MALANG POSCO MEDIA – Badar adalah sebuah kota yang terletak 120 km dari Kota Madinah dimana sejarah perjuangan menembus kemustahilan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW berawal dari kota ini. Tepatnya 17 Ramadhan tahun ke 2 Hijrah. Rasulullah membuat sebuah keputusan yang sangat berisiko, yakni dengan melakukan peperangan melawan kaum Quraisy yang jumlah dan kekuatannya lebih besar 3 kali lipat.
Kaum Muslimin hanya memiliki 314 orang, 8 pedang, 6 baju besi, 70 unta, 2 kuda, sedangkan Quraisy lainnya memiliki lebih dari 1.000 orang, 600 Orang bersenjata lengkap, 700 unta, dan 300 kuda. Jumlah yang sangat berbeda ini kemudian mengharuskan umat Islam untuk menggunakan taktik yang dianggap efektif dalam mengalahkan musuh.
Strategi jitu yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW begitu luar biasa. Beliau memerintahkan kepada kaum muslimin untuk mendekat ke sumber mata air dan menguasainya. Memutuskan aliran sumber mata air ke tempat kaum Quraisy, yang menyebabkan mereka akan kehabisan persediaan makanan dan minum dan pada akhirnya kelaparan.
Selain itu “well strategy” yang dilakukan oleh Sang Nabi adalah dengan melakukan taktik perang jarak jauh. Ketika kaum Quraisy menyerang maka tidak serta merta kaum muslimin melawan dan terlibat pertempuran dengan tangan kosong, namun kaum muslimin lebih memilih untuk memanah dari jarak jauh dan kemudian diikuti dengan serangan darat menggunakan pedang.
Selama peperangan berkecamuk, Rasulullah menangis mengadu kepada Allah SWT, bahkan sahabat dekatnya Abu Bakar As Sidiq sampai-sampai khawatir dan meyakinkan bahwa semua kemustahilan ini akan terlewati dengan kemenangan.
Langkah mengambil risiko yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ini sekaligus menjadi dalil bahwa berpikir dan merencanakan sesuatu di atas kemustahilan dan memiliki belief system adalah bentuk eksistensi keimanan. Keyakinan kita kepada Allah SWT akan mengantarkan kita pada tindakan terbaik dan perilaku terencana menuju kemenangan.
Perang badar yang dilakukan di awal peradaban Islam ini bukan hanya membawa angin optimisme bagi Rasulullah SAW dan kaum muslimin, akan tetapi dari peristiwa itulah kegairahan Islam sebagai Rahmat bagi seluruh alam sampai pada titik sekarang. Dimana 1,9 miliar penduduk bumi ini mengimani Risalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Selain cerita heroik Nabi Muhammad SAW di atas, kisah fenomenal lainnya juga terjadi pada Nabi Sulaiman. Beliau adalah satu dari sekian banyak Nabi yang pernah dihadirkan oleh Allah SWT ke muka Bumi. Kita tahu bersama bahwa Sulaiman adalah anak dari Nabi Daud dan sejak berusia 13 tahun sudah menduduki tahta kerajaan waktu itu.
Salah satu masjid yang dimuliakan selain masjidil Haram, masjid Nabawi adalah Masjidil Aqsha, dan masjidil Aqsha ini adalah buah karya Nabi Sulaiman pada zamannya. Yang menarik dari Nabi Sulaiman adalah doa beliau yang diabadikan Allah dalam Al Qur’an di surat Shaad ayat ke 35 : “Ia (Sulaiman as) berkata: Ya Tuhanku, ampuni aku dan anugerahkan padaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku, Sungguh Engkau maha Pemberi.”
Pada akhirnya Nabi Sulaiman memiliki segalanya. Kerajaan, kekayaan, pengaruh, ilmu, kecerdasan, bala tentara dari semua jenis mahkluk (jin, manusia, hewan). Bahkan yang cukup fenomenal adalah ketika Nabi Sulaiman mengakuisisi kerajaan Ratu Bilqis. Terlepas dari Allah yang telah memberikan kelebihan kepada Nabi Sulaiman, akan tetapi doa dan keyakinannya lah yang menuntun Nabi Sulaiman memiliki segalanya.
Dalam ilmu modern hal ini bisa disebut “belief system”, keyakinan yang mendalam akan suatu hal yang pada akhirnya akan membawa orang tersebut mendapatkan apa yang dia harapkan. Belief system bisa dikatakan juga “Landasan Keyakinan” yang melatar belakangi seseorang bersikap dan berperilaku. Jadi semua hal yang kita lakukan pasti berawal dari “Belief System” yang dimiliki.
Ada sebuah ungkapan bahwa kenyataan hari ini adalah buah dari mimpi-mimpi kita di masa lalu. Konstatinopel bisa ditaklukkan oleh seorang anak muda Sultan Muhamad Al Fatih adalah bagian dari belief system yang beliau yakini akan sebuah hadist yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, bahwa suatu ketika akan tertaklukkan konstatinopel.
Pelajaran terpenting dalam Ramadhan adalah tentang afirmasi jalan keyakinan akan suatu hal yang mustahil menjadi sebuah belief system dalam kehidupan. Cerita sejarah yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW dan Nabi Sulaiman dalam membangun kehidupan dan kontribusi membangun umat manusia adalah contoh nyata bahwa tidak ada yang “haram” dalam meyakini sesuatu yang terlihat mustahil. Justru atas keyakinan itu kita akan mampu bertindak dan bekerja untuk mewujudkannya.
Pergunakanlah waktu ini dengan baik, apabila kita sudah tua kita akan sadar betapa ruginya kita. Karena apabila pikiran kita diisi hal-hal yang buruk, maka yang buruk pun akan datang kepada kita. Sebaliknya jika pikiran kita di isi dengan hal-hal yang baik, maka kebaikan itu pun akan datang. Kalau kita berpikir biasa-biasa saja, yang biasa itu pun akan datang kepada kita, akan tetapi kalau kita bercita-cita luar biasa, hal itu pun akan datang kepada kita.
Ramadhan adalah momentum bagi kita untuk meng”install” belief system dalam diri. Bulan spiritual yang sakral ini harus kita maknai sebagai bulan untuk mempertebal keyakinan bahwa menjadi makmur dan mulya merupakan hak semua orang.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam hadist qudsi “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku, kalau baik baiklah Aku, kalau buruk maka buruklah Aku”, Maka “berpikir dan rencanakan sesuatu di atas kemustahilan”, karena dia akan seperti magnet yang mendekatkanmu pada kesuksesan dan keberhasilan.(*)