MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Pandemi Covid-19 tahun 2020 benar-benar membuat Bambang Irawan, nganggur total. Posisi strategis yang dipegangnya di Ijen Suite Hotel dan Covention Malang seolah tidak ada harganya sama sekali. Karena waktu pandemi kala itu, semua hotel statusnya dalam kondisi mati suri.
‘’Karena tidak ada kegiatan, iseng-iseng saya membeli merpati pos. Hobi ngingu (memelihara) merpati saat masih di desa, di Kediri, coba saya geluti lagi. Sambil menunggu Covid-19 hilang,’’ ucap Bambang, Executive Housekeeper Grand Mercure Malang Mirama memulai kisahnya menekuni hobi dan bisnis merpati pos.
Pilihan Bambang memelihara merpati pos, ternyata tidak salah. Perlahan tapi pasti merpati yang dimilikinya terus beranak pinak. Sekarang sudah mencapai 40 ekor. Kualitas merpati miliknya pun tergolong lumayan bagus.
‘’Ada beberapa ekor yang sudah pernah meraih juara. Tapi saya lupa juara apa saja,’’ tutur Bambang yang baru saja dipercaya mengemban jabatan sebagai Ketua ARPC Malang. Di belakang rumahnya di kawasan Jalan Kaliurang Kota Malang, berderet kandang merpati pos jenis racing milik Bambang.
Penggemar pegion racing (merpati balap) di Malang Raya, ternyata cukup banyak sekali. Dan di Malang ini ada tiga buah klub yang mengayomi ratusan penggemar merpati pos. Antara lain ARPC Malang, Mapan Club dan Luctbode Malang. Klub terakhir ini merupakan klub penggemar merpati pos yang berdiri sejak jaman Belanda.
‘’ARC sendiri memiliki 179 anggota dan semuanya masih aktif. Anggota ARC datang dari berbagai kalangan dan profesi. Karena itu, mereka menjadi anggota klub semata-mata ingin bisa menyalurkan hobinya. Bukan mengejar hadiah lomba. Mereka sangat senang ketika melihat merpatinya bisa ikut racing,’’ kata Bambang.
Menurut Bambang, jika ditekuni secara tekun dan baik maka sebenarnya hobi memelihara merpati pos bisa mendatangkang banyak cuan. Selain didapat dari jual beli anakan atau indukan merpati, cuan bisa didapat dari mendirikan kos-kosan merpati. Sekilas memang aneh, kok namanya kos-kosan merpati.
Sebagai ilustrasi, Bambang menyebutkan, saat digelar semua lomba di sebuah daerah, ambil contoh di Malang, maka pesertanya tidak hanya dari Malang saja. Tetapi, peserta yang mengirim merpatinya bisa datang dari berbagai daerah di Indonesia.
‘’Ketika peserta itu datang, para merpati pos, tentu membutuhkan ‘hotel’ untuk istirahat sementara sambil menunggu jadwal pelepasan atau racing. Tidak mungkin hari ini datang, hari dilepas ikut racing,’’ tutur Bambang.
Sebelum racing dimulai biasanya merpati sudah dikirim ke lokasi rencana pelepasan. Misalnya di Tangerang, maka semua peserta harus nginap dulu di Tangerang. Agar bisa beradaptasi sebelum dilepas. Biasanya merpati akan kos di lokasi selama satu bulan. Tidak cukup hanya sehari dua hari.
Biaya kos dan pemeliharaan selama di lokasi pelepasan minimal Rp 50 ribu per hari per ekor. Jika pelepasan baru dilakukan 30 hari ke depan, maka biayanya kosnya Rp 50 ribu x 30 hari = Rp 1.500.000 per ekor.
‘’Padahal, peserta racing tidak pernah di bawah 50 atau 75 ekor. Pesertanya bisa ratusan. Tinggal hitung saja, berapa duit bisa didapat dari bisnis kos-kosan merpati racing ini,’’ rinci Bambang dengan menyebutkan, pembayaran kos merpati dilakukan dakam dua termin, Masing-masing termin dibayar separoh.
Bambang bersama beberapa anggota ARPC kini tengah menjajagi bisnis kos-kosan merpati ini. Selain luas areal yang ideal dan udara yang cukup dibutuhkan juga penjaga kos-kosan yang mumpuni dan telaten merawat merpati pos. Sebab, merpati yang kos tadi umumnya dalam kondisi siap untuk menjalani pelepasan dengan jarak tempuh lumayan cukup jauh.
‘’Saya sudah ngobrol dengan teman-teman untuk mendirikan kos-kosan merpati. Meski tidak setiap hari ada, tetapi bisnis kos-kosan merpati lumayan menguntungkan,’’ pungkas Bambang dengan menyebutkan hobi dan kepiawaiannya memelihara merpati pos sudah mulai diturunkan ke anak perempuannya yang masih SMP kelas 3. (hary santoso/aim)