Saat ini sangat marak didengar di kalangan masyarakat akan terjadi resesi ditahun 2023. Kegembiraan menyambut tahun 2023 yang tenang dan damai kini seakan menjadi ketakutan bagi setiap orang. Rencana untuk berlibur seakan pupus adanya isu resesi ini. Sebagian besar harapan untuk berlibur hanya akan menjadi sebuah mimpi karena perekonomian ataupun adanya konflik yang terjadi di Eropa Timur.
Tantangan global yang harus dihadapi dan siap menguji kesiapan diri kita. Suatu keadaan perekonomian suatu negara dalam keadan memburuk, yang dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang bernilai positif, pengangguran yang mengalami peningkatan, ataupun pertumbuhan ekonomi rill yang bernilai positif dalam kurun waktu dua kuartal secara berturut-turut merupakan pengertian dari resesi.
Penelitian Centre for Economics and Business Research (CEBR) menyatakan bahwa adanya kebijakan suku bunga yang tinggi menyebabkan sebuah ekonomi mengalami goncangan sehingga dapat membuat dunia akan menghadapi resesi. Dalam hal ini, CEBR menilai bahwa biaya untuk menurunkan tingkat inflasi ke tingkat yang lebih aman merupakan suatu prospek pertumbuhan ekonomi lebih buruk untuk tahun mendatang.
CEBR pada bulan Oktober lalu telah memperingatkan bahwa ekonomi dunia tahun depan akan berkontraksi dan 25 persen berpeluang untuk tumbuh di bawah 2 persen. Hal ini sering didefinisikan sebagai resesi global.
Dengan menaikkan suku bunga sebagai respon adanya inflasi yang dilakukan oleh bank sentral di seluruh dunia menyebabkan terjadinya resesi 2023 yang diungkapkan oleh Bank Dunia. Tidak hanya itu, terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina juga dapat memberikan dampak disrupsi rantai persediaan global dan dapat membuat inflasi membengkak.
Adanya pandemi Covid-19 yang sedang dihadapi merupakan hal yang memicu terjadinya resesi ekonomi di dalam suatu negara. Angka pengangguran yang meningkat akibat adanya resesi ini menjadikan sebuah tugas penting bagi pemerintah.
Adanya resesi ini sangat berdampak pada suatu negara karena dapat memicu ketegangan ekonomi, meningkatnya kriminalitas, turunnya PDB, menekan daya beli masyarakat, dan apabila ini terjadi secara terus menerus maka ekonomi akan terancam.
Pemberitaan tentang resesi ini masih berupa dugaan atau potensi yang akan terjadi ke depannya. Hal ini dikarenakan pertumbuhan Indonesia yang sampai saat ini tidak menunjukkan adanya tren negatif. Namun presiden terus menghimbau untuk melakukan stress test agar hal yang tidak diinginkan terjadi.
Dalam hal ini, Indonesia juga bersiap menghadapi the perfect storm. Dimana kondisi yang terjadi dikarenakan adanya tiga permasalahan yang terjadi secara bersamaan, yaitu inflasi yang tinggi, adanya resesi, dan adanya ketidakpastian akibat kondisi geopolitik.
Namun, Purbaya Sadewa sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sangat optimistis, perekonomian Indonesia di tengah adanya ancaman resesi global ini masih mampu untuk tumbuh dengan sangat baik.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan Indonesia akan mengalami kenaikan harga energi dan pangan sebagai dampak yang pertama kali dirasakan. Hal tersebut berpotensi merusak daya beli masyarakat. Lalu adanya resesi ini akan berdampak pada apa saja?
Perusahaan akan dengan mudahnya melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) agar dapat menutup kerugian yang terjadi. Akan banyak pekerja yang di-PHK mengalami kesulitan dalam perekonomiannya karena pendapatan yang diperoleh semakin sedikit. Hal ini juga membuat para investor akan berhati-hati dalam menempatkan dananya agar aman dikarenakan kinerja pasar modal akan mengalami penurunan.
Terjadinya resesi juga akan berpengaruh pada pajak. Akan terjadinya penurunan dari pendapatan pajak dan non pajak yang dikarenakan masyarakat mengalami kondisi finansial yang memburuk dan harga properti yang menurun.
Gejolak perekonomian global diperkirakan tidak akan membuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia masuk ke jurang resesi. Kerjasama antara pemerintahan dan masyarakat akan membuat Indonesia cukup kuat dalam menghadapi resesi ini.
Dengan adanya ancaman resesi global tahun 2023 dapat meningkatkan kemandirian ekonomi dan diharapkan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Dalam menghadapi resesi ekonomi ini kita perlu bijak dalam merencanakan keuangan. Pemilihan platform yang aman untuk berinvestasi adalah salah satu Langkah yang benar dalam menghadapi resesi ini.
Kondisi perekonomian Indonesia yang terbilang memasuki fase positif, namun hal ini bukan menjadi suatu halangan bagi pemerintah untuk menghimbau agar Bank Indonesia (BI) untuk selalu menjaga laju inflasi. Semua permasalahan yang terjadi akibat resesi ini, kebijakan moneter adalah suatu langkah relevan yang dapat dilakukan pemerintah.
Untuk meminimalisir dampak apapun yang terjadi aspek keuangan adalah hal yang terpenting. Pemerintah yang terus gencar dalam melakukan berbagai tindakan agar kondisi perekonomian Indonesia tetap seimbang akan tidak berarti apabila masyarakat tidak ikut campur dalam masalah ini.
Peranan masyarakat juga sangat berpengaruh dalam menjaga ekonomi tetap seimbang dan dapat bangkit dari kondisi yang sudah diprediksi akan mengalami penurunan. Masyarakat dihimbau agar dapat menjaga kestabilan ekonomi negaranya. Hal ini dilakukan agar Indonesia tidak dapat mudah jatuh di tengah-tengah krisis ekonomi yang melanda.(*)