MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Laju pembangunan di Kota Wisata Batu berjalan cepat. Hal ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif tidak bisa dihindarkan.
Dengan pembangunan berjalan cepat, dampak positifnya perekonomian bergeliat. Sebaliknya dampak negatif adalah kerusakan lingkungan semakin nampak, sala satunya matinya beberapa sumber mata air di Kota Batu.
Untuk menjaga kelestarian sumber mata air di Kota Batu, Perumdam Among Tirto Kota Batu mengajak masyarakat untuk menjaga mata air lewat budaya. Yakni dengan menggelar Mbatu Nabung Banyu Selasa (13/9) malam di Sumber Dandang, Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo.
“Mbatu Nabung Banyu adalah cara kami bersama Forkopimda, kepala desa serta lurah se Kota Batu dan pegiat lingkungan untuk menjaga sumber mata air. Lewat acara ini kami melakukan doa selamatan sumber mata air,” ujar Dirut Perumdam Among Tirto, Edi Sunaedi kepada Malang Posco Media.
Selain doa bersama juga digelar ritual dengan mencampurkan air yang berasal dari seluruh sumber mata air yang ada di Kota Batu. Total ada 100 kendi yang dikumpulkan dan dicampur lalu dibagi ke dalam 7 kendi.
Selanjutnya kendi tersebut dibawa ke beberapa tempat. Diantaranya Vihara Dhammadipa Arama, dilanjutkan ke Candi Songgoriti dan diakhiri ke Kantor Perumdam Among Tirto.
“Kami berharap lewat kegiatan yang kaya akan unsur budaya ini menjadi pintu untuk pelestarian dan penyelamatan sumber mata air. Dengan begitu sumber air di Kota Batu tetap terjaga demi keberlangsungan air harus tetap ada demi anak cucu,” bebernya.
Sokek, sapaan akrabnya menerangkan bahwa berdasarkan hasil kajian pembangunan yang tidak ramah lingkungan, anomali cuaca di musim kemarau yang berkepanjangan dan pembangunan sumur bor yang tidak terkontrol merupakan penyebab paling utama.
“Bahkan akibat hal tersebut kami mencatat debit sumber mata air terus berkurang setiap tahunnya. Diantaranya Sumber Darmi dulu itu 19,7 liter per detik, kajian sekarang hanya antara 14 hingga 16 liter per detik, jadi berkurang,” terangnya.
Perumdam Among Tirto sendiri mengelola enam sumber mata air yang mengaliri 18.100 pelanggan. Diantaranya seperti Sumber Dandang, Sumber Ngesong, Sumber Gemulo, Sumber Banyuning, Sumber Kasinan dan Sumber Terembulok.
“Dari beberapa sumber tersebut yang visibel hanya beberapa sumber mata air terutama Banyuning dan Ngesong. Sedangkan untuk Kasinan dan Terumbulok ini dimanfaatkan dua pelayanan spam jadi PDAM dan Hipam,” imbuhnya.
Sementara itu, Wali Kota Batu, Dra. Dewanti Rumpoko M.Si mengapresasi acara ini. Terlebih Kota Batu merupakan hulu Sungai Brantas yang menghidupi Jawa Timur.
“Alhamdulillah, hari ini kita tidak hanya bermunajat tapi kita harus bisa berperan langsung demi keberadaan sumber mata air. Budaya seperti ini bisa menjadi pintu untuk menjaga sumber mata air,” pungkasnya. (eri)