah data sebelum bergeser ke selatan. Pemegang pos liputan, kakak Ira Ravika dan Prasetyo Lanang pun beberapa kali berbagi informasi.
Di sisi lain, saya pun benar-benar turun menyisir lapangan demi menulis berita. Lumayan melelahkan dan menegangkan, apalagi ketika harus menembus macet di kawasan Talangagung – Kromengan. Tapi, petugas dari kepolisian dan Dinas Perhubungan benar-benar membantu ketika saya hendak wawancara.
Sementara saya Vandri Battu kebagian pos liputan Kota Batu. Ini liputan nostalgia. 14 tahun yang lalu, saya pernah bertugas di kota wisata itu. Persinya tahun 2008 hingga 2009. Setelah itu beberapa tahun saya miketin teman wartawan pos Batu saat libur.
Belasan tahun tak liputan di Batu tentu harus adaptasi. Terutama dengan narasumber yang sudah lama tak pernah bertemu. Bahkan sudah berganti tugas.
Karena itulah mengawali piket lebaran, Sabtu (30/4) lalu saya harus sosialisasi diri. Berkenalan lagi. Terutama dengan narasumber di Polres Batu. Jejaring informasi di kepolisian sangat penting, apalagi sewaktu mudik dan libur lebaran.
Beruntung dibantu Kabiro Batu, Kerisdianto. Di sela mudiknya ke Mojokerto, Eri, sapaan akrab Kerisdianto membantu memberi nomor kontak narasumber. Juga informasi kegiatan.
Demi akrab dengan narasumber, pada malam takbiran saya memilih liputan sampai malam. Tujuannya agar ketemu narasumber yang mengikuti apel gelar pasukan pantauan malam takbiran.
Beruntung narasumber destinasi wisata masih bersahabat. Contohnya Manager Marketing dan Public Relations Jatim Park Group, Titik S. Ariyanto. Mbak Titik rutin up date kunjungan wisatawan di Jatim Park Group. (ica/ley/van)