MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Kemarau panjang membawa masalah cukup serius bagi pertanian hortikultura di Kabupaten malang. Fenomena El-Nino memberikan dampak penurunan produksi pada sejumlah komoditas seperti halnya cabai.
Menghadapi peralihan musim ke penghujan, petani diharuskan mengatur pola tanam untuk mendapatkan hasil maksimal dan tidak terjadi inflasi yang tinggi. Kabid Hortikultura Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang, Heri Suntoro mengatakan, cabai menjadi komoditas yang terdampak cukup banyak.
Pada kemarau panjang hingga November lalu, penurunan produksi didapati hingga 20-30 persen. Dikatakan, sejatinya Kabupaten Malang menjadi salah satu daerah penopang hasil Hortikultura di Jawa Timur. Namun, hal tersebut tak lantas menjadi lepas dari masalah kekeringan.
“Kurang lebih luasan cabai mencapai 3.600 hektare, namun karena kondisi anomali (cuaca) banyak tanaman yang rusak dan terserang OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Sehingga produksi menurun,” kata Heri saat ditemui di kantornya, Kamis (14/12).
Sebagai gambaran, ia mengutarakan penurunan rata rata perhektarenya hanya menghasilkan 70 persen dibandingkan kondisi normal. “Misal rata-rata produksi cabai satu hektare biasanya 10-12 ton pas bagus, karena anomali jadi 8 ton. Jadi produksi turun, harga naik,” ujar dia.
Heri menyampaikan, dari segi kualitas, memang tidak ada penurunan signifikan. Pada beberapa kecamatan sentra cabai tidak didapati adanya harga yang menurun karena kualitas. Hanya saja tidak maksimal dari segi jumlah hasil panen.
Selain cabai, Komoditas hortikultura lain seperti sayuran dampaknya tidak terlalu siginifikan. Menurut pantauan DTPHP, harga sayuran hasil dari Kabupaten Malang relatif stabil. Justru saat beralih ke musim penghujan, petani akan mempersiapkan agar tidak terjadi kebusukan maupun kekurangan air.
“Cabai kalau memang perawatan bagus rata-rata tanam bulan 12 sampai bulan satu, perkiraan panen bulan 5-6 panen raya. Kalau bagus sampai bulan 10 masih ada panen,” rincinya. Ia mengarahkan penyuluh pertanian untuk mengarahkan pengaturan pola tanam kepada petani. Yakni adanya selisih penanaman baru di sejumlah titik untuk menghindari inflasi karena kekurangan produksi di waktu yang sama. (tyo/mar)