Berangkat dari Bhumi Arema, Rahadyan Amandita kini terus mendunia. Karyanya kini akan mengawal salah satu klub sepakbola di kasta tertinggi negara besar benua biru (Eropa) Italia, yakni Como FC 1907.
MALANG POSCO MEDIA– Perjalanannya dimulai dari kegemarannya bergelut dengan dunia audio visual. Sejak awal tahun 2000, Rahadyan Amandita sudah aktif menekuni dunia ini. Ia makin aktif berkarya sejak 2003. Pria yang akrab disapa Adit ini, memang suka dunia videografi beserta editing.
“Saat itu saya mulai mencoba-coba dari memakai handycam. Ini untuk pengambilan video dan mulai proses editing. Sama seperti pada umumnya, saya juga memulai dari dasar,” ujarnya.
Adit mengatakan kegemarannya di dunia audio visual ini sempat membuatnya pernah masuk ajang festival internasional. Ketika sudah pandai mengoperasikan alat perekam, dia ditunjuk sebagai kameramen.
“Kami membuat film dokumenter berjudul Nunggu Teka, di tahun 2015 bersama teman-teman di Malang. Kemudian masuk di banyak festival di luar negeri. Bisa dilihat melalui kanal YouTube,” ungkapnya.
Perjalanannya sampai di tahun 2021, di mana ia membuka lowongan dari Mola TV. Terkait proyek dalam pembuatan video dan visual kegiatan di seputar Como FC yang saat itu berlaga di Seri-B Italia.
Klub yang dimiliki Djarum Group itu membutuhkan editor dan bisa tinggal di Italia sebagai syarat utama. Kemudian, Adit mengirimkan portofolio, dan dua minggu setelahnya ia diberi kabar bahwa karyanya disukai manajemen klub.
“Kemudian mereka memberikan final test, yaitu mengedit video dokumenter pemain Como, saya berpikir, saingane mesti sak Indonesia, tak cobake masio gak keterimo gak masalah,” ceritanya dengan penuh bahagia.
Selang tiga sampai empat hari, pria yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Brawijaya (UB) ini mendapat kabar dari Mola TV kalau ternyata ia diterima. Dari project ini akhirnya ia menyelami lebih jauh tentang Como FC dan budaya di Kota Como, Italia.
“Saya sempat terkendala bahasa, saat kali pertama bekerja di Italia. Namun, ini justru memacu dan memicu saya untuk bisa belajar lebih banyak lagi. Karena banyak bekerja dan bergaul dengan orang Italia, lama kelamaan paham juga,” sebutnya.
Menurut dia, semua butuh proses adaptasi, termasuk dalam berkarya untuk bisa menjadi sangat baik. “Perbedaan utama kalau di sektor pekerjaan adalah terletak pada kualitas konten, dan harus selalu tepat waktu serta tidak boleh terlambat dipublikasikan,” beber alumnus SMPN 14 Malang, itu.
Tidak ada yang menyangka, bahwa tim yang pernah tenggelam di kasta terendah liga Italia, bisa kembali ke kasta tertinggi. “Sebenarnya saya tidak pernah mengira kalau tim Como FC akan ke Serie-A. Semua penonton bersorak-sorak dan seluruh kota bergembira. Dari situ saya baru menyadari kalau ini semua bukan mimpi,” cerita Adit.
Posisi Como FC yang sudah menduduki kasta tertinggi dalam liga akan berdampak terhadap semua lini. “Termasuk untuk posisi kerja saya bakal dituntut lebih kreatif, dan menurut saya itu hal yang menyenangkan buat saya pribadi. Hal ini membuat saya bisa belajar lebih banyak lagi,” pungkasnya. (rex/van)