.
Thursday, November 21, 2024

PKM Internasional Tim Dosen UB dan UPM di Tanjung Karang Malaysia; Edukasi Pemanfaatan Limbah Makanan Berbasis Pengomposan dan Maggot BSF

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Universitas Brawijaya (UB) dan Universiti Putra Malaysia (UPM) kembali menegaskan komitmen mereka dalam memajukan pengelolaan lingkungan melalui kolaborasi pengabdian kepada masyarakat (PkM) internasional dari Program Doktor Mengabdi Pengembangan Kemitraan (DM PK), yang merupakan salah satu program unggulan Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM).

Program ini dilaksanakan mulai Agustus hingga November 2024, serta melibatkan berbagai mitra internasional, seperti Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Organisation for Women in the Developing World (OWSD) Indonesian National Chapter, MyFundAction, Komunitas Pengompos Selangor (KPS), dan Malaysian Green Technology Corporation (MGTC). Keterlibatan mitra strategis ini menunjukkan besarnya dukungan yang diberikan dalam pengembangan teknologi berkelanjutan yang berorientasi pada lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

Pada Minggu, 11 Agustus 2024, kedua universitas ini sukses menyelenggarakan program edukasi dan pelatihan di Masjid Jamek At-Tuqo, Tanjung Karang, Selangor. Program ini berfokus pada teknologi pengelolaan limbah makanan berbasis pengomposan dan budidaya larva Black Soldier Fly (BSF), sekaligus memperkenalkan cara-cara bercocok tanam yang ramah lingkungan. Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar 50 warga setempat yang dengan penuh antusias belajar tentang manfaat teknologi kompos berbasis maggot.

Program ini bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan limbah makanan yang berkelanjutan, sekaligus memperkenalkan teknologi pengomposan menggunakan larva BSF sebagai solusi efektif. Prof. Sri Suhartini, ketua tim DM UB, memimpin kegiatan ini yang melibatkan para pakar dari berbagai disiplin ilmu, di antaranya dari bidang teknologi pertanian, teknik, dan pertanian organik. Selain itu, sebanyak 9 mahasiswa (Sarjana dan Magister) dan 2 asisten pendamping UB yaitu Dhea Aura Bening Shafira, Evinda Damayanti, Syafira Aprili Dwi Pramilia, Rangga Marda Utama, Sheren Lodicell, Riris Waladatun Nafi’ah., ST., Wafa Nida Faiza Azra, S.T., Andhika Putra Agus Pratama, ST., Rizki Putra Samudra, ST., Novita Ainur Rohma, ST.,MT., dan Nursyahbani Putri, S.ST serta 10 mahasiswa UPM, juga turut berpartisipasi dan berbagi pengetahuan secara langsung dengan masyarakat.

Dalam kegiatan ini, tim dosen dari UB, UPM, dan ITS (OWSD) menyampaikan beberapa materi terkait: Edukasi terkait teknologi budidaya maggot BSF (Prof. Sri Suhartini, UB), Pemanfaatan maggot BSF dan SDGs (Sri Fatmawati, ITS/OWSD), Edukasi terkait penggunaan mesin komposter (Prof. Dr. Ir. Femiana Gapsari Madhi Fitri, ST, MT., UB), Edukasi penggunaan tanah dan cara penanaman (Gabryna Auliya Nugroho, SP., M.Sc., M.P., UB), Membuat lilin dan sabun dari limbah minyak goreng (Dr. Mahirah dari UCTC UPM), Penerangan serta pemasangan sistem IoT di Rumah Hijau Komuniti (Dr. Khairil Anas, UPM).

Pada kegiatan tersebut, masyarakat diberikan wawasan menyeluruh tentang masalah limbah makanan yang kerap menjadi tantangan di banyak komunitas, termasuk dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan. Peserta diajak memahami potensi maggot BSF sebagai solusi pengolahan limbah makanan organik yang dapat diubah menjadi pupuk organik berkualitas tinggi. Melalui demonstrasi langsung, peserta belajar cara pembuatan komposter, teknik budidaya maggot BSF, serta cara merawatnya dengan tepat.

Menurut Dr. Khairil Anas dari UPM, salah satu anggota tim DM, program ini bertujuan untuk memberikan manfaat nyata bagi masyarakat sekaligus mendorong mereka menerapkan teknologi pengomposan dalam kehidupan sehari-hari. “Alhamdulillah, kegiatan hari ini berjalan dengan lancar,” ujar Dr. Khairil. “Kami berharap kegiatan ini dapat mendorong masyarakat untuk menerapkan teknologi pengomposan berbasis maggot BSF dalam pengelolaan limbah organik mereka, serta memahami pentingnya keberlanjutan lingkungan,” lanjutnya.

Program ini tidak hanya terbatas pada pengelolaan limbah makanan. Prof. Sri Suhartini menjelaskan bahwa kegiatan edukasi ini juga mencakup pelatihan tentang pengolahan tanah untuk bercocok tanam, penggunaan Internet of Things (IoT) untuk sistem hidroponik, serta pembuatan produk ramah lingkungan seperti lilin dan sabun dari bahan-bahan alami. Dengan pendekatan yang menyeluruh, program ini diharapkan dapat memberdayakan masyarakat untuk berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui teknologi yang praktis dan mudah diterapkan.

Selanjutnya, Nazir Masjid Jame At-Tuqo yaitu Bapak Hj. Muhd Arsyad bin Sabi menyambut sangat baik adanya kegiatan kolaborasi PkM ini. “Kegiatan PkM internasional antara UB dan UPM ini selaras dengan salah satu target masjid kami, yaitu penciptaan lingkungan masyarakat yang hijau sehingga memberikan manfaat besar untuk generasi mendatang,” ungkapnya.

Nurul Athiro Mohd Affandi (dari MyFundAction) juga sangat antusias dengan adanya kegiatan ini, karena mendukung kegiatan yang diinisiasi oleg MyFundAction untuk kesejahteraan masyarakat. Sri Fatmawati, PhD Ketua OWSD Indonesia National Chapter, yang turut serta dalam kegiatan ini, menyatakan bahwa program ini merupakan langkah nyata dalam mendukung sustainable development goals (SDGs).

“Program ini adalah langkah nyata yang mendukung pencapaian SDGs,” ujar Sri Fatmawati. “Kami di OWSD sangat mendukung inisiatif-inisiatif yang sejalan dengan upaya global dalam menjaga keberlanjutan lingkungan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui inovasi teknologi. Pengelolaan limbah makanan berbasis teknologi pengomposan dan budidaya maggot BSF adalah contoh konkret bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diterapkan untuk mencapai dampak yang lebih besar bagi lingkungan dan ekonomi masyarakat,” lanjutnya.

Antusiasme masyarakat Tanjung Karang selama program berlangsung memperlihatkan potensi besar dari teknologi BSF untuk diterapkan lebih luas. Ibu Suhasiri, salah satu peserta dari Tanjung Karang, mengungkapkan bahwa model tank komposter yang diperkenalkan selama pelatihan dapat memberikan perubahan nyata bagi lingkungan mereka. “Dengan adanya model tank komposter ini, saya yakin lingkungan sekitar akan menjadi lebih bersih dan sehat,” ujarnya dengan yakin.

Salah satu peserta program, Al Gazali, menyatakan kekagumannya atas pengetahuan yang didapat selama program berlangsung. “Kedatangan universitas dari Indonesia memberikan manfaat yang sangat besar bagi kami. Saya baru tahu cara menanam yang benar dan juga cara membuat pupuk organik yang bagus untuk tanaman. Semua warga merasa bangga dengan adanya program ini,” ujarnya dengan penuh semangat.

Senada dengan Al Gazali, Mus, peserta lainnya, juga menyatakan ketertarikannya dengan teknologi maggot BSF. “Saya sangat tertarik dengan budidaya maggot BSF ini. Selain bisa menyalurkan hobi, ternyata juga bisa menghasilkan pendapatan tambahan. Saya berharap program seperti ini dapat terus berlanjut,” ungkap Mus.

Keberhasilan program ini juga membuka peluang untuk pengembangan program serupa di lokasi lain, termasuk di Taman Dato’ Harun. Prof. Sri Suhartini menegaskan bahwa tim DM UB berkomitmen untuk melanjutkan program-program edukasi yang berfokus pada pengelolaan limbah organik yang berkelanjutan. “Kami berencana untuk memperluas program ini ke lebih banyak komunitas, dengan harapan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dan menerapkan teknologi yang mendukung keberlanjutan,” jelasnya.

Hingga akhir bulan Agustus 2024, kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) juga terus dilakukan oleh mahasiswa secara offline (kunjungan lapang ke Tanjung Karang). Hingga bulan Oktober 2024, kegiatan monev dilakukan oleh tim mahasiswa dan pendamping secara online melalui grup WhatApps. Hasil menunjukkan bahwa perlu adanya pendampingan dan asistensi yang konsisten agar kegiatan ini dapat berlangsung secara bekelanjutan.

Program ini juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak yang melihat pentingnya kolaborasi internasional dalam menghadapi tantangan lingkungan global. Dengan inovasi yang terus dikembangkan, serta dukungan dari berbagai mitra, program pengabdian masyarakat ini tidak hanya memberikan solusi konkret bagi permasalahan limbah, tetapi juga menginspirasi masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam.

Program pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh UB berkolaborasi dengan UPM, OWSD, ITS, dan berbagai mitra internasional di Tanjung Karang (Selangor) telah memberikan dampak yang nyata dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan limbah makanan yang berkelanjutan. Melalui teknologi pengomposan dan budidaya maggot BSF, serta pendekatan inovatif lainnya, program ini memberikan solusi bagi permasalahan lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi dan perubahan positif bagi masyarakat lokal.

Selain itu, kolaborasi antara UB, UPM, OWSD, dan berbagai mitra internasional ini menjadi bukti nyata bahwa ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi dapat menjadi kekuatan untuk menciptakan perubahan positif. Dengan keberhasilan yang telah dicapai, diharapkan program ini dapat terus berkembang dan menginspirasi lebih banyak komunitas di masa depan. (adv/bua)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img