MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Membangun masyarakat yang kreatif dan kritis, menjadi salah satu alasan Djuli Djati Prambudi mendirikan Yayasan Omah Mikir Prambudi. Yayasan itu telah diresmikan oleh Wali Kota Batu, Dra. Dewanti Rumpoko M.Si saat digelarnya Pameran Bersama “Banjir Bandang” di Galeri Raos, pada Senin (21/3) malam.
Sebanyak 19 pelukis memamerkan hasil karyanya di Galeri Raos hingga 28 Maret mendatang. Pameran dengan tema ‘Banjir Bandang’ itu juga dapat dinikmati masyarakat umum secara gratis. Sesuai tema, pameran tersebut bukan hanya mengartikan fisik sebagai banjir besar yang datang tiba-tiba di Kota Batu. Tetapi juga bermakna zaman sekarang sangat mudah memperoleh informasi.
Sehingga diartikan sebagai banjir informasi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Yayasan Omah Mikir Prambudi, Djuli Djati Prambudi dalam peresmian yayasan. Dirinya mengatakan, adanya yayasan ini diharapkan dapat menginspirasi Kota Batu agar lebih maju dalam mengenalkan brand atau ciri khasnya. Seperti menjadi Kota Wisata, Kota Kebudayaan dan Kota Kesenian yang dikenal dunia.
“Yayasan ini berdiri untuk membantu para seniman dan budayawan Kota Batu agar bisa mempromosikan dan memamerkan karya mereka. Namun juga tidak menutup kemungkinan bagi seniman dan budayawan dari luar Kota Batu bisa tergabung dalam yayasan ini. Seperti ada juga seniman dari Pasuruan, Malang, dan Surabaya yang ikut memarkan,” jelasnya.
Djuli menambahkan, yayasan juga menyediakan ruang publik dan perpustakaan untuk meningkatkan daya baca masyarakat, khususnya generasi muda. Hal itu dilakukan juga sebagai peningkatan literatur yang memadai dalam pengembangan diri.
Sementara itu, Wali Kota Batu, Dra. Dewanti Rumpoko M.Si yang meresmikan Yayasan Omah Mikir Prambudi berharap kedepan dapat memberikan edukasi dan literasi kepada masyarakat. Serta mendorong masyarakat dalam berkecimpung dalam dunia kesenian dan kebudayaan.
“Saya sangat berharap Omah Mikir Prambudi menjadi yayasan yang akan membuat pencerahan bagi seluruh masyarakat Kota Batu. Karena kita tahu generasi muda harus terus melestarikan budaya,” kata Dewanti.
Salah satu pelukis yang ikut memamerkan lukisannya di Pameran Bersama, Isa Ansory juga mengungkapkan bahwa tema lukisan yang ia angkat juga tak jauh dari tema pameran “Banjir Bandang”. Bahwa kata “Banjir Bandang” tidak ia artikan secara umum, namun lebih ke persoalan struktur sosial dan struktur pikiran setiap insan.
“Jadi banjir bandang pasti ada di dalam setiap personal dan bisa terjadi oleh siapa pun. Karena setiap insan memiliki konflik sosial dan pikirannya masing-masing, seperti kejadian di dunia maya maupun dunia nyata,” pungkasnya. (ran/eri)