spot_img
Saturday, May 18, 2024
spot_img

Red Tulip, Daster Bordir Khas Malang; Setiap Bulan Tembus Produksi Dua Ribu Potong

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tak ada habisnya jika mencari berbagai oleh-oleh khas Malangan, mulai dari makanan dan minuman hingga produk lainnya seperti fashion banyak dijumpai hampir di setiap wilayah di Malang.  Menariknya ada salah satu brand fashion yang membawa desain fashion menarik yang jarang ditemui.

Red Tulip merupakan brand fashion untuk Daster Bordir khas Malang yang sudah ada sejak tahun 2018 lalu. Ike Vidya Nuswantari sebagai owner dari brand tersebut bersama dengan suaminya, Andri Fahlevi  mencoba merintis usaha dibidang fashion. Ia yang dulunya bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan itu ingin mencoba mengembangkan usaha yang dapat berkembang searah dengan perkembangan zaman.

KEKINIAN : Berbeda dengan daster pada umumnya, desain dan motif yang digunakan dalam Daster Bordir Red Tulip Khas Malang lebih kekinian

“Awalnya dulu saya suka belanja baju memang, terus melihat daster yang jadi oleh-oleh dari Malang kok begitu-begitu saja, kurang ada sentuhan yang menarik. Dari sana saya bersama dengan suami mencoba untuk mengeluarkan produk yang belum ada sebelumnya, maka lahirlah Daster Bordir khas Malang yang menjadi salah satu oleh-oleh wajib bagi yang berkunjung kesini,” ungkap Ike kepada Malang Posco Media.

Desain dari setiap produk yang dihasilkan merupakan hasil dari buah karya Ike sendiri. Meskipun tidak ada basic sebagai desain, ia lebih sering mengekspor berbagai desain dari produk-produk fashion yang dibelinya. Dari sana ia mulai belajar desain dan bisa menghasilkan desain untuk produknya sendiri.

Peminatnya datang dari berbagai kalangan, karena memang produk yang dihasilkan tidak hanya dikhususkan bagi kalangan ibu-ibu saja, namun juga ada produk untuk anak-anak, remaja hingga dewasa.

“Market kita memang untuk oleh-oleh, jadi para wisatawan yang datang berkunjung ke Malang. Responnya sangat baik, lima tahun kami berdiri sudah lumayan banyak yang mengenal. Bahkan ada beberapa public figure yang datang langsung kesini, salah satunya Mama Rieta ibunda dari artis Nagita Slavina dan juga Ibu Ida Fauziyah, Menteri Ketenagakerjaan,” ujarnya.

Dibandingkan dengan produk-produk serupa lainnya, Ike berani menjamin produknya termasuk terjangkau dari segi harga. Dengan bahannya yang halus dan dingin jika digunakan, dibanderol dengan harga mulai dari Rp 145 ribu.

Permintaan yang cukup tinggi, mengharuskannya untuk dapat terus menambah hasil produksinya. Setiap bulan, ia mampu memproduksi lebih dari 2 ribu potong pakaian yang dikerjakan oleh 70 lebih pengrajin. Ia memanfaatkan para pengrajin di sekitarnya untuk membantunya dalam memproduksi berbagai produk yang dijualnya.

“Untuk karyawan kami memanfaatkan para penjahit yang ada di sekitar, kami ingin berbagi kepada mereka-mereka yang membutuhkan pekerjaan. Dengan seperti ini, kami bisa terus terbantu dan mereka juga bisa mendapatkan pekerjaan,” jelasnya.

Red Tulip berlokasi di Jalan Tumenggung Suryo, Nomor 131D, Purwantoro, Blimbing Kota Malang. Selain menjual secara offline, berbagai produk dari brand ini bisa juga dibeli melalui media sosial dan juga marketplace. Tak sedikit pesanan yang berasal dari online shop.

“Sejauh ini kami sudah menjangkau berbagai wilayah di Indonesia. Tidak hanya sekadar Malang saja ya, beberapa daerah lain di luar pulau juga banyak. Seperti Makassar, Padang dan masih banyak lagi. Karena produk-produk kami juga sering diikutkan bazar atau pameran yang diselenggarakan di luar kota,” terangnya.

Disampai daster bordir, berbagai produk lain juga tersedia di Red Tulip. Mulai dari mukenah, sandal border, set perlengkapan ruang tamu, tas dan masih banyak yang lainnya. Sebagai owner, Ike senantiasa ingin terus berinovasi untuk produk-produk yang dihasilkannya, sehingga produknya dapat terus diterima oleh masyarakat yang datang dari berbagai kalangan.

“Tentu inovasi terus kami lakukan, di samping juga menambah jumlah sumber daya manusianya. Karena memang peminatnya melonjak cukup tinggi, jadi kami juga antisipasi untuk produksinya ini. Jika sebelumnya biasanya produksi di angka 2 ribu perbulan, kami sedang berusaha untuk bisa memproduksi 3 ribu pakaian setiap bulannya,” kata Ike.

Disamping usaha fashion, Ike bersama dengan suami juga terus memperluas jangkauan usahanya. Salah satunya dengan mulai mengembangkan usaha dibidang makanan dan minuman, yakni Gelato. (adm/aim)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img