MALANG POSCO MEDIA – Hal itu diungkapkan oleh Agus Mochammad Nafis Muhajir selaku Pengasuh PPTQ Nurul Furqon 2. Pria yang akrab disapa Gus Nafis ini mengatakan, santri PPTQ Nurul Furqon 2 tidak hanya dididik untuk menghafal Al Qur’an. Tetapi mereka juga dilatih dan dibina menjadi generasi calon pemimpin di masa yang akan datang.
“Inilah visi misi kami ke depan. Karena menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat,” katanya saat ditemui Malang Posco Media, Rabu (22/3).
Gus Nafis mengembangkan lembaga yang berada di Jalan Sumbersari Gang 1 Nomor 03 Lowokwaru Kota Malang ini dibantu oleh sang istri, Ning Rovita Agustin Zulaiminah. Keduanya membuat sebuah terobosan inovatif dalam mengembangkan lembaga tahfidz Qur’an.
Inovasi itu tidak hanya fokus pada pembinaan para hafidz dan hafidzah, tetapi lulusan juga dibekali dengan keterampilan yang lain. Salah satunya leadership. Ning Rovita Agustin Zulaiminah, mengatakan PPTQ Nurul Furqon 2 kini berkembang sebagai pesantren tahfidz Quran berbasis leadership. Program itu dicanangkan supaya alumni nantinya juga mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
“Program leadership ini menjadi sebuah inovasi kami agar lulusan PPTQ Nurul Furqon 2 tidak hanya menjadi perempuan rumahan. Tetapi juga aktif di luar rumah,” katanya.
Walaupun nantinya harus di rumah saja, lanjut Ning Rovita, mereka juga dapat mengolah pesantren atau lembaga yang dirintisnya. Tanpa harus selalu menunggu arahan dan kebijakan dari sang suami. “Karena mungkin saja sang suami aktif di kegiatan kemasyarakatan di luar, maka si istri di rumah juga bisa menghandle sendiri lembaganya,” kata dia.
Program terobosan yang sudah dilakukan untuk menunjang leadership ini yakni menggandeng Pimpinan Anak Cabang Ikatan Pelajar Putri Nadhlatul Ulama (PC IPPNU) Kecamatan Lowokwaru. Karena untuk membentuk karakter kepemimpinan santri, perlu menggandeng sebuah organisasi. “Dalam hal ini kami memilih IPPNU,” ujar Ning Rovita.
Bersama IPPNU santri PPTQ Nurul Furqon 2 mendapat pembinaan dan digembleng dengan materi tentang ke NU an, Aswaja, Kepemimpinan dan sebagainya. Itu semua berarah pada penguatan karakter kepemimpinan. Dia senang mendapat respon yang positif dari PAC IPPNU Lowokwaru Komisariat Pesantren. Bahkan kata dia, sinergi ini menjadi sebuah hal yang baru. “Alhamdulillah pihak PC maupun PAC IPPNU sangat merespon baik itikad kami, karena selama ini belum ada program serupa di Komisariat Pesantren Kota Malang,” ungkapnya.
Di IPPNU sendiri terdapat beberapa jenjang pelatihan kepemimpinan dan kaderisasi. Yang pertama, Masa Kesetiaan Anggota (Makesta). Makesta adalah jenjang pengkaderan sebagai wahana untuk mengantar calon anggota IPNU-IPPNU untuk belajar dari hidup secara individual menuju kehidupan sosial. “Selama ini kami sudah menitipkan santri di Makesta IPPNU,” ujar Ning Rovita.
Selanjutnya, ada Latihan Kader Muda (Lakmud). Lakmud ini bersifat penggalian bakat dan penyaringan kader yang diharapkan dapat menghasilkan calon pemimpin dan aktivis organisasi untuk mendukung program organisasi di berbagai sektor.
Selain itu juga ada jenjang, Latihan Kader Madya (Lakmad) dan Latihan Kader Utama (Lakut). Bertujuan untuk mencetak tenaga terampil dengan kualifikasi manajer. “Semua tingkatan pelatihan ini berguna untuk pendidikan karakter santri supaya kuat,” terangnya.
Hingga saat ini, sudah banyak alumni yang dihasilkan oleh PPTQ Nurul Furqon 2. Ning Rovita berharap di masa yang akan datang mereka punya lembaga sendiri. “Karena itu butuh skill dan kemampuan di bidang leadership. Supaya dapat mengelola lembaganya dengan baik,” tandasnya.(imm/lim/habis)