MALANG POSCO MEDIA , MALANG- Ratusan atlet Taekwon-Do ITF Malang menjalani grading test atau ujian kenaikan tingkat di Lapangan Serba Guna SMKN 4 Malang pada Minggu (19/11). Grading test itu turut menghadirkan Presiden Internasional Taekwon-Do Fede[1]ration (ITF) Indonesia, Ivan Antonius sebagai penguji.
Ratusan atlet usia muda hingga dewasa dengan antusias menjalani serangkaian ujian sesuai tingkatan mulai karakter, gerakan teknik dasar, jurus, sparing hingga pemecahan papan. Setidaknya, ada sekitar 300 atlet yang menjalani grading test itu. Presiden ITF Indonesia Taekwon-Do, Ivan Antonius mengaku senang dengan antusias para peserta.
Peserta berasal dari berbagai unit binaan ITF Kota Malang. Terbanyak dari Sekolah Internasional Al Ya’lu, kemudian dari SD Islam Al Azhar 56 dan SMK Negeri 4 Malang. Selain itu juga dari sejumlah dojang umum.
“Ujian kenaikan tingkat ini menghadirkan peserta terba[1]nyak se-Indonesia. Ini terobosan bagi Kota Malang dengan peserta terbanyak se-Indonesia. Ada peningkatan signifikan usai pandemic Covid-19 lalu. Peserta ujian dan peserta didik terus meningkat. Perkembangannya cukup baik di Kota Malang,” tuturnya.
Menurutnya, Taekwon-Do ITF berbeda dengan taekwondo pada umumnya. Siswa Taekwon-Do ITF menurutnya di[1]didik dengan mengedepankan karakter, mental dan kedisiplinan dulu, sebelum men[1]jalani materi teknik bela diri seperti ketangkasan gerakan kaki dan tangan.
“Melalui pendidikan karakter hingga kedisiplinan itu, atlet muda Taekwon-Do ITF tak akan terlibat dalam aksi bullying yang dapat merusak generasi bangsa. Tanpa fokus, tanpa karakter dan disiplin, maka bela diri bisa menjadi senjata berbahaya. Ibaratnya kalau pisau diberikan ke orang tidak jelas, sangat bahaya,” paparnya.
Dia berharap, di Kota Malang ini menjadi contoh untuk mendidik mental anak-anak soal disiplin, karakter dan teknik bela diri yang bagus. Kepala Pelatih Nasional ITF Indonesia itu menambahkan, Taekwon-Do ITF menurutnya merupakan aliran beladiri taekwondo tertua di Indonesia.
Sedangkan ITF Indonesia Taekwon-Do adalah organisasi nasi[1]onal yang berafiliasi dengan International Taekwon-Do Federation (ITF). Bela diri ini diperkenalkan saat tim demo Korea Selatan ke Indonesia, salah satunya di Kota Malang pada 1968 silam.
Selanjutnya organisasi Taekwon-Do pertama dibentuk di Medan pada 1973, diprakarsai oleh almarhum Harno Omar yang merupakan penyandang sabuk hitam pertama di Indonesia dan dinobatkan sebagai Bapak Taekwon-Do Indonesia. Kemudian ITF Indonesia Taekwon-Do sendiri terbentuk pada 2011 di Jakarta.
“Jadi ITF ini, setelah di Jakarta, dikembangkan di Malang, Sidoarjo, Madiun, Kalimantan Timur, Kalbar, Riau, Jambi hingga Sulawesi Utara. Sudah ada di 16 kota,” jelas Ivan sebagai pemilik sabuk hitam tertinggi di Indo[1]nesia yakni Dan VI itu. Ketua sekaligus Pendiri ITF Malang Taekwon-Do, Meta Andri Setiawan menambahkan perkembangan Taekwon-Do di Malang dimulai sejak 2017 lalu, tepatnya setelah ITF Malang didirikan.
Saat itu, Meta yang hijrah dari Jakarta sempat menggantikan mertuanya yang tengah sakit untuk melatih siswa bela diri. Dari situ, Meta bertekat untuk mendirikan ITF Malang Taekwon-Do dengan melatih 11 siswa dalam kelas ekstrakurikuler di SMKN 4 Malang, sebagai siswa pertamanya.
Meta mendapat banyak tantangan karena Taekwon-Do ITF jarang dikenal masyarakat. Untuk itu, Meta juga menulis buku tentang sejarah Takwon-Do ITF yang menjadi literasi dan pendorong berdirinya Taekwon-Do ITF di berbagai daerah di Indonesia. Setelah itu, kegiatan ITF Malang mulai dikenal. Kini, ITF Malang Taekwon-Do telah memiliki 600 siswa dan anggota.
Menurutnya, ITF Malang Taekwon-Do sejak 2017 juga telah menggelar grading test reguler (3 bulan sekali) hingga akbar (6 bulan sekali). Adapun grading test kali ini, memang ditujukan untuk menguji siswa apakah layak naik tingkat atau tidak. Dalam grading test ini, peserta menjalani ujian mulai karakter, kemampuan teknik dasar, sparing hingga pemecahan papan sesuai tingkatan masing-masing. (sir/mar)