MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Perusahaan Umum Jasa Tirta I (PJT I) berencana mengambil gambar hulu kawasan Sungai Brantas dan sekitarnya. Terutama kawasan yang menjadi jalur banjir bandang yang terjadi di Kota Batu pada 4 November 2021.
Disampaikan oleh Dirut PJT I, Raymond Valiant Ruritan bahwa pemotretan akan dilakukan setelah musim penghujan. Tujuannya untuk mengetahui perbedaan kondisi pasca banjir bandang dengan kondisi saat ini.
“Akhir musim hujan ini kita drone ulang. Sekitar bulan Juni kami akan potret kawasan hulu Sungai Brantas dan yang dilewati jalur banjir tahun lalu. Kemudian hasil akan kami laporkan ke Kementerian PUPR dan ke publik melalui media massa,” ujar Raymond kepada Malang Posco Media.
Disampaikan oleh Raymond, bahwa hasil dari hasil pemetaan kawasan menggunakan drone akhir tahun 2021 oleh PJT I menyimpulkan adanya perubahan fungsi lahan di kawasan hulu. Sehingga sangat berdampak pada bencana longsor dan banjir bandang.
“Saat itu ada tiga area yang dipotret oleh PJT I, yakni kawasan Pusung Lading, Alas Bengking dan Sumbergondo. Hasilnya, kawasan Hutan Pusung Lading sudah tidak rapat lagi pepohonannya. Serta di Alas Bengking, ada pemanfaatan lahan di sebelah kanan dan kiri,” bebernya.
Menurutnya longsor bukan satu-satunya potensi bencana alam di Kota Batu. Tetapi karena adanya sedimen, batu dan kayu yang tertimbun juga bisa mengakibatkan banjir. Pasalnya saat hujan deras dengan debit air tinggi, semua material itu terbawa dan menyebabkan banjir bandang.
“Saat itu juga telah saya sampaikan ke Wali Kota Batu bahwa kekayaan alam Kota Batu bisa saja habis jika kelola tata ruang tidak dijaga. Karena dari hasil pemotretan drone banyak lahan tegakan berubah menjadi lahan pertanian sayur,” terangnya
Bahkan di kawasan di Desa Bulukerto juga banyak yang berubah. Kawasan yang dulunya pertanian apel atau sayuran, banyak berubah menjadi kafe. Tempat usaha tersebut memang menjadi daya tarik bagi wisatawan, tetapi di sisi lain menjadi penyebab dan potensi bencana alam seperti banjir dan longsor karena dibangun di kawasan resapan.
“Kondisi tersebut secara tidak langsung bisa menjadi potensi bencana untuk kawasan yang dialiri Sungai Brantas, yakni Kota Malang dan Kabupaten Malang. Sehingga harus ada dukungan dalam pelaksanaan pengelolaan tata ruang oleh pihak swasta (investor.red). Sehingga tata ruang Kota Batu tetap terjaga dan mampu meminimalisir adanya bencana alam,” pungkasnya. (eri)