spot_img
Sunday, April 27, 2025
spot_img

Prinsip 5S dalam Filosofi Kaizen

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh: Teguh Supriyanto, S.Pd

-Advertisement- HUT

Pendidik Mapel Bahasa Jepang

SMAN 1 Sumbermanjing

Salah satu dari beberapa ciri makhluk hidup adalah berkembang. Dengan berkembang tersebut manusia disebut sebagai makhluk hidup. Menurut Reni Akbar Hawadi (dalam Desmita, 2014:9) perkembangan secara luas diartikan sebagai keseluruhan proses perubahan potensi yang dimiliki individu yang diwujudkan dalam bentuk kualitas kemampuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru.

Sementara perkembangan manusia menurut Santrock (2009 dalam Mariyati & Rezania, 2021:1) adalah suatu proses alamiah yang dapat dibuktikan secara ilmiah tentang transformasi atau pola tahapan perkembangan manusia sepanjang kehidupannya.

Transformasi berarti perubahan yang terjadi, pola artinya setiap manusia memiliki runtutan tahap yang sama dalam perubahannya. Dengan kata lain, perkembangan manusia adalah proses perubahan yang memiliki tahap atau periodisasi yang runtut. 

Di Jepang ada salah satu dari beberapa filosofi yang menjadi pedoman hidup orang Jepang, yaitu kaizen. Sebagaimana lazim diketahui bahwa banyak filosofi-filosofi dari masyarakat Jepang atau filosofi yang menjadi pedoman hidup orang Jepang, kerap diadaptasi oleh banyak orang di luar negara Jepang.

Lalu, seperti apa kaizen ini dan seperti apa penerapan salah satu dari beberapa filosofi yang berasal dari negeri sakura ini. Kaizen yang berasal dari bahasa jepang ini ditulis dari dua huruf kanji yaitu huruf kanji改 (baca: Kai) yang berarti “Perubahan” dan huruf kanji 善 (baca: Zen) yang berarti “Kebijaksanaan.”

Konsep ini pertama kali ditemukan oleh Prof. Masaaki Imai, merupakan seorang ahli dari teori organisasi dan seorang konsultan manajemen di Jepang. Prof. Masaaki Imai mulai dikenal dan populer karena karyanya tentang manajemen mutu.

Hal inilah yang lantas membuat kaizen menjadi salah satu dari beberapa teknik yang diterapkan atau dipakai orang Jepang untuk meningkatkan keterampilan manajemen dan juga mendorong pertumbuhan secara pribadi maupun perusahaan. Salah satu perusahan yang menerapkan filosofi ini adalah Toyota Motor corporation yang sukses “mengalahkan” perusahaan pembuat mobil di Amerika dan Eropa.

          Konsep dari filosofi kaizen ini dikenal dengan prinsip ”satu menit”, dengan tujuan untuk memperbaiki diri. Teknik ini digunakan oleh orang Jepang agar dapat mengalahkan rasa malas, juga untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan hasil baik (produktif).

          Namun bagi seseorang yang ingin menerapkan kaizen ini harus memiliki komitmen untuk melakukan aktivitas setidaknya selama satu menit dan dilakukan secara berulang di waktu yang sama. Secara prinsip kaizen adalah seni untuk membuat hidup menjadi lebih baik. Lantas bagaimana memperkenalkan pada siswa dan menerapkannya di lingkungan sekolah?

Prinsip kaizen adalah mengutamakan efisensi, sehingga segala sesuatu yang dirasa kurang bermanfaat seyogyanya diabaikan agar tujuan lebih mudah dicapai. Selain itu, prinsip kaizen yang mengutamakan perbaikan yang dilakukan terus-menerus dengan kata lain “komitmen” menjadi satu karakter Kazien yang tak kalah penting.

Ada enam langkah yang dapat dilakukan seseorang yang ingin menerapkan filosofi ini, guna memonitor terus progres kemajuan yang telah dicapai, yaitu review keadaan, kebiasaan, atau emosi, validasi dan identifikasi kebutuhan untuk melakukan perubahan, merencanakan dengan sistematis, buat langkah-langkah yang bisa dilakukan dengan nyata, menghilangkan pikiran-pikiran negatif, bertindak, dan review dan verifikasi hasil yang telah diperoleh.

Lantas perubahan apa di  sisi pendidikan filosofi kaizen dapat dilakukan? Dengan prinsip yang telah dipaparkan, prinsip filosofi kaizen ini sangat bagus untuk diterapkan baik kepada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, juga kepada siswa karena bisa membawa dampak yang besar bagi perubahan kemajuan sekolah.

Keyakinan ini dikarenakan dalam kaizen ada pendekatan untuk mengikutsertakan banyak orang, daripada melakukan pendekatan menggunakan segelintir orang “expert.” Untuk melakukan perubahan seperti konsep yang dibawa dalam filosofi radical reengineering prinsip manajemen barat, dengan karakteristik kaizen tersebut sesuai dengan salah satu dari beberapa profil Pancasila yang ada dalam kurukulum merdeka yaitu gotong royong.

Kaizen juga sangat ramah ketika akan diterapkan dalam lingkungan sekolah, karena di dalam lingkungan sekolah sudah terbiasa diterapkan prinsip/ budaya 3S (senyum, salam, dan sapa). Filosofi kaizen juga ada prinsip atau budaya yang mirip dengan budaya 3S, yaitu 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsukei), yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “Seiri” berarti “Ringkas”, “Seiton” berarti “Rapi”, “Seiso” berarti “Resik/Bersih”, “Seiketsu” berarti “Rawat” dan “Shitsukei” yang berarti “Rajin.”

Konsep 5S pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan penataan, kebersihan, dan kedisplinan di sekolah. Konsep 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan sekolah sebagai tempat belajar dan mengajar secara benar.

5S merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan mentalitas dasar seseorang termasuk cara berpikir dan bertindak dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai tenaga pendidik, tenaga kependidikan serta sebagai peserta didik serta sikap yang menunjang penerapan sistem menajemen sekolah.

Sedangkan konsistensi dalam penerapan filosofi kaizen bersama peserta didik sangat berperan dalam perubahan yang diinginkan, meskipun penerapan filosofi ini dapat juga dikerjakan secara individu. Dengan konsistensi menerapkan keenam langkah di atas lebih berupa siklus yang terus berulang.

Begitulah kaizen dijalankan. Sepanjang perjalanan penerapannya, mungkin akan ada ide-ide baru yang muncul, perubahan demi perbaikan langkah berikutnya dan berbagai tindakan lain yang diperlukan agar tujuan yang dikejar melalui prinsip kaizen dapat dicapai.

Dengan menggunakan prinsip kaizen, tak ada lagi kekhawatiran atas perubahan yang besar. Setiap perubahan diambil dengan sadar dan pelan-pelan agar perbaikan yang ingin dicapai dapat terus diusahakan. Prinsip kaizen dalam rangka penerapan untuk siswa juga dapat dilakukan dengan sebaik mungkin. Dalam hal ini, ujian dirancang sedemikian rupa sehingga penalaran dan pemahaman konsep merupakan dua faktor penting yang dinilai.

Dengan demikian siswa tak lagi sekadar menghafal, namun konsep pembelajaran dan ujian yang dirancang mampu membawa perubahan dan berdampak besar mengubah perilaku siswa. Muara tujuannya jelas mempersiapkan siswa sebagai salah satu generasi penerus bangsa dan negara.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img