.
Thursday, December 12, 2024

Sah, Kantongi Residence Permit Jadi Warga Portugal

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Ada pepatah yang sering didengar “Orang yang bersabar pasti akan meraih keberuntungan. Meskipun itu diperoleh setelah waktu yang lama”. Namun kembali lagi, bersabar itu kegiatan yang tidak ringan. Perlu usaha lebih untuk bisa mencapai fase bersabar. Sabar pun tidak cukup, perlu juga adanya usaha untuk menyelesaikan suatu masalah. Namun di kasus lain tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan pemikiran dan logika, hanya dengan kesabaran dan tekun berdoa saja yang bisa dilakukan. Di penghujung 2024 ini kesabaran apa yang sudah kawan pembaca lalui?.

Kesabaran kami selama 2,5 tahun akhirnya terjawab sudah. Alhamdulillah, Alhamdulillah, dan Alhamdulillah. Masih ada yang ingat dengan cerita kami bahwa birokrasi di Portugal terkait terbitnya residence permit (RP) itu lambat sekali?. Ada yang masih ingat bahwa 3 tahun lalu, sewaktu keluarga kecil kami pindah ke Lausanne – Switzerland hanya butuh 2 minggu untuk punya residence permit (RP)? RP wajib dimiliki saat tinggal di negara yang dituju, karena visa hanya berlaku maksimal 3 bulan. 

Permasalahan ribetnya proses mendapatkan RP ini bukan hanya terjadi di Portugal. Di negara Eropa lainnya pun juga memiliki kasus yang sama, seperti Spanyol, Swedia dan Jerman. WNI perlu melewati waktu yang lama juga. Hal ini juga dikarenakan semakin banyak imigran yang datang dan tinggal di negara tersebut.

Apabila WNI datang untuk bekerja atau belajar tidak begitu banyak kendala, karena pasti perusahaan atau universitas mengeluarkan visa bekerja/pelajar. Nah kalau tipe family visa (visa keluarga) barulah banyak sekali kendala yang terjadi. Seperti kami. 

Awal November 2024 menjadi bulan sangat spesial buat saya, Zirco, dan Zygmund. Akhirnya kami resmi menjadi warga lokal yang legal. Saat membuka post box terdapat 3 amplop dengan nama kami bertiga. Saat dibuka entah sudah berapa kali mengucapkan syukur kepada Allah. Masya Allah, Masya Allah. Dengan memiliki RP ini berarti kami berempat bisa travelling ke luar Portugal. Mudik ke Indonesia bukan lagi hanya impian.

Awal  2024 sempat dibuka pendaftaran apply online family visa. Keluarga yang memiliki anak diumur tertentu bisa mendaftar. Dan umur tersebut ada di range umur Zirco (7,5 tahun), umur Zygmund (3,5 tahun). Jam 3 pagi langsung papi Fariz mengisi aplikasi secara online. Pendaftaran pada jam kerja sangat padat, belum lagi server website sering down dan error. Butuh perjuangan sekali waktu itu. Karena umur Zirco masuk kriteria maka berlaku juga dengan seluruh anggota keluarga bisa mendaftar.

Sempat menjadi perbincangan di kantor papi Fariz, bahwa ada kolega yang tidak bisa mendaftarkan istri dan anaknya karena si umur anak masih bayi. Rasanya mangkel banget sama pemerintah Portugal. Tapi mau bagaimana lagi, sebagai warga yang baik maka harus mengikuti aturan yang berlaku.

Kalau ada yang lagi ramai beranggapan “hidup di luar negeri itu enak ya, begini begitu bla bla bla, pingin deh pergi dari Indonesia” maka cobalah merantau. Begitu juga sebaliknya, ada pepatah berkata “Merantau bukan hanya soal mencari rezeki, tetapi juga menemukan jati diri di tanah yang asing. Terkadang dengan merantau kalian bisa bertemu dengan kekuatan yang tak pernah kau sadari ada di dalam dirimu”.

Setelah proses pendaftaran online, masih menunggu waktu panjang lagi. Masih ada proses verifikasi data dan pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah Portugal. Bukan cuma 1 – 2 minggu tetapi berbulan-bulan. Penantian menunggu telepon atau email untuk pemberitahuan agenda foto dan biometric (rekam sidik jari) akhirnya datang setelah 5 bulan kemudian. Setelah proses biometric beres, penantian panjang lagi menunggu kartu dikirim kerumah.

DoubleZ sudah pernah “nekat” untuk travel ke Spanyol lewat jalur darat. Karena melalui jalur darat tidak ada pengecekan sama sekali. Bukan hanya keluarga kami yang pernah nekat, namun hampir seluruh teman se-kantor papi Fariz mengalami hal yang sama. Bahkan agen relokasi pun juga tidak bisa berbuat apa-apa saat banyak keluarga yang belum memiliki RP. Hanya disuruh bersabar saja!!!

Sudah menjadi angan-angan enaknya traveling kemana yaa untuk pertama kalinya punya residence permit?. Rezeki luar biasa datang kembali. Tuhan begitu sangat baik kepada keluarga kami. Mendadak papi Fariz mendapatkan telepon dari bosnya yang ada di Lausanne – Swiss. Ada rapat akhir tahun yang membutuhkan kehadiran beliau. Padahal sebelumnya tidak ada agenda undangan tersebut. “Mau ikut bisnis trip ke Lausanne?”, tanya Papi Fariz. Serentak langsung menjawab “Mauuuuuuuuuu”.

Saat mendapat arahan dari si bos untuk membeli tiket pesawat dan pesan hotel maka barulah membeli tiket pesawat yang sama. Lumayan untuk menginap hotel di Lausanne bisa nunut dibayari kantor papi, hehehehe. Tetapi tetap harus merogoh uang tabungan untuk beli tiket pesawat sendiri.

Pertama kalinya akhirnya bisa ngintil papi Fariz bisnis trip. Sebelumnya kami sudah pernah ditinggal ke Turki, Yunani, Italia, Austria, dan Belgia. Hal ini seperti sebuah keajaiban. Mengapa bisa??.

Juli 2021 menjadi pertama kalinya kami menginjakkan kaki di Eropa, di negeri dongeng Switzerland. Kalau yang lagi trend “Cappadocia is my dream” maka my dream adalah liburan ke Swiss meskipun pada saat itu tabungan juga belum cukup, hahaha. Namanya juga mimpi ya kan. Berkat campur tangan Tuhan, Swiss bisa menjadi rumah kedua bagi kami selama hampir 1 tahun.

Ternyata Allah mengizinkan kembali untuk bernostalgia dengan Lausanne – Switzerland setelah 3 tahun kemudian. Allah berikan rezeki untuk pertama kalinya pergi ke Swiss setelah resmi memiliki RP. Masya Allah, luar biasa rencana Allah setelah kami ikhlas bersabar selama 2,5 tahun ini. Dulu tinggal hampir 1 tahun, sekarang siap bernostalgia selama 1 minggu.

Bismillah. Selama 1 minggu kami sempat berlibur di Geneva dan Interlaken serta menginap di Lausanne 5 hari 4 malam. Bagaimana keseruan DoubleZ selama di Swiss? Apakah Zirco memiliki wishlist tempat-tempat yang ingin dia kunjungi? Apakah Zygmund memiliki ingatan terkait Swiss karena waktu itu dia masih bayi belum juga umur 1 tahun. Apakah kami bisa beradaptasi dengan perbedaan suhu yang sangat signifikan dengan Portugal? Apakah kami ingin kembali tinggal di Swiss seperti dulu? Nantikan lanjutan cerita DoubleZ edisi nostalgia di Lausanne – Switzerland setelah 3 tahun kemudian. (Okky Putri Prastuti/MPM)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img