Sejarah mencatat bahwa setiap teknologi mampu menyederhanakan kegiatan-kegiatan manusia. Belakangan semakin sering kita mendengar kata AI, ya booming AI atau Artificial Intellegence tidak bisa terhindarkan dewasa ini. Masyarakat lebih mengenal dengan istilah kecerdasan buatan.
Awal mula AI berkembang sejak tahun 1950 seorang ilmuwan matematika, Alan Turing dalam tulisannya Computing Machinery and Intelegence. Dikuatkan oleh John McCharty tahun 1956 terkait program program AI Darthmouth Summer Research Project on Artificial Intelligence (DSRPAI). Hingga tahun 1972 dilanjutkan dengan penemuan robot pintar WABOT-1 yang mampu bergerak, melihat serta berbicara.
Akhir abad 20, tepatnya tahun 1997 mesin deep blue yang dikeluarkan IBM pertama kalinya mampu mengalahkan pecatur kelas dunia Garry Kasparov dan menjadi sebuah berita besar terkait perkembangan AI. Saat itu pula Windows mengimplementasikan penggunaan speech recognition software pada Dragon Systems yang diciptakan.
Di penghujung penutup abad 20 perkembangan AI sangat melesat dengan hasil yang sangat menakjubkan. Penemuan kecerdasan buatan dengan produk RoBOt yang dinamai AIBO (Artificial Intellegence RoBOt) oleh SONY pada tahun 1999. Keunggulan robot ini mampu berinteraksi dengan dunia luar yang baik, hal itu dilakukan kepada pemiliknya ataupun lingkungan sekitar.
Perkembangan yang luar biasa pesat terkait AI ini terjadi di awal tahun 2000. Dukungan media yang signifikan, daya dukung korporat untuk pengembangan serta respon masyarakat luas akhirnya memahami fungsi-fungsi dari kecerdasan buatan ini akhirnya membawa pada peradaban baru.
Perusahaan-perusahaan besar seperti Google jauh hari telah melakukan riset mobil tanpa pengemudi yang kemudian dipublish pada khalayak pada tahun 2014 dan akhirnya lolos dari nevada’s self driving test (algorit.ma/21/4/2021). Perkembangan lain terkait kecerdasan buatan ini semakin menjadi-jadi. Banyak pekerjaan manusia semakin dimudahkan dengan dikembangkannya teknologi yang berbasis kecerdasan buatan ini.
Secara pengertian pengembangan awal memang AI dibuat untuk membantu manusia. Pengertian mendasar pun terkait AI adalah kecerdasan yang dimiliki oleh manusia yang dimodelkan di dalam mesin dan diprogram agar bisa berpikir seperti halnya manusia.
AI juga merupakan salah satu bidang ilmu komputer yang dikhususkan untuk memecahkan masalah kognitif yang umumnya terkait dengan kecerdasan manusia, seperti pembelajaran, pemecahan masalah, dan pengenalan pola. AI biasanya dikaitkan dengan hal hal futuristik dan robot. Perkembangan zaman dan pola hidup masyarakat hari ini dipastikan tidak bisa menolak teknologi-teknologi seperti ini. Konsep-konsep berpikir otomatis, mudah, dan bekerja secara cepat dan akurat adalah prinsip yang dikembangkan oleh peneliti AI.
Di kehidupan sehari-hari hal yang sering kita manfaatkan salah satunya adalah google asisten, siri, dan alexa yang merupakan asisten virtual dan bekerja dengan menggunakan teknologi AI, sistem rekomendasi yang biasa kita temukan saat membuka aplikasi dan web e-commerce juga merupakan penerapan dari AI. Suara viral mirip Presiden Indonesia di beberapa medsos menyanyikan lagu Asmalibrasi milik band Soegi Boenan adalah hasil buatan aplikasi AI Voice Generator.
Pro kontra pengembangan AI ini terus mencapai arus perdebatan akhir-akhir ini. Kemudahan yang ditawarkan sangat melebihi batas, namun tingkat penyalahgunaan juga sangat tinggi. Pernyataan Goofrey Hinton pada BBC bahaya chatbot AI cukup menakutkan.
“Saat ini mereka tidak lebih cerdas dari kita, sejauh yang saya tahu. Tapi saya pikir tak lama lagi mereka akan begitu (menjadi lebih cerdas dari manusia). Goofrey Hinton dikenal sebagai salah satu bapak dari kecerdasan buatan sudah meramalkan kejadian ini sebelumnya. Saat ini telah menyatakan mundur dari Google sebagaimana pernyataan dari New York Times.
Dipublikasikan Kompas, (31/3/2023) bahwa Kepolisian Uni Eropa juga memperingatkan potensi penyalahgunaan sistem AI untuk pembohongan, disinformasi, dan kejahatan siber. Sisi lain catatan kejahatan siber meningkat tajam seperti catatan peretasan melalui dunia maya Indonesia peringkat dua, peringkat pertama di duduki oleh Ukraina. Pembatasan-pembatasan penggunaan AI sepertinya memang perlu diatur. Sejalan dengan itu, Pemerintah Inggris meluncurkan proposal untuk kerangka peraturan tentang kecerdasan buatan AI.
Petisi penangguhan pengembangan AI inipun terjadi. Petisi yang diluncurkan pada (30/3/2023) pukul 20.00 WIB, petisi telah ditandatangani oleh 1.377 orang. Selanjutnya sampai dengan Jumat (31/3/2023) pukul 07.00 WIB, 1.744 orang telah menandatangani petisi.
Petisi ini pun telah ditandatangani Yoshua Bengio pada urutan pertama, perlu diketahui dia termasuk perintis AI. Peneliti AI terkemuka lainnya seperti Stuart Russell dari Universitas California-Berkeley dan Gary Marcus dari Universitas New York.
Tak ketinggalan juga Elon Musk (CEO Tesla dan Twitter), Steve Wozniak (Co-founder Apple), dan Yuval Noah Harari (Profesor Hebrew University of Jerusalem). Sementara, CEO OpenAI, Sam Altman, tidak termasuk dalam tokoh yang menandatangani petisi tersebut. Demikian pula dengan CEO Alphabet Sundar Pichai dan CEO Microsoft Satya Nadella.
Sebagai masyarakat yang sangat majemuk Indonesia sangat potensial terkait AI ini, Indonesia menempatkan diri dengan pengguna aktif aktif smart phone mencapai 67,88 persen atau sekitar 189,65 Juta orang (katadata, 8/3/2023) telah memiliki smartphone dan berpotensi menggunakan AI ini.
Peringkat ini semakin menjadi potensi besar ketika dikombinasikan dengan pasar dunia yang menaksirkan Indonesia berada di peringkat keempat dunia dengan jumlah aktif pengguna smartphone dengan besaran 61,7 persen. Sisi lain newzoo memperkirakan pengguna smartphone di dunia juga akan mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2023 dengan proyeksi 4,3 miliar pengguna smartphone secara global.
Perkembangan AI bertujuan untuk memudahkan pekerjaan manusia tanpa terkecuali. Teknologi hadir sebagai imbas dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan untuk peradaban yang lebih baik. Pada tahapan peerkembangan ini pun tidak menutup kemungkinan terjadinya hal-hal negatif bagi para pemikir-pemikir curang dan terus mencari celah kejahatan yang dibungkus rapi melalui teknologi.
Pada akhirnya filter kemajuan teknologi hanya ada pada diri kita masing-masing. Bijak menggunakan teknologi mungkin menjadi salah satu jalan terbaik. (*/mpm)
-Advertisement-.