.
Sunday, December 15, 2024

Rangkap Jadi Guru Ngaji, Pesertanya Anak-Anak hingga Lansia

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Kisah Lansia Dirikan TPQ di Kampung Halaman

Diterpa musibah, Fatimah pulang kampung. Ia mendirikan TPQ lalu menjadi guru ngaji sekaligus sebagai pengelolanya. Anak-anak hingga warga lanjut usia (lansia) belajar Alquran. Itu karena lansia berusia 63 tahun itu punya semangat besar memajukan kampung halamannya.

=========

Tahun 2000 lalu, Fatimah mendapat dua musibah. Ibunya meninggal dunia, suaminya mengalami kecelakaan lalu lintas di Bali. Suami Fatimah kemudian meninggal beberapa bulan usai dirawat di rumah sakit.

Sejak saat itu, Fatimah memilih pindah dari Tuban. Ia pulang kampung ke Dusun Princi Desa Gading Kulon Kecamatan Dau. Dia ingin memajukan kampung kelahirannya.

Cita-cita itu bukan tanpa alasan. Di kampung kelahirannya,  Fatimah tidak melihat ruang untuk anak-anak belajar mengaji. Dengan tekadnya, dia mendirikan TPQ Baiturahman yang tidak jauh dari rumah yang ditempati. Seiring berjalannya aktivitas mengaji, perlahan jumlah murid mulai bertambah.

Di TPQ Baiturahman, Fatimah mengajar anak setara Sekolah Dasar (SD). Jumlahnya 60 sampai 75 orang. Pengajian dimulai pukul 15.00 WIB hingga 16.30 WIB setiap hari, kecuali hari Jum’at. “Selama masih bernapas, saya ingin bermanfaat bagi warga sekitar. Terutama dalam agama,” tuturnya.

“Dulunya, TPQ di pinggir jalan, tapi karena khawatir murid terserempet sepeda motor, sehingga perangkat desa menyarankan untuk pindah,” sambungn Fatimah.

Ia  menjadikan rumahnya sebagai tempat  pembelajaran bagi warga paruh baya dan lansia. Dia menerima siapa saja yang ingin belajar agama, terutama mengaji. “Kalau dulu, ibu-ibu dan mbah-mbah itu datang ke rumah saya minta diajari ngaji dan salat. Tapi sekarang yang tersisa dua orang. Kadang ke sini, kadang tidak,” ucapnya.

Tujuan dari semua itu, agar lebih banyak orang-orang dari berbagai kalangan dan usia belajar tentang agama. Sebab  kata Fatimah, saat mulai menetap, ibu empat anak itu melihat banyak warga tidak menggunakan kerudung.

Dari tahun 2000 hingga  tahun 2015, Fatimah seorang diri sebagai guru mengaji. Dia tidak berharap menerima imbalan sepersen pun. Fatimah hanya ingin memajukan kampung halamannya dan bermanfaat bagi warga. “Saya memang sejak kecil di pondok oleh ayah saya,” ucapnya.

Sekitar tahun 2013, TPQ Baiturahman  diresmikan oleh Pemerintah Kabupaten Malang. Kini ada enam ustazah sebagai guru mengaji di TPQ Baiturahman. Pun penunjang operasional belajar mengajar lengkap.

Fatimah memang aktif dalam kegiatan sosial dan kepentingan warga. “Dulu jalan di sini, tidak menggunakan aspal. Tapi setelah saya agendakan dan rapat bersama pamong desa, hasilnya ada kemajuan. Begitu pula dengan kondisi air bersih. Dulunya sulit. Tapi sekarang sudah dapat dinikmati,” kenangnya. (den/van) 

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img