MALANG POSCO MEDIA- Arema FC memilih fokus memulihkan psikologis tim pascateror saat away ke PSS Sleman di pekan 20 BRI Liga 1 2022/2023, Kamis (26/1) lalu. Tim dipulangkan ke Malang, diberi kesempatan istirahat. Manajemen tim berancang-ancang mengamankan para pemain ketika menjalani laga-laga berikutnya.
“Yang pertama pemain kembali bersama keluarga dulu. Psikologis biar tenang dan tidak ada beban,” kata Manajer Arema FC Wiebie Dwi Andriyas.
Sejak Kamis (26/1) tengah malam, akhirnya diputuskan tim pulang ke Malang. Sangat cepat, hanya kurang lebih dua jam setelah tiba di Ataya Hotel Boyolali. Setelah sebelumnya menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari Sleman, dengan teror lemparan batu yang memecah kaca bus sepanjang perjalanan.
Pukul 23.00 WIB, tim sudah meninggalkan hotel. Padahal, rombongan baru tiba sekitar pukul 20.30 WIB usai laga melawan PSS.
Wiebie mengatakan, pihaknya mengambil keputusan cepat tersebut. Apalagi sebelumnya juga telah terjadi komunikasi dengan pihak keamanan.”Iya kami ambil keputusan untuk memulangkan tim ke Malang,” tegas dia.
Padahal setelah laga melawan PSS Sleman, Tim Singo Edan dijadwalkan bermain pada 30 Januari 2023 melawan Bali United. Namun Arema FC sejauh ini belum mendapatkan homebase untuk menggelar pertandingan.”Belum berpikir main, keselamatan anak-anak yang utama,” tambah dia.
Sementara terkait langkah manajemen, diakuinya ada isyarat melakukan protes terkait pengamanan tim. Termasuk serangan yang akhirnya mengarah ke pemain dan pengrusakan bus.
“Semua saya serahkan ke manajemen, untuk selanjutnya menyampaikan ke operator,” tutur dia.
Pemilik NZR Group ini mengatakan, langkah lebih jauh tentunya meminta pengamanan tim ketika nantinya menjalani laga. Terutama untuk laga high risk. Akan tetapi untuk detilnya masih harus dikomunikasikan lebih lanjut di tataran manajemen, lalu diajukan ke operator kompetisi. Sebab nantinya apakah pengamanan ekstra itu disetujui atau tidak tergantung operator Liga 1.
“Pasti (ada permintaan pengamanan ekstra). Tapi semua kan harus ada acc dulu dari operator,” sebut dia.
Bila disetujui, dia meyakini pengamanan dari panpel akan lebih ekstra. Namun Wiebie enggan bila timnya sampai mengupayakan pengamanan secara pribadi. “Nggak sampai seperti itu, cukup dari aparat setempat,” imbuh dia.
Ketika mengalami teror setelah pertandingan, Wiebie mengakui langsung meminta bantuan pengamanan. Hingga akhirnya diputuskan tim pulang ke Malang. “Yang jelas sekarang tim konsen pemulihan psikologisnya,” tandas dia.
Sementara itu, pelatih Arema FC Javier Roca tak memungkiri, kondisi tim terpukul karena kejadian tersebut. Terlebih sebelum itu tim juga mengalami kekalahan 0-2 saat melawan PSS.
Pemain yang sudah berjuang di lapangan, masih harus berjuang menyelamatkan diri dalam perjalanan pulang. “Ya pasti terpukul. Karena mereka tidak bersalah , dan kita sebagai pemain hanya mau main bola, sejak kecil karena suka, senang. Kalah sedih, menang tidak bisa,” sebutnya. (ley/van)