MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU- Ancaman bencana alam hidrometeorologi masih mengancam Kota Batu menjelang peralihan musim kemarau ke penghujan. Berkaca pada banjir bandang yang terjadi di Kota Batu pada 4 November lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu melakukan antisipasi.
Banjir bandang tahun lalu menjadi yang terparah, hingga menyebabkan tujuh korban jiwa dan melenyapkan ratusan ternak serta rumah warga. Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu Achmad Choirur Rochim mengatakan, ancaman serupa masih bisa terjadi. Terlebih dengan vegetasi yang masih berangsur diperbaiki dan kondisi revitalisasi bantaran sungai yang bersifat rehabilitasi sementara.
“Tidak menutup kemungkinan peristiwa banjir dikawasan Bulukerto pada tahun lalu kembali terjadi. Potensinya masih ada,” urainya saat dikonfirmasi, Selasa (20/9) kemarin.
Rochim menegaskan bahwa pembangunan yang terjadi di Dusun Sambong berupa revitalisasi sungai hanya berupa perbaikan darurat dan bukan pengerjaan secara utuh. Oleh sebab itu nantinya BPBD akan melakukan pengawasan secara intens dikawasan tersebut termasuk di titik lain.
Tak hanya Desa Bulukerto, terdapat sekitar 10 titik potensi banjir pada tahun ini seperti Sungai Beru dan Sungai Paron. Selain itu juga beberapa titik dikawasan pemukiman Kota Batu seperti Kelurahan Sisir dan Kelurahan Temas. Selain bencana banjir, kata Rochim ada tujuh titik kawasan dengan potensi bencana longsor yakni Desa Giripurno, Kelurahan Songgokerto (payung.red), dan Desa Gunungsari.
“Antisipasinya kami dengan memasang 11 unit Early Warning System (EWS) di setiap lereng Gunung Arjuno. Seperti Desa Sumber Brantas, dan Desa Sumbergondo yang juga termasuk dalam titik rawan longsor di Kota Batu,” imbuhnya.
Menurut penuturannya, hingga saat ini keberadaan drainase yang memadai sangat krusial. Namun dengan perkembangan kondisi dan ancaman yang berubah, kapasitas drainase yang ada perlu ditingkatkan. Hal ini ditandai dengan makin seringnya luapan air yang tak mampu tertampung ketika musim hujan tiba. “Mungkin untuk saat ini masih banjir sering terjadi se mata kaki. Tetapi kalau dibiarkan dan tidak ada peningkatan kapasitas drainasenya maka bisa lebih besar luapan airnya,” tambahnya.
Rochim menyebut, saat ini alih fungsi lahan memang menjadi penyumbang tak tertahannya air yang turun dari lereng Gunung Arjuno. Sehingga perlu dievaluasi dan ditingkatkan kapasitas drainase. Sedangkan Pemkot Batu, masih keterbatasan anggaran.
“Harus ada back up rekonstruksi drainase. Memang untuk saat ini belum mendesak tetapi 10-30 tahun kedepan karena dampak masifnya pembangunan (alih fungsi) maka kapasitas drainasenya jika tidak dilebarkan akan meluber lebih besar,” katanya.
Kajian evaluasi mengenai vegetasi dan alih fungsi dikatakannya sudah menjadi rekomendasi BPBD dalam Revisi RTRW Kota Batu. Sehingga Rochim berharap, ini menjadi perhatian serius agar upaya mitigasi berjalan lebih baik. “Rekomendasi tertuang di draft Rencana Tata Ruang Wilayah yang saat ini direvisi,” pungkasnya. (tyo/udi)