Pondok Pesantren Nurul Ulum 2 berdiri sejak sembilan tahun lalu. Gus H Ahmad Musyafa’ sebagai pengasuh pondok pesantren itu. Ia senantiasa mendidik para santrinya agar bermanfaat bagi sekitarnya.
MALANG POSCO MEDIA – Meski terbilang cukup baru, Pondok Pesantren Nurul Ulum 2 Kidul Dalem dibawah asuhan Gus Syafa’ sudah mengirimkan santrinya ke luar negeri. Salah satunya Malaysia untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan agama. Pondok tersebut merupakan cabang dari Pondok Pesantren Nurul ulum 1 yang berada di Kebonsari.
“Kami mencoba mendidik santri agar tidak hanya terfokus pada lingkungan yang ada di sekelilingnya saja. Tapi mereka juga harus bisa tampil berani tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang tidak mondok, bahkan harus lebih bagus,” terang Gus Syafa’ sapaan akrabnya kepada Malang Posco Media.
Menurutnya santri tidak harus menjadi seorang kiai atau Bu nyai. Selayaknya seorang manusia pada umumnya, mereka bebas mengabdikan diri kepada masyarakat dengan bidangnya masing-masing. Namun ia berpesan kepada para santrinya agar tetap ada pada koridor agama.
“Terserah mereka mau menjadi apa. Bisa jadi seorang direktur, tapi direktur yang bisa menerapkan ilmu agamanya kepada bawahnya. Jadi politikus, tapi tetap harus menjaga garis-garis yang telah ditetapkan syariat. Santri bisa jadi apa saja,” tuturnya
Salah satu cara yang dilakukan untuk membekali para santri dengan berbagai ilmu agama dan ilmu terapan melalui pertukaran pelajar. Program ‘Santri Anjangsana Antar Bangsa’ menjadi salah satu program unggul yang ada di Pondok Pesantren Nurul Ulum 2 Kidul Dalem.
“Kami ada program Santri Exchange, pertukaran santri ke luar negeri. Untuk saat ini masih ke Malaysia selama satu bulan. Total ada 20 anak yang tahun ini diberangkatkan sekaligus menjadi angkatan pertama untuk program ini,” ungkap pria yang fasih berbahasa Jepang itu.
Gus Syafa’ berharap para santrinya mampu menyerap berbagai ilmu selama mereka mengikuti pertukaran santri. Sehingga dapat terus menggali, mengembangkan serta mengelola potensi-potensi yang dimiliki para santri.
“Sebenarnya sumber daya manusia kita ini kaya, tapi yang minim adalah memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh mereka. Ini yang menjadi PR dan perlu diperbaiki. Harapannya melalui program yang dijalankan para santri bisa memaksimalkan potensi-potensi yang berharga itu,” imbuh alumni Pondok Pesantren Ilmu Alquran (PIQ) Singosari Kabupaten Malang.
Program Santri Exchange yang sedang berjalan yakni santri dikirim ke Yayasan Al Jenderami Dengkil Selangor. Mereka yang ikut dalam program ini merupakan santri tingkat akhir. Tujuannya agar bisa mengambil berbagai pengalaman hidup yang dapat berguna untuk kelanjutan studi para santri di jenjang yang lebih tinggi.
“Mereka di sana mengajar di Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) serta berbaur dengan masyarakat sekitar. Bahkan para santri kami juga turut dibekali dengan berbagai keahlian-keahlian seperti menjahit, memasak diajarkan kepada mereka. Tentu menjadi pengalaman yang berharga,” imbuh putra dari KH Ahmad Suyuthi Dahlan tersebut.
Pondok Pesantren Nurul Ulum 2 atau sekarang dikenal juga dengan Ponpes Nurul Ulum Ad- Dahlani berdiri sejak tahun 2015. Awal pembangunan gedung pondok pesantren dilakukan mulai tahun 2010 hingga tahun 2022. Memiliki daya tampung hingga 200 santri, Ponpes Nurul Ulum 2 tidak hanya berfokus pada kajian kitab, namun juga turut mengembangkan pendidikan formal.
“Untuk sementara memang pondok pesantren khusus putri. Ada sekitar 170-an anak yang nyantri disini. Kami juga turut menyediakan sekolah formal, mulai dari jenjang SMP hingga SMA. Dapat ilmu akhirat sekaligus ilmu dunia,” terangnya.
Kurikulum yang digunakan mengintegrasikan antara kurikulum pondok pesantren dengan kurikulum dari Kementerian Agama. Para santri dibekali dengan ilmu-ilmu agama melalui kajian kitab-kitab kuning serta pendidikan formal.
“Intinya saya ingin para santri tidak hanya pintar mengaji, namun juga dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya dengan berbagai ilmu pengetahuan yang didapatkan selama mondok di sini,” papar alumni Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta itu.(adm/van/bersambung)