Oleh : drh. Puguh Wiji Pamungkas, MM
Pada Agustus 2023 lalu Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk bekerja Indonesia mencapai 139,85 juta orang. Berdasarkan tingkat pendidikannya, penduduk bekerja ini didominasi oleh lulusan SD. Jumlahnya mencapai 51,49 juta orang atau menyumbang 36,82 persen dari total penduduk bekerja di Tanah Air.
Berikutnya, penduduk bekerja lulusan SMA berjumlah 28,33 juta orang, atau menyumbang 20,25 persen. Kemudian pekerja lulusan SMP tercatat sebanyak 24,85 juta orang, atau 17,77 persen dari total penduduk bekerja di Indonesia. Adapun 17,33 juta pekerja Indonesia merupakan lulusan SMK. Proporsinya mencapai 12,40 persen. Sementara untuk penduduk lulusan universitas tercatat berjumlah 14,44 juta orang, atau 10,32 persen dari total penduduk bekerja secara nasional.
Adapun menurut jenis cakupan pekerjaannya, mayoritas penduduk bekerja di Indonesia bekerja di sektor informal yaitu sebanyak 59,11 persen. Sedangkan 40,89 persen lainnya bekerja di sektor formal.
Bahkan menurut data Kemenko PMK setiap tahun ada 3,7 juta lulusan SMA, namun hanya 1,8 juta yang memiliki kesanggupan untuk meneruskan sekolah ke jenjang perguruan tinggi. Alasannya klasik, karena keterbatasan ekonomi keluarga. Mereka terpaksa harus masuk ke dunia kerja tanpa memiliki ketrampilan yang memadai.
Indonesia yang hari ini dianugrahi oleh situasi bonus demografi tentu menjadi peluang sekaligus tantangan, apakah kita akan melewatkan begitu saja anugrah keberlimpahan SDM gen Z dan milenial ini, atau justru situasi ini menjadi titik balik bagi kemajuan dan pertumbuhan bangsa menuju Indonesia emas, menuju Indonesia menjadi bangsa yang berpenghasilan tinggi.
Setidaknya ada empat tantangan yang akan dihadapi dalam mewujudkan Indonesia emas yang disebut-sebut akan terjadi bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka.
Pertama, Kesiapan SDM bangsa. Tidak bisa dipungkiri human capital merupakan pilar penting dalam mewujudkan bangsa yang maju dan berkembang. Zaman yang terus berganti, persaingan yang semakin ketat, potensi infiltrasi tenaga asing ke Indonesia yang menjadi ancaman, hanya bisa di selesaikan dengan meningkatnya kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia Indonesia.
Jika hari ini para generasi bonus demografi itu berada di jenjang sekolah menengah atas, artinya seharusnya jumlah anak-anak SD, SMP, SMA/SMK yang melanjutkan sekolah ke jenjang tertinggi atau kuliah sampai jenjang S1/S2/S3 lazimnya harus semakin banyak, dibandingkan dengan jumlah mereka yang bekerja.
Oleh karenanya peran serta pemerintah dalam mewujudkan kualitas pendidikan sampai dipelosok desa untuk mewujudkan SDM Indonesia yang berdaya saing sangat dibutuhkan. Jaminan dan kepastian bagi anak-anak Indonesia untuk mengenyam pendidikan sampai level tertinggi hendaknya menjdi program prioritas bangsa dalam menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka, dalam menyambut Indonesia emas.
Kedua, Kesiapan infrastruktur juga menjadi faktor penting bagi terwujudnya Indonesia emas. Infrastruktur yang memadai dan modern akan mempermudah jalur distribusi barang, meningkatkan kualitas pergerakan manusia dan memperbesar peluang untuk tumbuhnya perekonomian bangsa sampai pelosok-pelosok desa. Keberlimpahan potensi yang dimiliki oleh Indonesia di desa-desa dan di pelosok-pelosok daerah akan semakin optimal tergarap dengan tersedianya infrastruktur yang memadai.
Ketiga, Transformasi perekonomian dengan mengubah dominasi bahan mentah menjadi bahan jadi atau siap pakai untuk dijual, sehingga ada added value yang membuat bahan baku tersebut memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Gagasan pemerintah untuk membuat program hilirisasi tentu menjadi awal yang cukup bagus terhadap transformasi ekonomi Indonesia, karena bukan hanya akan menaikan nilai suatu barang akan tetapi juga akan menghidupkan ekonomi daerah dan menyerap tenaga kerja lokal.
Keempat, Kejelasan regulasi dan kemudahan birokrasi juga menjadi pilar utama dalam mewujudkan Indonesia emas 2045. Kepastian hukum, regulasi dan birokrasi bukan hanya akan membuat iklim usaha tumbuh positif karena para pelaku usaha bisa menavigasi journey nya dalam menjalankan dan menumbuhkan bisnisnya.
Regulasi dan birokrasi yang berpihak pada bertumbuhkan sektor industri dan usaha sangatlah dibutuhkan, karena kepastian regulasi tersebut yang akan menjadi dasar bagi para pegiat usaha untuk melakukan manuver-manuver dan inovasi dalam menumbuhkan bisnisnya. Jika iklim usaha dan industri tumbuh positif, maka mata rantainya juga akan tumbuh positif.
Upaya meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM) nasional harus konsisten dilakukan, demi mewujudkan pembangunan yang lebih baik dan merata. Mempersiapkan para generasi bonus demografi untuk memiliki kesanggupan dalam berdaya saing adalah pekerjaan penting yang harus diupayakan oleh pemerintah dan seluruh stakeholders bangsa.
Mendorong anak-anak Indonesia untuk sampai pada pendidikan tinggi merupakan ikhtiar bersama yang harus terus diupayakan. Karena kualitas dan kemajuan bangsa sangat tergantung pada seberapa berkualitas para SDM Indonesia. Semakin mereka berdaya saing, semakin mereka maju, semakin mereka inovatif, maka peluang bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan berkembang akan semakin besar.
Indonesia emas yang dicanangkan bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka hanya akan menjadi wacana tak berwujud, jika para SDM bangsa tidak siapkan secara serius untuk menjadi tulang punggungnya. Karena potret Indonesia 2045 adalah sebagaimana potret kesiapan SDM Indonesia para generasi Gen-Z dan milenial hari ini. (*)