spot_img
Thursday, September 19, 2024
spot_img

Rancang UBreath, Alat Deteksi Covid-19

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – Guru Besar Universitas Brawijaya (UB) menciptakan satu inovasi baru. Dia adalah Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Sc.,Ph.D. Ia bersama tim mengembangkan alat deteksi hasil metabolisme dari sistem pernapasan dan pencernaan yang dinamakan UBreath Analysis.

Prof Arinto mengatakan alat yang diciptakannya tersebut berkaitan dengan fungsi pernapasan. Dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan satu karya yang bersifat efektif dan efisien. “Alat tersebut dapat mendeteksi apa yang keluar dari pernafasan. Dan juga relatif sederhana dan terjangkau,” ucapnya.

UBreath Analysis dinilai mampu mengidentifikasi dan mengukur konsentrasi zat yang berasal dari metabolisme sistem pernapasan dan pencernaan melalui embusan nafas dalam bentuk gas, partikulat, dan parameter lain yang berjumlah 25.

Selanjutnya, hasil pengukuran dari parameter itu akan dianalisis menggunakan Kecerdasan Buatan untuk mengetahui kondisi dari sistem pernapasan dan pencernaan.

Teknik penggunaannya, UBreath bekerja dengan cara mengembuskan napas pada kantong khusus. Kantong tersebut sudah disterilkan agar tidak terkontaminasi dengan bakteri lain. Kemudian, alat ini akan mengukur unsur-unsur yang terkandung dari udara pernapasan kita. Untuk mendapatkan hasil, diperlukan waktu dua hingga tiga menit.

Selain itu, UBreath telah diuji klinis pada orang sehat dan juga orang yang terpapar Covid-19. Uji klinis dilakukan di RSUD dr. Saiful Anwar Malang dan RS Lapangan Malang. Dengan total sampel sebanyak 400.

“Berdasarkan hasil yang didapatkan yakni, alat yang kami ciptakan tidak hanya dapat mendeteksi berupa positif atau negatif Covid-19. Tetapi juga bisa mengklasifikasikannya. Seperti Orang Tanpa Gejala (OTG), ringan, sedang, sampai berat,” jelas Guru Besar Fisika ini.

Penelitian ini dilakukan tahun 2020 terakhir. Dan menghasilkan tingkat akurasi mencapai lebih 90 persen. Di sisi lain, penelitian ini melibatkan tim Fakultas Kedokteran UB untuk kerjasama. Yakni Dr.dr Susanthy Djajalaksan.Sp.P(K), dan Prof. Dr.dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H., M.Sc.,SPParK.

Saat ini, alat tersebut sedang diuji klinik untuk screening penyakit pernafasan lainnya. Seperti kanker paru-paru, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK), serta Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang dilakukan bersama tim dari Fakultas Kedokteran UB.

“Penderita penyakit kanker paru-paru biasanya terlambat mendeteksi karena tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Sebab itu, alat ini sangat baik untuk screening awal,” terang Arinto.

Sementara itu, Wakil Rektor IV Dr. Moch. Sasmito Djati, MS. mengatakan walaupun UBreath Analysis telah mencapai 90 persen tingkat akurasi. Namun masih perlu dilakukan analisis lebih lanjut.

“Secara sains masih banyak pertanyaan. Tapi kita uji coba demi kebaikan bersama. Harapannya semoga dapat bermanfaat. Terlebih dengan harga yang terjangkau seperti tes antigen,” terangnya.

Ia menambahkan bahwa alat tersebut menggunakan sensor gas untuk mengetahui kondisi kesehatan pernapasan. Sehingga, dengan mengembuskan napas atau CO2 akan diketahui adanya unsur bakteri atau virus. (mda/imm)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img