spot_img
Thursday, May 2, 2024
spot_img

Saling Setuju, Tiga Capres ‘Main Aman’

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Debat calon presiden (Capres) untuk kali terakhir Minggu (4/2) malam tadi, dinilai lebih mengasyikkan dibandingkan debat debat sebelumnya. Meski memang, beberapa kali salah satu capres terlihat ‘menyerang’ terhadap capres lainnya. Tapi tidak sedikit juga yang saling setuju terhadap pendapat masing-masing Capres.

Misalnya ketika segmen tanya jawab, Ganjar terlihat saling mengapresiasi kepada jawaban dan pernyataan Anies. Keduanya justru tampak ada kehendak untuk kolaboratif, bukan kompetitif. Sementara, tidak demikian terhadap Prabowo. Hal tersebut disampaikan oleh Analis Politik dari Universitas Muhammdiyah Malang (UMM) Prof. Dr. Wahyudi M.Si.

“(Prabowo) Tidak tersudut, tapi memang calon 01 (Anies) dan 03 (Ganjar) terkesan telah ‘bersahabat’. Pak Prabowo mampu mengimbangi dan mengendalikan emosinya dengan baik,” ujar Wahyudi kepada Malang Posco Media.

Secara umum, Wahyudi menilai performa ketiganya saat debat kemarin sudah bagus. Ketiganya memegang etika adab secara baik dan tidak menyerang pribadi masing masing.

“Para Capres malam ini (tadi malam, red) mengambil pengalaman debat sebelumnya yang panas. Di debat pamungkas ini sejuk-sejuk saja, walau ada sedikit hangat-hangatnya juga, khususnya dari Ganjar ke Prabowo,” sebutnya.

Sementara saat pemaparan visi misi ketiga Capres, Anies dinilai Wahyudi unggul dari Ganjar dan Prabowo. Baik dari substansi gagasan visi misinya maupun dari sisi performa ketiganya saat sesi pemaparan. 

Menurut Wahyudi, inti dari visi misi Prabowo adalah pemerataan pembangunan di semua bidang dan sesuai tema. Prioritasnya pada penduduk yang kurang beruntung seperti guru, ASN, dan tenaga kesehatan. Ini berarti lebih mengacu pada konsep ‘Welfare state’ sebagaimana amanah UUD ’45.

“Pak Ganjar, kebijakannya juga sejalan  dengan konsep Welfare State, namun dimulai dari pengembangan infrastruktur dan sistem bidang pembangunan sesuai tema malam ini. Pak Anies, mampu mengangkat kearifan lokal dari berbagai daerah dalam penyampaian visi misi dan programnya. Kalau dirangking urutannya Anies, Ganjar, baru Prabowo,” sebut Wahyudi.

“Ketiga calon sama sama mengajukan gagasan tentang peran sentral negara dalam pembangunan, namun kurang menyinggung kemungkinan menggerakkan partisipasi masyarakat  dan ‘civil society’ dalam pembangunan,” sambungnya.

Kemudian saat pembahasan masalah kesehatan, Ganjar dan Anies dinilai Wahyudi juga memiliki kesamaan pendapat. Yakni masalah kesehatan bukan hanya masalah bidang kesehatannya saja. Akan tetapi juga masalah sistem dan struktur sosial kehidupan yang memiliki irisan dengan masalah kesehatan. Sementara Prabowo, hanya mengatakannya dengan kurangnya tenaga dokter dan fasilitas kesehatan.

“Ini saya kira kurang komprehensif,” tegasnya.

Sementara ketika membahas kedaulatan manufaktur teknologi informasi, pemikiran Prabowo dinilai lebih memberikan solusi. Perlu ada political will untuk mengembangkan manufaktur IT. Sementara Ganjar dan Anies, perlu kebijakan kerjasama antara pemerintah (kebijakannya) dan pihak swasta (pelaksananya).

Sedangkan di sub tema kebudayaan, gagasan ketiga calon presiden sama sama memiliki komitmen bahwa tetap perlunya pengembangan kebudayaan untuk membangun jati diri bangsa.

“Namun pak Prabowo lebih berani bersikap apresiatif atas gagasan calon yang lain,” tuturnya.

Begitu juga di pembahasan tema lainnya. Ketiganya saling menghormati, menghargai dan berani mengakui kebenaran argumentasi yang disampaikan oleh tiap capres.

Dalam debat pamungkas, calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan menilai permasalahan kesehatan di Indonesia harus diatasi lintas sektoral. Pasalnya, kata dia, salah satu persoalan utama pusat kesehatan masyarakat di Tanah Air saat ini selalu diarahkan dan terlalu fokus kepada hal-hal yang bersifat kuratif.
“Jadi urusan kesehatan seakan menjadi urusan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan saja, padahal salah satu masalah utama kesehatan banyak disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat,” kata Anies.
Maka dari itu, lanjut Anies, dengan mengatasi permasalahan kesehatan lintas sektoral, masalah kesehatan bisa diatasi dengan berimbang antara promotif, preventif, dan kuratif. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu bercerita bahwa langkah tersebut pernah dilakukan di Jakarta, yakni dengan membangun sumber air bersih di Kepulauan Seribu agar masyarakat di sana bisa mendapatkan air yang sehat.

Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto berjanji akan memperbanyak fakultas kedokteran di Indonesia untuk mempercepat penyelesaian masalah kekurangan dokter.
Hal itu ia paparkan saat segmen penyampaian visi, misi, dan program pada debat pamungkas di Balai Sidang Jakarta, di kawasan Senayan, Jakarta, Minggu.
“Kita kekurangan sekitar 140.000 dokter dan itu akan segera kita atasi dengan cara menambah fakultas kedokteran di Indonesia dari yang sekarang 92, kita akan bangun 300 fakultas kedokteran,” ujar dia.
Selain membangun 300 fakultas kedokteran, dia juga menyebut akan mengirim 10.000 anak-anak SMA yang berprestasi untuk belajar kedokteran dan 10.000 lainnya mempelajari bidang sains, teknologi, rekayasa, mathematika (STEM) serta kimia, biologi, dan fisika.
“Kita rebut teknologi, kita rebut sains,” kata dia.
Dalam kesempatan itu, pasangan Gibran Rakabuming Raka itu juga menyebut akan membangun rumah sakit hingga puskesmas modern di setiap daerah di Indonesia untuk memperbaiki masalah kesehatan di Tanah Air.
“Di bidang kesehatan, kami akan membangun rumah sakit modern di setiap kabupaten dan kota, dan puskesmas modern di setiap desa di seluruh Indonesia,” ujar Prabowo.

Sementara itu, calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengatakan dirinya bersama calon wakil presiden Mahfud Md siap menerapkan kembali alokasi wajib anggaran untuk kesehatan sebesar 5 sampai 10 persen dari postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Menurut Ganjar alokasi wajib anggaran kesehatan tersebut menjadi salah satu aspek penting dalam meningkatkan angka harapan hidup Indonesia, yang berada di urutan ke-10 dari 11 negara Asia Tenggara berdasarkan World Population Prospects 2022.
“Hanya memang ketika undang-undang sebelumnya mengatur bahwa ada persentase dari anggaran untuk kesehatan mesti diberikan terpotong kemarin, rasanya ini mesti dikembalikan. Angka lima sampai sepuluh persen menjadi angka yang bisa memastikan dalam politik kesehatan kita, layanan itu untuk bisa lebih baik,” kata Ganjar.
Ganjar juga mengatakan bahwa pemerintahannya kelak siap mendampingi sektor kesehatan untuk memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia.
“Di samping itu tentu saja pemerintah mendampingi dalam setiap kebijakan yang ada, sehingga dalam politik anggaran ada persentase yang harus disiapkan agar anggaran kita mesti cukup untuk bisa memenuhi,” ujarnya.
Walaupun demikian, ia mengatakan bahwa langkah promotif dan preventif harus diwujudkan oleh tiap warga negara yang diwujudkan dengan berolahraga, konsumsi makanan sehat, dan gaya hidup sehat. Menurut dia, langkah promotif dan preventif penting untuk dilakukan. (ian/ntr/aim)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img