.
Friday, November 8, 2024

Kolaborasi Mahasiswa FKG dan FT UB

Rancang Alat Deteksi Kanker Rongga Mulut

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tim mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) menciptakan inovasi alat deteksi dini kanker rongga mulut. Mereka menggunakan metode fluorescence visualization terintegrasi IOT. Dilengkapi sterilisator ozone plasma bernama Telesphorus.

- Advertisement -

Tim mahasiswa ini merupakan kolaborasi dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dengan Fakultas Teknik (FT) Universitas Brawijaya. Di bawah bimbingan dr. Thareq Barasabha, M.T, dosen teknobiomedik Fakultas Kedokteran UB.

Mereka adalah Imelia Arifatus Sani (FKG), Oliresianela (FKG), Jeremy Kartika Soeryono (FKG), I Made Ananta Wiragunawan (FT), dan Mochammad Rofi Sanjaya (FT). Tim ini berhasil memperoleh pendanaan dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2022 bidang Karsa Cipta yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan.

Ketua tim Imelia Arifatus Sani menyampaikan, ide tersebut berawal dari kepedulian tim terhadap kasus kanker rongga mulut di Indonesia yang jumlahnya masih sangat tinggi.

Dia mengungkapkan, jumlah kasus kanker rongga mulut di Indonesia mencapai 14.197 kasus pada 2015 dengan jumlah kasus baru di 2020. Bahkan, dilaporkan bahwa kanker rongga mulut merenggut 3.087 nyawa di rentang tahun tersebut.

Imelia mengatakan, keterlambatan penanganan kanker rongga mulut disebabkan pada stadium awal, gejala kanker tidak terlihat dan cenderung diabaikan. “Padahal, screening kanker rongga mulut sejak dini dapat menurunkan angka mortalitas hingga 80-90 persen,” ujarnya, Sabtu (10/9).

Kelima mahasiswa itu memulai proyek ini sejak Juni 2022. Dengan adanya inovasi alat deteksi dini kanker rongga mulut ini diharapkan dapat memberikan prognosis yang baik bagi pasien yang terkonfirmasi kanker rongga mulut sejak awal. “Melalui inovasi ini, kami berharap dapat membantu screening dini kanker rongga mulut sehingga mampu meningkatkan kelangsungan hidup pasien,” ujar Oliresianela, salah satu anggota tim.

Pada alat deteksi dini ini, terdapat dua sistem pada alat yakni sistem deteksi dan sistem sterilisasi. Setelah alat digunakan, selanjutnya disterilisasi dengan menggunakan sistem sterilisasi sehingga tidak terjadi kontaminasi silang antar pasien.

Selain itu, sistem juga dilengkapi sistem cerdas yang mampu menyimpan data hasil screening untuk dikirimkan ke dokter gigi spesialis guna memperoleh pemeriksaan lebih lanjut dan diagnosis utama. Inovasi ini juga diharapkan mampu mengatasi jumlah dokter gigi spesialis yang terbatas di beberapa daerah di Indonesia seperti Gorontalo, NTT, dan Maluku Utara, bahkan nihil di Papua Barat.

Alat ini juga memiliki beberapa keunggulan antara lain mudah digunakan, konsumsi daya rendah, pemeriksaan lebih akurat, dan desain portable. “Dengan berbasis teledentistry, alat ini mampu menyimpan hasil screening melalui sistem cerdas, selanjutnya dapat dikirimkan ke dokter gigi spesialis,” pungkas Jeremy, yang juga anggota tim. (imm)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img