MALANG POSCO MEDIA – Sepekan kemarin saya bersama tim kecil Malang Posco Media mengalami rush hour. Rush hour sebutan bagi kami para pekerja deadline sebagai jam-jam sibuk.
Iya, semingguan kemarin memang tim kecil ini mengalami jam atau hari yang sibuk. Itu karena menyiapkan konsep liputan dan meliput event. Yakni Malang 108 atau Flashmob dan Malang Fashion on the Street di Kayutangan Heritage, Minggu (5/6) lalu.
Tim kecil ini dar redaksi. Saya sendiri Sisca Angelina bertugas menulis persiapan acara, wawancara siapa pun yang terlibat. Sesuai arahan Dirut Malang Posco Media, Pak Sudarno Seman, setiap hari harus ada beritanya.
Selain saya, di tim ini ada teman-teman fotografer. Yakni Muhammad Firman yang menyiapkan foto suasana Kayutangan dari berbagai angle. Saking padatnya kegiatan ini, Koordinator Liputan (Korlip) Guest Gesang juga turun gunung. Ikut mempersiapkan foto-foto yang ciamik.
Oh iya tidak lupa, ada bantuan lain. Yakni dari anak-anak magang. Mereka yang baru saja bergabung di MPM ikut terjung ke Kayutagan. Namanya Ilham Anggoro Putro dan Akbar Maulidi. Ikut hunting foto. Ini sebagai bagian dari pembelajaran.
Tidak ketinggalan anak-anak digital. Seperti biasa ada Septian Dwi Saputra dan Fitri P Arista. Ini malah tambah sibuk bukan main karena harus cepat mengolah data dari wartawan dan fotografer menjadi video dan berbagai produk digital MPM.
Singkat cerita, rush hour kami dimulai sejak Senin (30/5). Saya diminta mewawancarai tidak hanya satu dua narasumber tapi empat narasumber. Karena tulisan persiapan event ini dua angle setiap harinya.
“Dua angle ya. Cari narasumber dari masyarakat dan pelaku usaha maupun siapa pun yang terlibat dalam event ini,” pesan Redaktur Pelaksana Vandri Van Battu.
Bukan masalah buat saya. Penugasan cepat dan dinamis seperti ini memang sudah biasa. Ritme kerja jurnalistik di MPM selalu dinamis. Acuannya bikin konsep, lalu disesuaikan dengan kondisi lapangan. Bisa berubah sangat cepat, bisa juga tidak.
Selasa (31/5) saya piket. Berita-berita tentang event Kayutangan menjadi prioritas. Saya pun ikut melihat riwehnya peserta Malang Fashion on the Street gladi resik. Bertemu Bu Wali, sebutan Istri Wali Kota Malang Sutiaji yakni Widayati Sutiaji. Bu Wali inisiator salah satu bagian event yakni Malang Fashion on the Street.
Bu Wali sempat kaget. Kok ada wartawan meliput gladi resik. Ya namanya juga menulis berita, mencari angle apa pun harus dilakukan. Itu demi pembaca.
“Saya kaget kok ada wartawan ya yang liput. Tapi gak apa-apa. Terimakasih lho Mbak Sisca,” ungkap Bu Wali saat melihat saya meliput gladi resik model Malang Fashion on the Street di Rooftop Malang Town Square.
Hari tambah sibuk. Ketika H-1 event akan diadakan. Itu Hari Sabtu (4/6). Sesuai hasil rapat redaksi sehari sebelumnya, konsep liputan dibikin berbeda. Yakni mengajak Wali Kota Malang Sutiaji dan Ketua TP PKK Kota Malang Widayati ke Koridor Kayutangan Heritage. Tujuannya untuk motret di lokasi event. Sehingga tampilan di koran pun berbeda dan menarik .
Ini sekaligus memastikan bahwa Kayutangan Heritage memang kian menarik dijadikan tempat event maupun bersantai. Model fotonya, Pak Sutiaji dan Ibu Widayati.
Jumat (3/6) sore saya menghubungi Ibu Widayati. Saya hubungi melalui WhatsApp (WA). Ibu Widayati menjawab, menelepon saya bahwa bersedia ke Kayutangan Heritage. Juga bersama Pak Sutiaji. Lengkap! Sesuai rencana atau konsep pemotretan.
Tibalah hari Sabtu (4/6) sore. Pak Sutiaji dan Ibu Widayati datang ke lokasi janjian di Kayutangan Heritage. Pasangan suami istri ini datang dengan keramahannya. Bahkan sesekali guyon, mencairkan situasi.
“Saya dikerjai Sisca,” kelakar Pak Sutiaji sambil tertawa kecil mengendarai motor maticnya. Ya begitulah Pak Sutiaji, biasanya sempatkan guyon.
Ceritanya memang kami janjian bertemu dengan di depan Telkom atau Digital Lounge (DiLo) Kayutangan pukul 16.00 WIB. Saya sudah datang bersama Mas Firman dan Mas Guest pukul 15.30 di lokasi.
Mas-mas fotografer melihat tempat mana di Kayutangan yang pas dijadikan lokasi foto. Mereka melihat-lihat sebentar dan memutuskan di depan Kopi Lonceng. Ke sanalah kami berjalan. Saya pun sempat mengirim pesan pada Bu Wali bahwa kita pindah lokasi janjian. Namun rupanya tidak terbaca. Pak Wali dan Ibu Widayati sampai di DiLo Kayutangan tak mendapati kami di sana.
Akhirnya kami bertemu lalu memulai sesi pemotretan. Warga yang penasaran dengan sesi foto ikut mendekat. Seperti biasa, Pak Wali meladeni warga. Berbincang dan mendengar suara warga.
Kemudian sampailah hari H. Event Parade Flashmob 108 dan Malang Fasion on the Street Kayutangan Heritage, Minggu (5/6), tim meluncur ke lapangan. Tidak hanya tim kecil, tapi yang lain ikut turun. Ada Mba Ira Ravika, Pak Buari, Pak Marga, Sammy ikut ke Kayutangan untuk meramaikan acara.
Kami di tim inti sudah standby sejak pukul 14.00 WIB. Saya dengan Ian Nurmajidi, wartawan yang juga ngepos di kota bagi tugas. Ian meliput acara siang, saya yang malamnya. Saya pun mengcover pemberitaan acara hingga selesai.
Meski sempat hujan, ternyata warga antusias. Dan acara Kayutangan itu disebut sukses. Wah syukurlah! Memang keren sih. Oh iya, salah satu tim digital Fitri Puspa bernasib apes yang cukup lucu. Sepatunya jebol. Tapi Fitri dan Septian dari tim digital bisa menghasilkan video-video kegiatan yang ciamik.
Hal yang menarik juga buat saya. Pertamakalinya saya bisa melihat Pak Darno, Pak Bos kami, jadi super model. Kostumnya kreasi desain ternama Kota Malang lho! Seru juga. (Sisca Angelina/van)