MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Kepedulian Rektor Universitas Ma Chung, Prof. Dr. Ir. Stefanus Yufra M. Taneo. M, terhadap UMKM Malang Raya dalam mengeksplorasi terus menunjukan ekspansi secara global.
Menurutnya, dengan pengolahan makanan dan minuman melalui industri dapat meningkatkan nilai tambah. Sehingga produk UMKM bisa mampu bersaing secara global dan mampu meningkatkan nilai tambah. “Caranya mengubah bahan baku mentah menjadi produk yang lebih bernilai, memiliki daya tahan lebih lama, dan siap konsumsi,” ujarnya kepada Malang Posco Media, Minggu (6/4).
Prof. Stefanus Yufra menceritakan pengalaman mengajar Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi pada mahasiswa semester pertama. Ia menyampaikan, fakta bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menyumbang 99,99 persen unit usaha di Indonesia, menyerap 97 persen tenaga kerja, dan berkontribusi 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto, namun hanya mencatatkan kontribusi ekspor antara 14-16 persen.
“Saya penasaran, apa yang menjadi penyebab utama rendahnya kinerja UMKM, bukan hanya di pasar internasional, tetapi terutama di pasar domestik,“ ujar pria yang lahir di Pisan, Timor, NTT ini.
Selain itu, ia mengatakan memiliki beban moril untuk berkontribusi kepada masyarakat dalam hal ini UMKM sebagai unit usaha terbesar di Indonesia. Tentunya melalui bidang keilmuan yang ia miliki, yakni manajemen inovasi. Ia melakukan penelitian untuk menggali faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja dan UMKM, termasuk didalamnya kendala-kendala inovasi dan adopsi inovasi.
“Dari tahun 2012 hingga 2025 memperoleh lebih dari 20 hibah/judul penelitian dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi dan 1 hibah penelitian dari Uni Eropa untuk 3 tahun pelaksanaan,” sambung Prof Stefanus Yufra.
Tak hanya memberikan pelatihan, Prof. Yufra juga sudah memfasilitasi Business matching UMKM dengan calon pembeli dari Malaysia pada tahun 2023, diikuti 30 UMKM. Kemudian juga program yang sama dengan calon pembeli dari Korea Selatan pada tahun 2024, diikuti 30 UMKM.
Pengabdiannya sejauh ini telah berdampak kepada banyak pihak terutama pelaku UMKM, pengurus paguyuban UMKM yaitu Forum Komunikasi Pelaku Usaha Industri Kecil dan Menengah/Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, serta pengambil kebijakan terkait pemberdayaan UMKM.
“Kegiatan pelatihan, pendampingan, maupun fasilitasi rata-rata setiap kegiatan diikuti oleh 30 UMKM, lalu pendampingan izin edar BPOM, merek dagang dan business matching dengan calon pembeli dari Malaysia dan Korea Selatan. Sehingga kegiatan-kegiatan tersebut sudah membawa dampak positif kepada lebih dari 700 UMKM,” paparnya.
Yang tak kalah penting, lanjutnya, adalah dampak pada sistem yakni naskah kebijakan yang diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang. Pertama adalah ’Peningkatan Daya Saing Berkelanjutan Industri Kecil dan Menengah Makanan di Kabupaten Malang’, yang diserahkan kepada Bappeda Kabupaten Malang pada tahun 2022, kemudian ‘Upaya Mendorong Usaha Kecil dan Menengah Memasuki Pasar Internasional, yang diserahkan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang’
“Naskah Kebijakan berdasar hasil-hasil penelitian selama lebih dari lima tahun yang merupakan rekomendasi atau bahan masukan kepada Pemkab Malang dalam proses pengambilan keputusan terkait pemberdayaan dan peningkatan daya saing UMKM,” pungkasnya. (hud/sir/udi)