Kasus mengakhiri hidup di Malang Raya, menjadi sorotan. Khususnya di Kabupaten Malang, angka kasusnya terbilang cukup tinggi. Sejak Januari 2021 hingga Mei 2023, Satreskrim Polres Malang mencatat ada 43 kasus bunuh diri. Rata-rata dipicu karena sakit menahun, disusul faktor depresi.
Pada tahun 2022 ada 22 kasus kesehatan mental yang berakhir dengan tewasnya orang tersebut. Mengalami peningkatan disbanding tahun 2021 yang ada 16 kasus. Sedangkan tahun 2023, hingga bulan Mei tercatat ada lima kasus.
Menurut Psikolog Universitas Islam Negeri Malang, Fuji Astutik, M.Psi, faktor mengakhiri hidup bisa jadi bukan hanya satu faktor. “Misalnya faktor keterampilan korban dalam penyelesaian masalah yang belum berkembang dengan optimal. Bisa juga faktor yang disebabkan karena ada traumatik, atau pengaruh lain seperti imbas karena ada perundungan,” ujarnya.
“Terlebih bila merasa masalahnya terlalu berat dan tidak mampu selesai. Lingkungan juga dirasanya sudah tidak mampu lagi untuk membantu dia,” papar Fuji, sapaannya.
Mengenai tanda-tanda khusus, Fuji menuturkan bahwa setiap individu memiliki cara ekspresi sendiri. Kebanyakan, berlainan dengan kebiasaan.
“Menunjukkan putus asa, juga menjadi salah satu yang harus segera dilakukan pendampingan dari keluarga. Mereka yang depresi, bukan lagi hanya butuh support, tapi juga butuh terapi. Jadi preventifnya memang membantu dia untuk menyelesaikan masalahnya. Caranya menjalin komunikasi dengan teman,” katanya.
Menurut dia, perlu adanya kerjasama semua pihak baik psikolog, psikiater, tenaga pendidik, dan pemerintah sebagai pemangku kebijakan. “Proses intervensi itu tidak bisa sekali. Apalagi kalau dengan permasalahan yang berat. Konsultasi berkala dan diidentifikasi lagi. Semuanya harus berubah kalau ingin mendapatkan hasil yang baik,” urai Fuji.
“Harus didorong pola pikirnya bahwa masalah bukan diselesaikan dengan cara yang seperti itu. Membangkitkan kesadaran berubah dengan pendampingan dan dibangun lingkungannya. Jadi harus ada kesadaran dan kehendak untuk berubah. Lagi-lagi kesadaran dan kehendak itu juga bisa dibangun oleh lingkungan,” imbuhnya. (tyo/bua)