spot_img
Sunday, September 15, 2024
spot_img

Pilar Keadaban Sosial

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Ahmad Fatoni

Dosen Tetap Universitas Muhammadiyah Malang

Semburan arus informasi dari berbagai platform media telah menciptakan suasana psikologis masyarakat semakin terfragmentasi. Informasi kedaluwarsa muncul silih berganti dan diluncurkan hanya dalam hitungan detik. Pola penyebaran informasi semacam ini tidak memberikan jaminan kebenaran informasi yang dikonsumsi publik. Masyarakat pun hanya bisa menerimanya penuh kebingungan.

Hembusan informasi tak henti-hentinya terus merangsek ke ruang publik tanpa permisi. Petakanya, aneka ulasan informasi media tidak hanya cuek dengan asal pemberitaan dan akibat yang akan ditimbulkannya, namun juga kerap mencabik-cabik suasana kebatinan publik. Situasi tersebut bertambah parah ketika terjadi chaos informasi. Tak dapat dimungkiri, hal itu salah satunya disebabkan oleh gempuran informasi yang sangat liar, lalu menyembur dari dan ke berbagai arah.

Memang, ada perbedaan yang sangat mencolok di antara media mengenai liputan dan penyampaiannya. Media konvensional seperti surat kabar, misalnya, menyampaikan informasi dengan menempuh berbagai aturan standar pemberitaan yang selama ini berlaku. Media dalam kategori ini kini bersaing dengan media baru yang berbasis internet.

Kendati media berbasis internet tidak seluruhnya diragukan kebenaran infromasinya, sebab beberapa di antaranya sudah memiliki status terverifikasi. Media online jenis ini tetap mengutamakan kebenaran dan tanggung jawab terhadap semua pemberitaannya.

Perkembangan selanjutnya, berbagai platform media yang terkategori verified tersebut bersaing dengan media yang ber-akun individu dalam merebut perhatian publik. Tak pelak, banyak media yang menyemarakkan jalur dunia maya, menderaskan informasi tanpa menemui kendala dan penyaluran informasinya tanpa melalui filter yang menjamin nilai kebenaran dan akurasi sebuah berita.

Akibatnya, campur aduk tak terelakkan antara nilai kebenaran dan kebohongan. Hal ini memberikan dampak langsung pada pembentukan sikap publik terhadap sebuah berita. Pada kondisi yang paling buruk, terjadi degradasi kepercayaan khalayak tehadap keberadaan media.

Fakta yang tak terbantahkan, terjadinya silang sekarut dunia informasi, antara lain, disebabkan beralihnya kepemilikan dan penguasaan media. Media yang awalnya dalam kendali kaum industrialis kapitalis, kini bergeser menjadi milik individu-individu.

Sebab lainnya adalah pola distribusi penerimaan beritanya yang langsung ke dalam genggaman tangan anggota individu. Ini adalah wujud dari perkembangan teknologi komunikasi yang memberi berkah sekaligus petaka kepada individu untuk memiliki platform pemberitaan sendiri.

Pada sisi lain, kemunculan beragam media baru berbasis internet menunjukkan bahwa khalayak memiliki kuasa untuk memilih konten atau media, bahkan bisa jadi khalayak tidak membutuhkan media massa. Internet secara perkasa membuktikan sebagai realitas media baru yang mampu menggabungkan beberapa fungsi media lain seperti audio, video, dan teks.

Kehadiran internet memungkinkan setiap orang menjadi pemilik media, bahkan dengan kemudahan itu memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk memainkan peran sebagai pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, wartawan, sampai pencari iklan. Setiap individu yang melek internet kemudian membuat blog dengan maksud dan tujuan tertentu sesuai interesnya masing-masing.

Berbeda dengan media profesional, para bloger sering kali menyiarkan berita tanpa merujuk pada kode etik sebagaimana yang dipersyaratkan dalam pembuatan berita di media konvensional seperti surat kabar. Perasaan subjektif yang sangat dihindari oleh para wartawan surat kabar dalam menyiarkan berita, tidak menjadi pedoman dalam pembuatan dan penyiaran berita. Setiap temuan di lapangan dikonstruksi dengan melibatkan perasaan subjektif dan disebarkan secara masif melalui berbagai kanal informasi.

Tingkat penyebaran dan penerimaan informasi berbasis internet tidak menyaratkan aktor organisasional, melainkan cukup dilakukan melalui individu-individu yang bersifat anonim sekalipun. Sifat persebaran yang model ini jelas akan memberikan pengaruh negatif kepada khlayak mengingat bahwa berita harus memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan dipertanggungjwabkan secara profesional.

Pihak yang tidak memiliki kredibilitas dan keahlian tertentu dapat mengonstruksi realitas berdasarkan unsur subjektifnya. Akibatnya, khalayak dibuat bingung dengan informasi hasil analisa yang tidak berdasarkan pada referensi ilmiah.

Mengingat dampak buruk informasi yang begitu dahsyat, literasi media menjadi basis utama untuk membentengi masyarakat. Literasi yang secara harfiah diartikan kemampuan membaca dan menulis, apabila diaplikasikan untuk memahami berita, akan memberikan panduan kepada publik.

Dengan kemampuan membaca, masyarakat akan tahu arah dan tendensi dari berita tersebut. Andai masyarakat mendapatkan kekurangakuratan sebuah berita, maka mereka akan mengabaikan berita tersebut.

Sayangnya, literasi media di Indonesia belum terlalu populer untuk menunjuk sebuah gerakan pencerdasan masyarakat dalam bermedia. Urgensi untuk meliterasi masyarakat terhadap media sudah sangat diperlukan, terlebih apabila dihadapkan pada pusaran informasi saat ini, di saat media terdiversifikasi menjadi bagian-bagian milik individu. Dengan demikian, setiap individu menyebarkan informasi yang berpontensi terjadinya chaos informasi.

Di tengah arus informasi yang serba bebas, pembaca harus sigap menyikapinya secara bijak, agar tidak mudah hanyut dalam pusaran berita yang masih belum tentu kebenarannya. Itu sebabnya, fenomena pemberitaan hoaks yang cukup meresahkan, belakangan ini, menjadi salah satu fokus utama yang perlu ditangani oleh pemerintah secara nasional.

Alhamdulillah, sejak edisi perdana awal Agustus 2020 lalu, surat kabar Malang Posco Media (MPM) bertekad turut andil menggelorakan gerakan literasi media. Peran MPM menjadi sangat strategis untuk menjadikan dunia jurnalistik sebagai media literasi yang mencerahkan dan mencerdaskan bangsa, khususnya masyarakat Malang Raya.

Menginjak usianya ke-4 tahun, selain terbit dalam versi cetak, MPM kini tampil juga dalam versi e-paper dan website. Bahkan, MPM juga bisa dinikmati di beberapa platform media sosial seperti Instagram, Twitter, dan You Tube. Upaya metamorfosis MPM ini patut disyukuri bagi pencari berita-berita yang bernas dan terpercaya.

Dalam menapaki usianya yang masih tergolong belia, berharap ke segenap kru dan insan pers MPM terus bersemangat dalam menghembuskan literasi media demi menggugah kesadaran masyarakat untuk aktif membaca berita yang memang layak dikonsumsi serta mendorong budaya tulis dengan menuangkan gagasan-gagasan yang inspiratif bagi segenap pembaca.

Selain diperkuat oleh para wartawan berpengalaman, MPM perlu dukungan dari semua pihak di dalam menggelorakan literasi media sebagai salah satu pilar keadaban sosial.(*)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img