Beredar Kabar Bangkai Sapi Dibuang ke Sungai
MALANG POSCO MEDIA – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hewan ternak makin mengkhawatirkan. Hingga saat ini tercatat 1.000 ekor sapi mati di wilayah barat Kabupaten Malang. Selain itu belasan ribu ekor sapi terindikasi mengalami PMK.
Kecamatan Pujon menjadi wilayah paling terdampak. Catatan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Malang, lebih dari 3.600 ekor sapi sudah terkonfirmasi PMK. Sisanya, mengalami gejala indikasi PMK yang belum divalidasi tim Gugus Tugas Penanganan PMK.
Warga juga bergotong royong menguburkan sapi di kuburan massal di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. “Kita memang pada situasi kepanikan, khususnya peternak. Lebih dari 1.000 ekor mati karena PMK di Malang barat. Itu di luar yang dipotong paksa, sedangkan lebih dari 11.000 suspect,” ujar Wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang, Shodiqul Amin.
Dari data tersebut, baru sekitar 5.600 kasus terkonfirmasi atau dipastikan PMK. Sisanya masih dalam pemeriksaan.
Tak hanya ribuan sapi yang mati, akibat PMK pasokan susu sapi berkurang drastis. Ia mencontohkan di KOP SAE Pujon produktivitas susu sapi yang yang awalnya 114 ton per hari turun menjadi 70 ton per hari. Artinya sudah ada penurunan 45 ton per hari dengan estimasi satu laktasi ekor sapi rata rata 10 liter.
“Kalau yang mati di Kecamatan Pujon sekitar 500 ekor sapi, sudah 116 ekor sapi di Pujon Kidul, di Ngantang mendekati 450 ekor sapi,” rincinya.
Shodiqul Amin berharap segera dilakukan edukasi secara masif mengenai PMK. Hal ini agar dipahami para peternak, sehingga penanganannya bisa lebih efektif.
Sukoco, salah seorang peternak sapi Pujon Kidul mengatakan dari enam sapi miliknya, empat ekor sapi di antaranya mati karena terserang PMK. “Dengan ciri-ciri sapi terserang PMK di hari pertama ngiler, setelah itu tidak bisa menguyah. Tiga hari setelahnya kakinya lumpuh,” ungkapnya.
Akibat PMK juga pihaknya tidak bisa setor susu sapi ke KOP SAE. Sedangkan sebelum PMK biasanya satu ekor sapi per hari bisa setor 10 liter dengan harga Rp 5.700 per liternya. Dari data yang didapat Malang Posco Media di salah satu Desa Pujon Kidul dari total 2.354 ekor sapi, 1.051 ekor sapi di antaranya sakit. Sedangkan 1.220 sapi sehat dan 115 sapi mati.
Peternak lain menyebut sekitar dua pekan lalu, didapati sejumlah warga membuang sapi mati ke sungai. Pembuangan sapi tersebut sempat terekam dalam sebuah video amatir warga.
Menurut Ketua DPRD Kabupaten Malang Darmadi, pihaknya memprioritaskan di wilayah Malang Barat lantaran kondisinya yang dinilai darurat.
Dia menyebut Jawa Timur sudah ditetapkan status darurat oleh gubernur melalui Surat Keputusan Gubernur Jatim. Yakni nomor 188/362/KPTS/013/2022 tentang Status Keadaan Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Penyakit Mulut dan Kuku (Foot And Mouth Disease).
Termasuk Kabupaten Malang yang mengalami peningkatan signifikan di tengah populasi ternak terbesar. Menindaklanjuti itu, dia meminta Pemkab Malang segera menerbitkan status tanggap darurat terkait wabah PMK yang terjadi.
“Karena sudah ditetapkan kondisi darurat PMK di Jatim. Dan sesuai SK Gubernur Jatim, kami berharap di Kabupaten Malang juga bisa ditetapkan status darurat PMK oleh Bupati Malang. Sehingga nanti pergeseran anggaran punya landasan yang cukup kuat,” urai Darmadi.
Pihaknya meminta agar penanganan PMK bisa lebih cepat. Pun dengan mengedukasi potensi penularan udara kepada peternak. Sementara anggaran penanganan PMK yang semula direncanakan Rp 3 miliar masih berpotensi ditambah berdasarkan kondisi kasus yang meluas.
Di sisi lain, Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto membenarkan bahwa sekitar 70 persen warga di Pujon menggantungkan hidup pada peternakan, 59 persen di Ngantang dan 40 persen di Kasembon.
Sebagai Ketua Gugus Tugas Penanganan PMK, Didik menjadikan atensi wilayah Malang barat. Meski ia tak melupakan wilayah lain yang juga terjangkit.
“Dalam penanganan kita kaji alternatif pendukung anggaran melalui Dana Desa. Penganggaran ini nantinya akan disusun dasar hukum yang jelas dulu. Setelah selesai akan dirupakan ke vitamin, obat, sampai vaksin dan bantuan lain,” jelas Didik.
Politisi PDI Perjuangan ini berjanji jika pengucuran dana BTT untuk PMK tak berbelit-belit. Didik mengatakan, saat ini pihaknya masih membutuhkan waktu untuk membahas pencarian dana bagi peternak. (tyo/eri/van)