MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Musibah ambruknya bangunan musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, telah menjadi perhatian nasional. Data hingga Senin (6/10) pukul 17.39 WIB, korban meninggal sudah 63 orang.
Tragedi ini mengundang keprihatinan banyak pihak. Termasuk Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si. Untuk itu, UIN Malang hadir dengan menyiapkan beberapa program prioritas untuk pondok pesantren.
“Dengan adanya musibah di Buduran Sidoarajo itu jadi keprihatinan kita semua, Perguruan Tinggi harus hadir, kami meresponnya dengan sesegera mungkin. Kami merespon kebutuhan pesantren, UIN siap bersinergi dan berkolaborasi,” ungkap Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si.
Keprihatinan Prof. Ilfi ini disampaikan dalam acara sarasehan media di ruang Rektor UIN Malang, Senin (6/10) siang. Ada tiga program prioritas yang disiapkan UIN sebagai wujud kepedulian pada Ponpes yang selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan mandiri.
“Pertama mitigasi resik konstruksi bangunan, tujuannya untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas bangunan yang efektif dan berkelanjutan, menyusun perencanaan dan desain bangunan pesantren yang ramah lingkungan, aman, dan tahan terhadap risiko kegagalan konstruksi,” jelasnya.
Program kedua adalah pendampingan psikologi di pesantren yaitu serangkaian kegiatan terencana yang bertujuan untuk membantu santri mengembangkan kesehatan mental, kepribadian, dan keseimbangan emosional dalam konteks kehidupan pesantren.
Program ini dilakukan oleh psikolog, konselor, dan para Dosen Fak. Psikologi UIN Maliki Malang. Bentuk kegiatannya antara lain konseling individu dan kelompok, psikoedukasi, pelatihan life skills, deteksi dini dan asesmen psikologis, pendampingan spiritual-psikologis serta pelatihan bagi pengasuh.

Program ketiga adalah Eko-pesantren, bertujuan untuk mendampingi pesantren dalam mewujudkan lingkungan yang ramah, berkelanjutan, dan berwawasan ekologis, tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman.
“Kenapa harus peduli pesantren, ponpes itu lembaga pendidikan yang mandiri, murni dari dirinya sendiri, kalau pun dapat bantuan, itu bukan sesuatu yang bisa dipastikan, sementara santri tinggal 24 jam, bagaimana kesehatannya, psikologinya, siapa yang peduli?” terang Prof. Ilfi.
“Dengan kejadian itu, kami harus hadir, mahasiswa bisa PKL atau KKN, bisa terjun ke pesantren didampingi pengabdian dosen, kami siap, pesantren butuh apa, butuh pendampingan apa, untuk prioritas saat ini ada tiga program itu,” lanjutnya.
Sebelumnya UIN Malang sebenarnya sudah jalan kerja sama dengan pesantren, namun kini lebih ada penguatan. Sementara untuk di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Rektor UIN Malang secara moral sudah terjun langsung ke lokasi bersama Menteri Agama RI.
“Kami memberikan penguatan pada kiyai, pada wali santri. Melakukan aksi moral, doa bersama, untuk para korban, kami berkomunikasi untuk memberi konseling agar santri tidak trauma,” yakin Prof. Ilfi, juga menyiapkan tambahan ‘Golden Tiket’ untuk alumni Ponpes Al Khoziny.
Khususnya bagi korban tragedi ponpes yang nantinya bakal menyelesaikan sekolah Aliyah. Ada peluang beasiswa penuh 100 persen atau beasiswa UKT (Uang Kuliah Tunggal). UIN Malang juga memastikan komitmennya menambah ‘Golden Tiket’ bagi santri yang berprestasi. (adv/bua)