spot_img
Saturday, May 18, 2024
spot_img

Salam dari Swiss; Perpisahan, Boyongan ke Portugal

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – Tepat sembilan bulan kami tinggal di Lausanne – Switzerland. Rencana penugasan suami, Papi Fariz yang awalnya satu tahun, ternyata harus diselesaikan lebih cepat.

Bulan Desember tahun 2021, suami mendapatkan “kado natal” dari bos besar Philip Morris International (PMI). Pulang ke rumah membawa sebuah berita kalau suami mendapatkan penugasan relokasi di Philip Morris International – Portugal. Si bos berkata pindahan ini harus dilakukan dengan cepat karena posisi suami sudah dibutuhkan di Portugal. Masih belum percaya ini beneran atau tidak namun saat itu hati rasanya campur aduk. Masih ingin menikmati keindahan Swiss lebih lama, benar-benar akan merantau dalam waktu yang lama, jauh dari keluarga. Harus adaptasi lagi dan lain sebagainya.

Bermain dulu dengan Sadiqa

Singkat cerita setelah berdiskusi panjang, kami putuskan mengambil tawaran tersebut. Sebenarnya juga hampir susah untuk ditolak karena yang memberikan penugasan ke suami adalah salah satu petinggi PMI.

Beliaulah yang merekrut suami saat wawancara akhir pada tahun 2014 lalu  di Jakarta. Tahun dimana pertama kalinya Papi Fariz bergabung dengan PMI.

Keluarga di Indonesia sangat berat menerima keputusan kami. Karena mereka akan berpisah dengan cucu kesayangan sepanjang ribuan kilometer. Kami hanya bisa meminta doa dan support untuk kelancaran kepindahan ini. Meskipun jarak terpisah jauh, kami semua tetap sayang seluruh keluarga di Indonesia.

Undangan makan malam di rumah Louise

Putra pertama kami, Omera Zirco Okfarizi harus berhenti sekolah sebelum tahun ajaran selesai. Sedih sebenarnya karena Zirco sudah mulai bersosialisasi dengan teman-temannya. Sudah berani berkomunikasi dengan Bahasa Perancis dan bermain saat snack time di sekolah.

11 Maret adalah terakhir kalinya Zirco berangkat ke sekolah. Madame Isabelle, guru Zirco sudah memberikan special gift untuk Zirco. Giftnya sangat sederhana yaitu hasil karya dari teman-temannya sekelas dan juga selembar surat dalam Bahasa Perancis dari Madame Isabelle.

Hari terakhir sekolah, Zirco bertemu Madame Isabelle

Segala proses visa kerja Papi Fariz telah diajukan. Dokumen yang diperlukan juga sudah siap. Saya dan dua putra kami, Zirco dan Orion Zygmund Okfarizi (DoubleZ)memakai visa Swiss dan Residence Swiss untuk bisa masuk ke Portugal.

24 Maret 2022 kami dijadwalkan terbang dari Swiss menuju Portugal. Semua tiket pesawat, penjemputan dan tempat tinggal sementara di Portugal sudah disiapkan dengan baik oleh kantor. Jarak dari Swiss ke Portugal membutuhkan waktu 2,5 jam perjalanan. Terdapat selisih perbedaan waktu di Portugal satu jam lebih lambat. Yey, akhirnya kami tiba di Villa Bicuda, Cascais, Lisbon – Portugal.

Makan Keju Raclette bersama Keluarga Mbak Rizka

Sebelum keberangkatan, kami melakukan farewell party kecil-kecilan dengan teman-teman terdekat. Kami mengundang teman dekat Zirco di sekolah, Heavenly namanya. Ruth – mama Heavenly menerima undangan kami dengan sangat baik. Dia membawakan bunga dan juga kado untuk Zirco. Saya dan Ruth berteman baik dan sering ngobrol-ngobrol di sekolah.

Kami juga menerima undangan dari Louise, teman Zirco yang tinggal di apartemen yang sama. Mereka telah mempersiapkan hidangan khas Swiss yaitu Cheese Fondue. Sejak pertama kali bertemu di sekolah orang tua Louise sangat ramah. Mereka memberikan info seputar kegiatan anak yang bisa dilakukan di sekitar lingkungan tempat kami tinggal.

Farewell Party bersama Ruth sekeluarga

Mbak Yuni beserta keluarga (Mas Tiggi, Kak Syifa dan Kak Hafsah) juga mengajak lunch bersama di Parc de Milan. Taman super cantik di dekat rumah. Beliau berkata saya cukup membawa nasi putih saja karena menu utama sudah dimasakkan oleh Mbak Yuni. Hidangan pun sangat mewah, ada rendang, telur terong balado, tempe goreng, kerupuk, sambal kacang.

Saya turut membawa mie goreng dan roti coklat sebagai dessert. Tidak hanya kami dua keluarga. Mbak Diana beserta Sharjeel (suami Diana) dan kedua anaknya (Shameer dan Daria) juga membawa aneka minuman dan perlengkapan makan.

Mereka bahkan komplet membawa tikar dan kursi piknik. Serta tak ketinggalan ada Mbak Tari dan Sadiqa yang juga membawa camilan dan minuman kala itu.

Zirco dapat kenang-kenangan dari Kakak Syifa dan Kakak Hafsah

Selain itu ada Adhi, teman asal Bali yang juga berkunjung ke rumah. Kami sudah lama bertemu dan berkenalan namun baru ini ngobrol-ngobrol dalam  waktu yang lama. Tak ketinggalan keluarga Mbak Rizka dari Yverdon bersama suaminya Alex serta kedua putrinya Dahlia dan Leyla. Turut datang ke rumah kami sambil berpesta Keju Raclette bersama.

Mereka semua adalah keluarga kami di Lausanne. Dan masih banyak lagi yang akhirnya menyampaikan salam perpisahan melalui WhatsApp (WA). Kami tidak pernah bertemu sebelumnya di Indonesia, semua murni baru berkenalan di Swiss.

Zirco dan Heavenly

Waktu sembilan bulan sudah seperti teman akrab, saudara dekat dan teman curhat. Terimakasih kepada semua teman yang telah berbagi pengalaman hidup selama di luar negeri. Tanpa mereka, bisa dipastikan stress  datang melanda karena kegagalan beradaptasi.

Bagi kami, hidup di luar negeri bukan hanya sekadar bisa liburan menikmati pemandangan indah. Bukan hanya update foto di sosial media tentang keindahan di Swiss. Banyak makna kehidupan yang bisa kami petik. Saya pribadi akhirnya bisa belajar menjadi seorang ibu dan istri dari nol. Kisah lebih lengkap sudah tersedia di CowasJP.com Laporan dari Swiss Edisi 26 atau Koran New Malang Pos (sekarang Malang Posco Media) edisi 10 Januari 2022. Saya dan suami bekerjasama membagi waktu antara pekerjaan kantor, rumah dan mengasuh anak.

Zirco dan Louise

Zirco menjadi lebih mandiri, berani bersosialisasi dan membantu pekerjaan rumah. Sedangkan Zygmund sudah mulai belajar makan sendiri sejak dini dan semakin aktif di usianya.

Beberapa budaya hidup di Swiss juga melekat di kami, seperti aturan membuang sampah, tradisi belanja secukupnya, hari weekend benar-benar metime untuk keluarga, minum air keran sudah biasa dan lainnya.  Banyak orang bilang, “enak ya hidup di luar negeri, gajinya besar, bisa jalan-jalan terus.” Di balik itu semua banyak perjuangan adaptasi yang dilakukan. Mulai dari temperatur yang bisa mencapai minus celcius, kadar humidity rendah, mahalnya biaya hidup, jauh dari tanah air, kangennya makanan Indonesia, dan culture shock lainnya.

Pernah gak moms stress gitu? Jelas pernah! Saya hanyalah manusia biasa. Saya selalu berpositif thinking, buat apa dibawa stres, dinikmati saja! Culture shock hanya terjadi pada bulan pertama karena melihat semua harga barang-barang di Swiss mahal. Selebihnya kami sangat menikmati. Lingkungan tempat tinggal yang strategis dekat sekolah, kantor dan halte bus. Udara dan air yang super bersih, bisa kami nikmati setiap hari.

Teman-teman baru yang ditemui sangat ramah, membuat hidup semakin berwarna. Sertaaa kami sudah pernah merasakan kemana-mana tanpa masker. Alhamdullillah.

Piknik di Taman

Sampai jumpa Lausanne. Au Revoir! Kota kecil yang telah mengukir banyak kenangan untuk keluarga kami. Kami akan merindukan canggihnya transportasi di Swiss khususnya di Lausanne yang super duper family friendly.

Semoga suatu saat bisa diberikan rezeki lagi untuk menambah pengalaman hidup di Switzerland, Negeri Terindah di Dunia. (Okky Putri Prastuti/van) 

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img