MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Pemuda Pancasila (PP) Kota Batu menggelar aksi solidaritas di depan Balai Kota Among Tani Batu Senin (8/1) kemarin. Puluhan anggota PP Kota Batu menggelar aksi solidaritas untuk menyampaikan tiga (3) tuntutan.
Disampaikan oleh Gaib Sampurno, selaku orator aksi menyampaikan di depan Balai Kota Among Tani terkait tuntutan tersebut. Pertama PP menuntut agar Pemkot Batu memprioritaskan kearifan lokal bagi para pekerja. “Contohnya seperti masalah parkir bisa dikelola oleh masyarakat Batu. Kedua meminta Pemkot Batu bisa menyelesaikan permasalahan sampah,” ujar Gaib saat melakukan orasi di depan Pemkot Batu.
Dalam tuntutan kedua tersebut, PP Kota Batu sebelumnya telah menggelar aksi ke TPA Tlekung Kota Batu dan mendukung warga Tlekung dengan menutup akses masuk TPA Tlekung.
Diketahui pada tanggal 5 Januari kemarin dibuka kembali untuk pemrosesan sampah perkotaan, dibukanya TPA Tlekung untuk membantu pemrosesan sampah perkotaan yang sebelumnya di proses di TPST Temas dan Stadion. “Ketiga terkait masalah pedagang pasar pagi di Stadion Brantas. Mengingat Stadion Brantas merupakan fasilitas yang dibutuhkan bagi para atlet menjelang Porprov 2025,” bebernya.
Ditambahkan ole Ketua PP Kota Batu, Endro Wahyu Wijoyono menilai bahwa Pemkot Batu masih jauh berpihak pada kearifan lokal masyarakat dalam penyusunan kebijakannya. Bahkan pihaknya menilai Pemkot hanya mengejar sebuah prestise penghargaan simbolik sebagai pencitraan semata.
“Selama ini belum ada regulasi seperti daerah lain yang betul-betul memberikan perlindungan terhadap kearifan lokal. Contohnya pelaku usaha kecil seperti dianaktirikan tanpa ada pendampingan dari pemangku kebijakan. Sehingga mereka terkesan berjuang sendiri dan makin terpuruk,” terangnya.
Di samping itu Kota Batu yang dikenal sebagai daerah agraris tidak memberikan perhatian kepada para petani yang dibelit persoalan klasik seperti sulitnya mendapat pupuk subsidi dan akses pemasaran.
“Untuk itu kami mendesak Pemkot Batu lebih peduli memberikan perlindungan agar warga Kota Batu tidak hanya menjadi penonton. Semisal hasil pertanian dan UMKM pemasarannya diprioritaskan agar diserap industri perhotelan, tempat usaha serta instansi pemerintah maupun swasta,” harapnya.
Selain itu, Endro mengungkap bahwa marwah organisasinya dibuat tercoreng atas tuduhan tak berdasar. Ia meluruskan bahwa MPC Pemuda Pancasila Kota Batu tak ada niatan sedikitpun untuk menguasai pengelolaan parkir di area Pasar Induk Kota Batu. “Justru kami ingin memberdayakan masyarakat di sekitar pasar merasakan dampak positif pembangunan Pasar Induk Among Tani. Salah satunya dengan mempekerjakan masyarakat setempat sebagai juru parkir sebagai bentuk kearifan lokal. Sehingga masyarakat setempat mendapat penghasilan,” paparnya.
Tuntutan lainnya yang disuarakan mengenai persoalan sampah yang dirasa pengelolaannya belum tuntas sepenuhnya. PP menilai tata kelola sampah masih meninggalkan problem. Pemkot Batu juga terkesan lamban dalam mengatasi persoalan sampah yang menumpuk di sudut-sudut kota lantaran ditutupnya TPA Tlekung.
“Dengan permasalahan itu Pemkot malah menyerahkan pengelolaan sampah kepada pemdes/kelurahan secara mandiri melalui TPS3R. Ini menurut saya Pemkot Batu melepas tanggung jawabnya,” katanya.
Lebih lanjut, atas permasalahan sampah PP Kota Batu bukan hanya protes tapi juga pernah memberikan solusi. Salah satunya mendorong agar anggota DPR RI membantu mengurai persoalan sampah secara holistik dibantu peralatan mutakhir. Tapi sayang Endro menilai Pemkot sendiri tidak jemput bola dengan tawaran itu.
Tuntutan ketiga yakni mempertanyakan kejelasan Pemkot Batu dalam penataan ribuan pedagang Pasar Pagi. Karena selama ini para pedagang masih berada di tempat relokasi Stadion Gelora Brantas. Mereka belum dipindahkan ke Pasar Induk Among Tani. “Untuk PKL Pasar Pagi kami berharap segera dipindahkan saja. Kalau terus-terusan di situ stadion jadi kumuh. Namun dari semua permasalahan itu sebenarnya bisa diselesaikan. Asalkan dibangun komunikasi yang baik dengan semua pihak,” pungkasnya. (eri/jon)