MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Jika selama ini perca (kain sisa) banyak dibuang dan kurang pemanfaatan, berbeda dengan Rini Sundari. Warga Kelurahan Tunjungsekar itu menyulap kain perca menjadi karya yang memiliki nilai jual cukup tinggi.
Kreativitas yang ditekuni olehnya, mampu memberikan pundi-pundi penghasilan meskipun memanfaatkan kain-kain sisa menjahit. Kepada Malang Posco Media perempuan yang memiliki latar belakang di dunia tata busana itu menjelaskan, awal mula merintis usahanya itu bergerak di bidang Home Set, mulai dari set untuk ruang tamu, ruang makan maupun untuk kamar tidur.
“Mulai tahun 2015, karena memang sudah ada bekal menjahit jadi ya menekuni itu. Sempat bekerja dulu selama sepuluh tahun, hingga memutuskan untuk membuka usaha sendiri. Ya itu usaha home set, bentuknya paket. Semuanya juga berangkat dari pengalaman kerja, jadi sudah paham karakter pelanggan seperti apa,” ungkapnya.
Ia menawarkan dagangannya secara online melalui media sosial Facebook. Pelanggannya datang dari kalangan ibu-ibu rumah tangga yang menghendaki set perlengkapan untuk rumah tangga dengan warna dan motif senada.
“Kami menerima kustom, jadi jika ada yang ingin memesan bisa request untuk jenis apa dan ukurannya seberapa. Sejauh ini memang kebanyakan yang beli datang dari ibu-ibu rumah tangga. Karena untuk kebutuhan rumah ya, seperti sprei, gorden, bedcover dan lain sebagainnya,” terangnya.
Biasanya ia membutuhkan waktu mulai dari dua hari hingga satu minggu untuk menyelesaikan satu home set yang menjadi request dari para customernya. Tergantung dengan banyaknya yang dibuat. Dari produk-produk tersebut, ia bisa meraih omzet jutaan rupiah setiap bulannya.
“Tapi untuk akhir-akhir ini home set mulai menurun peminatnya. Mungkin karena sudah banyak saingan diluar sana ya. Jadi mulai pandemi itu karena ada penurunan peminat, saya beralih ke kraft. Tapi Home set tetap jalan, jadi untuk kerajinan ini saya merangkai kain perca menjadi berbagai produk fashion seperti tas, dompet dan yang lainnya,” tutur owner Zigmarie Homeset and Fashion itu.
Menurunnya peminat dari home set, mengharuskannya untuk dapat memutar otak agar tetap mendapatkan pelanggan. Melihat banyaknya kain perca sisa dari pembuatan home set, disulap oleh Ririn menjadi produk fashion yang bernilai jual. Mulai dari tas dan dompet, dengan motif yang unik ternyata cukup banyak diminati oleh masyarakat, khususnya kalangan anak-anak muda.
“Karena produknya jadi limited edition. Memanfaatkan kain perca kan otomatis tidak sama ya. Jadi ya kain-kain siswa itu yang kita rangkai menjadi motif tertentu yang pastinya punya nilai estetik. Sehingga ketika dipasarkan ke pelanggan itu tertarik untuk memilikinya,” terangnya.
Harganya juga cukup terjangkau, mulai dari Rp 15 ribu hingga ratusan ribu. Tergantung dengan kerumitan dari pembuatan produk tersebut. Sejauh ini, selain memanfaatkan media sosial seperti facebook dan instagram, ia juga turut serta mengikuti berbagai kegiatan bazar yang ada di Malang.
“Untuk offlinenya biasanya di bazar-bazar, yang dekat ini ada beberapa bazar yang akan diikuti. Salah satunya seperti sekarang di MCC, terus beberapa waktu kedepan ikut di beberapa tempat seperti Rampal. Ini semua untuk menjalin relasi, semakin banyak relasi yang kita miliki maka akan semakin bagus,” ucapnya.
Ia juga memiliki channel youtube sendiri untuk membuat konten berbagi ilmu terkait tips dan trik menjahit yang dapat ditonton secara gratis oleh masyarakat luas. Menurutnya dengan saling berbagi dapat memberikan manfaat kepada orang banyak. Ia rutin membagikan video-video tutorial singkat dan mudah kepada para penontonnya. Bahkan subscribernya mencapai 126 ribu.
“Buat konten-konten, selain berbagi juga sekaligus untuk branding produk-produk dari zigmarie. Kadang ada yang penasaran atau juga tidak punya waktu untuk membuat, biasanya mereka memesan produk di kami,” katanya.
Ririn juga turut membuka workshop yang ditujukan kepada masyarakat umum bagi mereka yang ingin belajar secara langsung terkait dengan berbagai hal dalam dunia menjahit. Biasanya setiap minggu akan memiliki tema-tema tersendiri yang dapat diikuti oleh warga dan kebanyakan datang dari kalangan ibu-ibu rumah tangga.
“Antara 15 sampai 20 orang lah. Untuk workshopnya setiap hari minggu. Pasti berganti-ganti untuk temanya, misal minggu ini membuat taplak meja simpel, minggu depan membuat masker dan masih banyak tema-tema yang lainnya,” ujarnya.
Inovasi dan kreativitas akan terus dilakukannya, termasuk juga membuat motif yang menjadi ciri khas dari produk Zigmarie. Karena selama ini produknya banyak yang ditiru oleh para kompetitornya, sehingga ia ingin memiliki ciri khas tersendiri yang sulit untuk ditiru dan menjadi ciri dari produk-produk yang dihasilkan oleh Zigmarie. (adm/nda)
=================================
Nama: Ririn Sundari
Alamat: Jalan Ikan Cumi-cumi No.7A Malang
Produk yg di jual: Totebag, dompet, sarung bantal sofa.
No hp: 085850873630
Sosmed yg di gunakan: Instagram @Rheney_zigmarie