Thursday, March 6, 2025

Puasa Media Sosial

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Saat ini, siapa orangnya yang tak menggunakan media sosial (medsos). Aneka platform medsos seperti Facebook (meta), Twitter (X), Instagram (IG), YouTube, Tiktok, dan WhatsApp (WA) penetrasinya sangat kuat di masyarakat. Pada bulan Ramadan ini, puasa sejatinya tak hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga mengendalikan hawa nafsu, termasuk dalam mengonsumsi informasi dan hiburan digital lewat medsos.

          Medsos telah menjadi media keseharian bagi banyak orang. Bahkan di Indonesia, medsos telah menjadi media sumber rujukan informasi yang utama. Beragam berita politik, ekonomi, sosial, olah raga, hiburan, diakses banyak orang melalui medsos. Lewat medsos pula banyak digunakan untuk beribadah. Lewat laman YouTube misalnya. Tak sedikit orang yang mengikuti pengajian dari sejumlah ustadz.

-Advertisement- Pengumuman

          Tak hanya segala kebaikan, medsos juga memfasilitasi keburukan. Berbagai modus kejahatan lewat medsos juga masih terus terjadi. Medsos memang bermuka ganda. Pada satu sisinya berwajah baik, namun pada sisinya yang lain melekat peran jahatnya. Dalam bulan puasa Ramadan, medsos bisa jadi sarana penunjang ibadah, tetapi bila digunakan tak bijak, lewat medsos pula pahala ibadah puasa bisa sirna.

Ramadan dan Medsos

          Melalui medsos banyak orang dituntun menjadi pribadi yang lebih taat beribadah. Lewat medsos pula beragam pengajian disimak banyak penonton (viewers) dan pengikut (subscriber). Beragam diskusi dan komentar juga bisa difasilitasi medsos. Medsos bisa jadi ajang silaturahmi virtual. Menyambungkan persaudaraan yang mungkin terputus dan mempertemukan mereka dalam kebersamaan dan kebaikan.

          Namun tak jarang lewat medsos pula banyak orang tergelincir dalam jurang keburukan. Medsos telah digunakan sebagai sarana bergunjing, memfitnah, menyebar kebohongan, ujaran kebencian, berita palsu, ghibah, dan aneka keburukan lainnya. Lewat mensos bisa jadi ajang pamer atau riya’. Tak sedikit yang beribadah Ramadan namun dipamerkannya jadi konten medsos melalui reels di IG, unggahan di Meta, X, TikTok, YouTube, dan status WA.

          Teknologi apapun, termasuk medsos, sejatinya hanya sarana. Digunakan untuk kebaikan atau keburukan sangat tergantung pada orang yang memakainya. Teknologi komunikasi itu sesungguhnya netral. Menjadi baik atau buruk sangat tergantung pada orang yang memanfaatkannya. People behind the technology atau orang di balik teknologi yang menentukan baik buruk penggunaannya. Manusia yang harus pegang kendali atas teknologi.

          Dalam menggunakan medsos perlu menjunjung etika. Berkomunikasi via medsos sesungguhnya serupa dengan berkomunikasi tanpa media yang dilakukan dengan mengedepankan etika. Terlebih saat bulan puasa Ramadan, kesantunan dalam bermedsos mestinya menjadi hal utama. Segala konten yang berpotensi dapat mengurangi hingga membatalkan puasa yang ada di medsos perlu dihindari.

          Selain itu, puasa medsos bisa dimaknai puasa menggunakan medsos dengan takaran yang tepat. Tak benar selama berpuasa banyak waktu hanya dihabiskan dengan bermain medsos. Alih-alih memperbanyak ibadah, yang terjadi justru memperbanyak konten dengan mengunggah aneka foto dan video beragam kuliner yang dinikmatinya. Puasa narsis, riya’ atau pamer ibadah di medsos perlu dilakukan membarengi puasa Ramadan.

Minimalisme Digital

          Merujuk karya Cal Newport (2019) dalam bukunya yang berjudul “Digital Minimalism” menawarkan pendekatan sistematis untuk mengelola penggunaan teknologi digital agar lebih bermakna dan tak mengganggu kehidupan sehari-hari. Newport berargumen bahwa banyak orang saat ini terjebak dalam kebiasaan konsumsi digital yang awalnya tak disengaja, menyebabkan kecanduan, gangguan produktivitas, dan berkurangnya kualitas hubungan sosial.

          Untuk keluar dari situasi ini, Newport mengusulkan filosofi minimalisme digital, yakni pendekatan yang lebih disengaja dan selektif dalam menggunakan teknologi. Dengan prinsip ini, seseorang hanya akan mempertahankan alat digital yang benar-benar memberikan manfaat signifikan, sambil mengeliminasi atau mengurangi penggunaan teknologi yang tak perlu. Melalui pendekatan minimalisme digital kita dapat kembali mengendalikan teknologi yang benar-benar mendukung kehidupan kita.

          Medsos dan beragam aplikasi digital dirancang untuk membuat penggunanya kecanduan, dengan memanfaatkan psikologi penghargaan intermiten seperti adanya notifikasi dan likes. Penggunaan medsos yang berlebihan sering kali tak memberikan nilai yang setara dengan waktu dan energi yang dihabiskan. Newport menawarkan tiga prinsip untuk membantu individu mengadopsi gaya hidup minimalis digital.

          Tiga prinsip minimalisme digital tersebut bisa dilakukan dengan cara selektif terhadap teknologi, operasionalisasi teknologi dengan aturan yang jelas, dan memanfaatkan waktu luang dengan aktivitas non digital yang bermakna seperti membaca, olahraga, atau interaksi sosial langsung. Newport lebih menekankan pada aktivitas membaca untuk melakukan puasa digital agar prinsip minimalisme digital bisa terwujud.           Media sosial telah menciptakan digital culture yang mampu mengubah perilaku manusia. Saat Ramadan tak jarang orang masih tekun melakukan aneka ritual dalam parktik budaya digital. Aktivitas berlama-lama berselancar di medsos (doom scrolling) tak disadari telah banyak menyita waktu. Puasa Ramadan yang mestinya banyak diisi dengan ibadah justru berlalu dengan aneka hiburan medsos yang bisa mengurangi pahala puasa. Selamat melanjutkan ibadah puasa Ramadan yang dibarengi puasa medsos.(*)

-Advertisement-

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img