Dicky Dwi Nanda, Personel Satpol PP Pemkab Malang yang Juga Wasit Nasional Gulat
Olahraga gulat tidak terpisahkan dari kehidupan Dicky Dwi Nanda. Kendati sudah tak lagi menjadi atlet, pria 32 tahun ini tetap menekuni olahraga itu. Salah satunya menjadi wasit.
MALANG POSCO MEDIA-Dicky Dwi Nanda punya sederet prestasi dan kebanggan di Cabor Gulat. Salah satu kebanggaannya menjadi wasit PON XXI Aceh-Sumatera Utara tahun 2024 lalu.
“Menjadi wasit PON tidak bisa serta merta. Harus memiliki lisensi tingkat nasional,’’ kata Dicky mengawali ceritanya.
Karier menjadi wasit di Cabor Gulat dimulai pria yang saat ini menjadi pegawai kontrak di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Malang tahun 2015 lalu. Itu setelah dia ‘pensiun’ sebagai atlet gulat. Alasan Dicky meniti karier menjadi wasit lantaran dirinya mencintai olahraga tersebut.
“Saat itu usia saya baru 22 tahun. Saya memilih berhenti menjadi atlet, namun saya masih mencintai olahraga ini (gulat), dan tetap ingin bersumbangsih. Sehingga saya memilih untuk menjadi wasit,’’ urainya.
Keinginannya itu pun langsung disampaikan Dicky kepada Ketua Pengurus Provinsi Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (Pengprov PGSI) Jawa Timur, Rakhman. Gayung bersambut, saat itu Rakhman langsung memberikan lampu hijau. Tapi tentu saja, tidak ujug-ujug jadi wasit. Sebelum memimpin pertandingan, dirinya harus mengambil lisensi wasit untuk tingkat daerah lebih dulu.
“Pak Rakhman kemudian merekomendasikan saya mengambil lisensi wasit daerah,’’ katanya. Lisensi itu diambul Dicky saat Kejuaraan Daerah Gulat Junior tahun 2015 di Kediri. Pria kelahiran 11 Desember 1993 ini memulainya dengan menjadi juri.
“Mengambil lisensi itu kami lakukan saat ada kejuaraan gulat. Sebelum jadi wasit di tengah, kami lebih dulu menjadi juri. Nilai untuk masing-masing atlet dalam pertandingan dinilai oleh komisi perwasitan,’’ katanya.
Dicky pun berbangga hati. Karena dari 12 orang yang kala itu ikut mengambil lisensi, hanya lima orang yang mendapatkan lisensi daerah.
Setelah mendapatkan lisensi, Dicky pun kerap mendapatkan panggilan untuk menjadi wasit saat kejuaraan daerah. Satu kejuaraan daerah, dia bisa memimpin hingga 30 pertandingan.
Sampai tahun 2022, dia meningkatkan lisensinya menjadi wasit nasional. Prosesnya pun sama. Ia mengawalinya dengan menjadi juri di event kejuaraan gulat tingkat nasional.
“Daftar ke PB PGSI. Kemudian mendapat panggilan untuk menjadi juri dan wasit di Kejuaraan Gulat Puan Maharani Cup 1 di Medan tahun 2022. Saya ikut dan Alhamdulillah lolos,’’ kata alumni SDN Kebonagung 2 Pakisaji Kabupaten Malang ini.
Lisensi yang diperolehnya saat itu adalah tingkat 3 nasional. Dan satu tahun kemudian dia mengambil lagi tingkat 2 nasional. Dengan lisensi tersebut, Dicky pun dapat memimpin kejuaraan gulat tingkat nasional. Termasuk PON.
“Kalau ditotal sejak tahun 2015 sampai tahun 2025 ini sudah ratusan pertandingan gulat yang saya pimpin. Baik itu tingkat daerah maupun tingkat nasional,’’ katanya.
Dicky menceritakan selama menjadi wasit, banyak sekali godaan yang datang. Dia kerap kami mendapatkan tawaran uang, untuk memenangkan salah satu atlet dalam pertandingan. Termasuk saat salah satu gelaran kejuaraan nasional.
Dicky beberapa kali dihubungi official salah satu kontingen, dan meminta agar atlet gulat yang bertanding menang dalam pertandingan.
“Banyak sekali tawaran. Namun saya tidak mau. Saya menolak tawaran atau janji yang diberikan. Saya memilih tetap objektif saat memimpin pertandingan,’’tegasnya.
Alasan Dicky menolak tawaran uang tak lain, karena dirinya ingin bekerja jujur dan objektif. Terlebih dia merupakan mantan atlet. Yang mana penilaian objektif sangat dibutuhkan para atlet yang bertanding.
“Saya ini mantan atlet gulat. Saat memimpin pertandingan saya menempatkan diri sebagai atlet yang bertanding. Jika penilaiannya tidak objektif, pasti sangat sakit hati. Saya tidak mau itu,’’ kata peraih juara I kelas 74 Kilogram Junior/Gaya Bebas Kejuaraan Daerah Gulat Provinsi Jawa Timur tahun 2011 Magetan ini.
Dia pun bersyukur, dengan penilaian yang jujur dan objektif tersebut, panggilan dirinya menjadi wasit terus berdatangan. Dalam satu tahun, rata-rata enam kali dirinya dipanggil menjadi juri maupun wasit baik untuk kejuaraan daerah maupun kejuaraan tingkat nasional.
Di antaranya dia menjadi wasit dan Juri Kejuaraan Nasional U-20 Jakarta 2023. Menjadi wasit dan Juri PRA PON 21 Gulat 2024 Jakarta 2023, wasit dan juri POMNAS VXIII Kalimantan Selatan 2023. Selain itu
wasit dan juri Kejurnas Open Kadet ,Yunior dan Senior Padang 2024 dan Wasit dan Juri Pekan Olahraga Nasional ke XXI Aceh-Sumut 2024 di Binjai.
“Tahun 2025 ini ada kejuaraan nasional, sudah di sounding dari PB PGSI. Tapi untuk waktu dan tempatnya masih belum tahu,’’ urainya.
Sekalipun kerap kali mendapat panggilan menjadi wasit maupun juri, Dicky mengaku bahwa hal itu tidak akan mengganggu tugasnya sebagai pegawai kontrak di Satpol PP. Dia yang bertugas di Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum, Seksi Operasi dan Pengendalian, Unit Kerja Pengamanan dan Pengawalan, ini tetap dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
“Di pengawalan ini ada jadwalnya. Dibuat saat awal bulan. Saat ada panggilan menjadi wasit, kami akan berkoordinasi dengan anggota yang lainnya. Yang pasti tidak mengganggu sama sekali,’’ urainya. Alumni SMANOR Jatim ini juga bersyukur, lantaran pimpinannya di Satpol PP memberikan dukungan penuh dirinya menjadi wasit olahraga gulat. “Yang pasti di cabor Gulat ini jelas semuanya. Jika ada kejuaraan PB PGSI membuat surat resmi yang ditujukan kepada pimpinan. Selanjutnya pimpinan memberikan izin. Begitu yang saya ketahui, sehingga saya masih bisa berkarier di dunia Gulat dan sangat ingin memajukan olahraga gulat,’’ pungkasnya. (ira ravika/van)