spot_img
Friday, April 19, 2024
spot_img

Rancang Alat Tenaga Surya Cegah Pencurian Ikan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tim Doktor Universitas Brawijaya (UB) melakukan sebuah inovasi dalam bidang teknologi. Mereka mengembangkan perangkat monitoring Keramba Jaring Apung (KJA) berbasis tenaga surya. Perangkat ini berfungsi untuk meningkatkan keamanan produksi Kerapu.

Tim dosen ini beranggotakan Muhammad Fauzan Edy Purnomo, Ph.D, Akhmad Zainuri, MT (FT), Bambang Semedi, Ph.D, Dhira K. Saputra, M.Sc (FPIK) dan Supriyono, M.AB (FIA UB), M.Sc. Mereka dari Fakultas Teknik (FT), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA).

Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Perikanan (Pokmaswas) Gili Bahari, Sakur mengatakan maraknya pencurian ikan disebabkan keterbatasan masyarakat dalam mengawasi keramba budidaya. Pembudidaya pun kesulitan meminimalisir aksi pencurian ikan. “Ada beberapa kondisi yang menyebabkan kelompok pembudidaya tak bisa memantau maksimal,” kata Sakur.

Dia menuturkan, nelayan tak bisa memantau memanfaatkan alat bantu karena ketiadaan listrik. Lokasi yang jauh dari pengawasan semakin menyulitkan kelompok pembudidaya untuk mengawasi keramba ikan mereka.Dibutuhkan inovasi guna membantu menekan pencurian ikan di keramba. Pada saat ini terdapat lebih dari 400 petak keramba jaring apung (KJA) dengan komoditas utama adalah kerapu.

Walaupun produktivitas budidaya kerapu cukup baik, akan tetapi pada saat ini marak terjadi pencurian ikan pada keramba pembudidaya. Kondisi tersebut disebabkan ketiadaan sumber daya listrik untuk pemantauan. Apalagi lokasi yang tergolong jauh dari jangkauan monitoring kelompok pembudidaya.

Untuk membantu nelayan dalam mengatasi kendala tersebut, tim dosen UB merancang KJA berbasis tenaga surya. Perangkat ini terdiri dari perangkat solar panel, sistem penerangan dan sensor secara otomatis. “Perangkat alat ini bekerja apabila terdapat indikasi gerakan manusia di sekitar keramba,” ucap dosen UB, Akhmad Zainuri, perancang sistem alat tersebut.

Zainuri mengatakan penggunaan solar panel dilatarbelakangi oleh sulitnya akses listrik dari daratan Gili Ketapang. Sehingga dengan menggunakan tenaga surya tidak membebani pembudidaya dengan biaya operasional.

Walaupun begitu, terdapat tantangan yang dihadapi oleh perangkat ini, dikarenakan kondisi gelombang yang terdapat pada perairan Gili Ketapang, serta ancaman korosi akibat air dan uap garam. “Perangkat ini akan terus dipantau secara berkala, agar dapat membantu pembudidaya dalam mengamankan keramba masing-masing,” terangnya.

Pada saat ini, telah terpasang dua unit perangkat monitoring pada dua area keramba di Gili Ketapang. Respon positif diberikan oleh kelompok pembudidaya, dan mengharapkan adanya tambahan perangkat serupa pada area-area lainnya di Gili Ketapang.

Gili Ketapang merupakan pulau kecil di utara Probolinggo, dengan status sebagai Kawasan Konservasi Laut di Jawa Timur, dengan luas total kawasan mencapai 476,78 Ha (Kepmen-KP 64/2020).

Sementara itu, daratan pulau ini mencakup wilayah seluas 72 Ha dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi, mencapai 13.095 jiwa. “Potensi daya dukung perairan di pulau ini cukup tinggi, dan dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya laut, wisata bahari dan perikanan tangkap,” jelas Zainuri. (imm/udi)

Ikuti Juga Berita Malang Hari Ini dan Info seputar Arema FC, Arema dan Aremania di Youtube dan Tiktok Kami

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img