KEMARIN siang, siapapun yang tahu atau kenal dengan Irjen Pol Teddy Minahasa, tidak pernah menyangka berita yang muncul di beberapa website. Dia yang baru saja mendapat TR dari Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Wibowo untuk menjabat Kapolda Jatim, disebut tersandung kasus narkoba. Bersama empat anggota Polri lain.
Selang beberapa jam, Kapolri menyatakan TM, panggilannya sebagai terduga pelanggar jual beli 5 kg sabu kepada salah satu bandar narkoba di Jakarta. Pengumuman ini, juga berbarengan dengan Presiden Jokowi yang memanggil seluruh Kapolda dan Kapolres ke Istana Negara. Ia tidak hadir dalam acara itu. Masih menjalani pemeriksaan di Paminal Divpropam Polri.
Semalam, kabar tentang ‘Pakde’ – begitu dia biasa menyebut lawan bicaranya – makin berseliweran. Banyak yang membela bahwa kasus narkoba yang disangkakan kepada mantan Kapolda Banten itu. Ada yang menyebut sengaja dijegal kelompok itu. Yang saat ini akan menjalani sidang kasus pembunuhan dan konsorsium. Ada yang menyebut bintang duanya diredupkan.
Ada yang menyebut isu baru untuk mengaburkan tragedi Kanjuruhan. Dan masih banyak lagi. Tanggal 21 September 2022, dalam laman Facebooknya, Teddy sempat menulis yang justru membela institusinya, Polri. “Berhentilah menyerang polisi. Kasus pembunuhan & konsorsium judi kan sudah ditangani secara transparan. Negara ini tanpa polisi juga repot. Siapa yang akan menjaga keteraturan sosial,” tulisnya.
Pukul 19.29, saya lihat lagi Facebooknya, sudah banyak yang berkomentar membela Teddy. Salah satunya Tere Liye. “Narkoba” judulnya. Saya kutip saja: Teddy Minahasa itu profilnya sangat menarik. Dia adalah polisi terkaya di Indonesia. Gemar dan aktif dalam komunitas Harley Davidson. Tentu, tidak sembarang orang yang bisa melaporkan kekayaan hingga 29 miliar. Lebih – lebih dia adalah polisi.
Masih saya kutip: Tapi Teddy dengan mantap menuliskan daftar kekayaan tersebut. Saat menjadi Kapolda Sumbar, Teddy Minahasa mendapatkan gelar “Tuangku Bandaro Alam Sati”, istrinya pun dikasih gelar. Lagi – lagi tidak sembarang orang punya gelar hebat nan dahsyat seperti ini. Dia baru saja menjadi Kapolda Jatim. Lagi – lagi tidak sembarang polisi bisa menjadi kapolda di tempat sangat penting ini.
Ya, apapun dugaan – dugaan, ataupun bantahan – bantahan, saya tidak tahu mana yang benar. Tapi, saat Pakde ditunjuk jadi Kapolda Jatim, sebenarnya ada tugas berat yang akan dilakoninya. Menyelesaikan masalah tragedi Kanjuruhan. Hampir sama dengan yang ditulis Pak Dahlan Iskan, sosok Teddy memiliki pola komunikasi yang baik untuk menyelesaikan permasalahan.
Semalam, ada pernyataan yang masuk bahwa dia menjalani tindakan suntik lutut, spinal dan engkel kaki pada Rabu (12/10) pukul 19.00 di Vinski Tower oleh empat dokter. Yakni dr. Deby Vinski, dr. Langga, dr. Charles, dr. Risha, ditambah anastesi oleh dr. Mahardika. Pembiusan total dilakukan selama dua jam. Kemudian, Kamis (13/10), pukul 10.00, mantan Kapolres Malang Kota itu, menjalani tindakan perawatan akar gigi di RS Medistra oleh drg. Hilly Gayatri, dan tim dokter RS Medistra.
Di rumah sakit ini, juga dibius total selama tiga jam. Sepulang dari RS Medistra, dia mengaku langsung ke Divpropam Polri untuk mengklarifikasi tuduhan ‘membantu’ mengedarkan narkoba. Semalam juga, hasil tes urine keluar. Hasilnya negatif. Jadi sebenarnya ada apa? Saya juga tidak tahu. Kata Pakde dalam setiap ucapannya: ‘Gusti Allah Tidak Pernah Sare’. (*)