MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Universitas Katolik Widya Karya Malang, akan segera melakukan rekonstruksi kurikulum. Tahun depan pola dan mode perkuliahan sudah mulai menyesuaikan dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Hal itu disampaikan Rektor Unika Widya Karya, Dr. Klemens Mere, S.E., M.Pd., M.M., M.H., M.A.P., M.Ak, kepada Malang Posco Media, Kamis (6/3).
Dia mengatakan, pembelajaran di Unika Widya Karya sudah harus kontekstual. Tidak lagi pada tataran teori. Supaya pola pikir mahasiswa lebih terbuka. Pengalaman mereka semakin luas.
Dari model pembelajaran kontekstual, mahasiswa lebih banyak mendapat kesempatan. Lebih aktif, kreatif dan mendominasi pembelajaran. Mereka diarahkan supaya memiliki rasa tanggung jawab dan keinginan tahunan yang tinggi.
Konsepnya bisa berupa proyek. Mahasiswa berkreasi baik secara individu maupun tim. Seperti, yang dilaksanakan mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis beberapa waktu lalu. Mereka menggelar bazar bisnis, sebagai proyek dari mata kuliah entrepreneur.
Dari kegiatan itu, mahasiswa bisa memunculkan peluang baru. Misalnya peluang kerja, atau menciptakan lapangan pekerjaan. “Karena kuliah tidak hanya tataran teori tetapi harus bisa berinovasi dan memunculkan sesuatu yang baru,” katanya.
Belum lama ini, Klemens Mere bersama tim NEXT EDU telah berkunjung ke beberapa negara. Antara lain ke Jepang, Finlandia, Swedia, Norwegia, Belanda, Denmark dan sebagainya. Selama tour studi banding tersebut, Klemens Mere dan tim belajar metodologi dan cara mengajar yang baik. Sesuai dengan tuntutan era milenial.
Dari yang telah dipelajarinya, Klemens mengatakan, bahwa pembelajaran di era milenial harus dengan pendekatan humanistik. Dan memberikan kesempatan yang luas pada mahasiswa untuk lebih aktif.
konsepnya dinamakan Student Center Learning. “Kalau di Indonesia masih lebih banyak teori dan lebih fokus pada guru. Sementara di luar negeri sudah fokus pada siswa. Student Center Learning menjadikan siswa lebih aktif berperan,” terangnya.
Selain itu, kata Klemens, dosen juga perlu melakukan pendekatan lebih pada individu. Karena masing-masing mahasiswa tidak sama. Mereka punya potensi yang berbeda. “Jadi tidak bisa dilakukan pendekatan secara makro atau universal,” katanya.
Menurutnya, ada banyak manfaat yang bisa didapat dari konsep student center learning. Diantaranya, pembelajaran berpusat pada mahasiswa. Mereka bisa menentukan jabaran materi kedepan. Selain itu, dosen harus belajar pendekatan baru yang sesuai dengan kesukaan kaum milenial.
“Kedepan akan ada perubahan kurikulum di Unika Widya Karya. Panduan kurikulum sudah mulai kami bahas. Supaya dapat menyesuaikan diri dengan Kurikulum Kampus Merdeka, dengan menerapkan konsep student center learning dan perkuliahan kontekstual,” pungkasnya. (imm/bua)