MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Kreatifitas warga Kota Batu tak perlu diragukan lagi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya perajin dan produk mereka yang dipasarkan di berbagai hingga luar negeri. Salah satu adalah Batoga atau batik tanaman obat keluarga. Batoga berdiri sejak tahun 2018. Inisiasinya adalah Dwi Harining Setyowati warga Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
“Batoga singkatan batik tanaman obat keluarga. Yang motifnya mengedepankan tanaman-tanaman toga herbal. Baik tumbuhan atau buah-buahan,” ujar Dwi kepada Malang Posco Media, Rabu (21/2) kemarin.
Ia menceritakan bahwa Batoga berdiri tahun 2018. Kemudian memperoleh HAKI di 2020. Hingga kini terus produktif berkarya.
“Inspirasi Batoga sendiri dari herbal yang sering diminum Pak Jokowi dulu. Tiap pagi beliau minum herbal seperti kunyit, jahe dan temulawak. Dari hal kecil itu kemudian muncullah batik Batoga,” bebernya.
Sebagai Ketua Komunitas Bank Sampah Kartini Kota Batu, dalam memproduksi batik dikerjakan oleh ibu-ibu dari komunitasnya. Selain itu juga menggandeng petugas kebersihan DLH Kota Batu.
“Yang mengerjakan batik tulis dari ibu-ibu komunitas bank sampah. Untuk eco print yang kemarin dikunjungi Pak Pj Wali Kota dari temen-temen petugas kebersihan. Namun secara umum tempat produksi ada tiga, yaitu TPS Stadion Berantas, Beji dan Giripurno,” ungkapnya.
Karena pengerjaan dengan bahan organik, Batoga juga dilirik oleh masyarakat luas maupun pemerintah. Contohnya saja yang telah memesan Batoga seperti Dinsos, Kesbangpol, BPSDA Kota Batu. Serta Bawaslu dan BPN.
“Untuk harga mulai Rp 200-750 ribu. Tergantung kain. Ada yang premis, katun sutra sampai yang sutra. Bedanya disitu,” imbuh Dwi.
Selain itu Batoga juga sering ikut pameran. Begitu juga pemasaran sudah mencapai luar Kota Batu seperti Jakarta. Untuk produksi sendiri rata-rata per hari minimal enam batik dan paling banyak 12 batik.
Sementara itu, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai mengapreasi perajin Kota Batu yang terus berinovasi dan produktif dalam berkarya. Menurutnya hal tersebut bisa menjadi contoh bagi masyarakat Kota Batu mencari peluang baru.
“Masyarakat harus berinovasi dan produktif dalam berkarya seperti kerajinan Batoga. Ini menjadi peluang membuka lapangan pekerjaan, apalagi Kota Batu sebagai jujugan wisatawan. Terlebih banyak potensi Kota Batu yang bisa digali oleh masyarakat dalam meningkatkan perekonomian,” paparnya.
Jika produk terus berkembang, lanjut dia, Pemkot Batu tentu tidak akan tinggal diam. Pihaknya memastikan akan mempermudah segala proses perijinan hingga mendorong perbankan untuk memberikan bantuan atau kredit usaha yang memudahkan perajin untuk terus berkembang. (eri/jon)