MALANG POSCO MEDIA – Muhammadiyah tidak lagi bicara di tataran empang lagi, tapi sudah bermain di samudera serta menjadi pioner. Hal itu ditegaskan Sutrisno Lukito, Pendiri Lembaga Ekonomi Umat pada rapat koordinasi Perbankan Muhammadiyah dan penerapan sistem ISS Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (PWM Jatim).
Agenda yang dilaksanakan pada, Rabu, (12/4) di Rayz Hotel UMM ini dihadiri sederet tokoh dan ahli untuk berdiskusi terkait ekonomi. Termasuk pengembangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Sutrisno, begitu ia kerap disapa, melanjutkan bahwa BPRS yang dibentuk akan menjadi cikal bakal Bank Muhammadiyah di masa depan. Maka, PWM Jatim harus menjadi pioner dalam bergerak dalam aspek jihad ekonomi. Bagaimana Muhammadiyah bisa memulai dengan modal sekecil-kecilnya dan menghasilkan sebanyak-banyaknya.
“Tentu harus ada target yang dibuat dan dituju. Misalnya saja dengan modal Rp 400 miliar, dalam dua tahun harus menghasilkan Rp 4 triliun. Saya rasa target itu sangat realistis mengingat jaringan Muhammadiyah yang begitu besar. Ini menjadi modal yang luar biasa,” kata Sutrisno.
Ia juga menjelaskan bagaimana aplikasi keuangan yang terpusat akan memberikan kemudahan. Misalnya saja pembayaran rumah sakit Muhammadiyah bisa dilakukan lewat aplikasi Bank Muhammadiyah. Pun dengan pembiayaan obat, sekolah, dan lain sebagainya.
Turut hadir Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Masyarakat, UMKM, dan Industri Halal PWM Jatim Dr. Nazaruddin Malik, M.Si. Ia menjelaskan bahwa Muhammadiyah sudah sangat baik dalam memberikan solusi di aspek kesehatan, pendidikan, dan sosial. Maka, saat ini Muhammadiyah harus melebarkan sayapnya untuk pengembangan ekonomi yang mana tujuannya untuk mengatasi persoalan ketimpangan ekonomi di masyarakat.
“Bukan hanya seminar-seminar ekonomi saja, tapi benar-benar bisa memberikan kontribusi dan terobosan untuk mensejahterakan umat,” tambah pria yang juga Wakil Rektor II UMM.
Sementara itu Ketua PWM Jatim Dr. dr. Sukadiono MM. mengatakan bahwa PWM Jatim harus bisa menjadi pioner dan percontohan bagi warga Muhammadiyah lainnya. Apalagi jihad ekonomi juga sudah ditegaskan pada Muktamar Muhammadiyah di Makassar beberapa tahun lalu. Saat ini, menurutnya jihad ekonomi yang digalakkan masih belum maksimal.
“UMM mungkin sudah mengambil peran dalam implementasi jihad ekonomi dengan unit-unit bisnisnya. Maka, hal itu harus ditularkan ke perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) dan pimpinan daerah Muhammadiyah (PDM) lainnya agar semakin memberikan manfaat,” katanya.
Sukadiono juga menegaskan, dalam berjihad ekonomi harus melihat berbagai potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Misalnya saja di Jombang yang kini sedang mengembangkan peternakan ayam petelur yang bekerjasama dengan BPRS UMM dalam menjalankannya, Hal itu bisa ditiru oleh teman-teman Muhammadiyah lain.
Terakhir, Rektor UMM Dr. Fauzan, M.Pd. mengatakan bahwa pihaknya siap mendukung pembentukan BPRS. Hal itu sejalan dan sesuai dengan jihad ekonomi yang sudah digalakkan oleh Muhammadiyah selama ini. Pun juga menjadi salah satu upaya kontribusi, berbagi, dan terobosan mensejahterakan masyarakat.(lim)