Malang Posco Media, Malang – Pawai Ogoh-ogoh digelar Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Malang, Minggu (10/3). Pawai dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Saka 1946 ini start dari depan Balai Kota Malang, tepatnya di Alun Alun Tugu Kota Malang, melewati Jalan Majapahit, Jalan Basuki Rahmat (Kayutangan), Jalan Kahuripan dan kembali lagi ke Alun Alun Tugu Kota Malang.
Pawai Ogoh-ogoh disambut gembira warga yang hadir menyaksikan di pinggir jalan. Tidak sedikit warga yang melihat, kemudian mengabadikan momen tersebut baik melalui foto maupun video. “Hari ini ada tujuh patung ogoh-ogoh yang diarak untuk diperlihatkan kepada warga,’’ kata Made Manah, salah satu umat Hindu yang mengikuti pawai.
Dia mengatakan, pawai Ogoh-ogoh ini merupakan kegiatan tradisi umat Hindu sebelum melaksanakan Catur Brata Penyepian. “Kami umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian. Ini ritual yang wajib dilakukan setiap Hari Raya Nyepi,’’ lanjut Manah.
Ditemui di tengah-tengah kegiatan Pawai Ogoh-ogoh, Manah menjelaskan tentang Catur Brata Penyepian. Pertama adalah amati geni (umat Hindu dilarang menyalakan api), amati karya yaitu umat Hindu dilarang melakukan aktivitas fisik seperti bekerja, amati lelungan yaitu dilarang bepergian dan amati lelanguan yaitu dilarang mengadakan hiburan atau rekreasi.
“Saat Nyepi umat Hindu di rumah, introspeksi diri dengan memusatkan pikiran astiti bhakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi,’’ tambah Manah.
Disinggung hubungan Ogoh-ogoh dengan Nyepi, Manah pun mengatakan Ogoh-ogoh merupakan simbol roh jahat. Kalau di Bali istilahnya adalah Bhuta Kala. Itu sebabnya, harus dimusnahkan. “Dengan dimusnahkan hari ini harapannya selama kami melaksanakan Nyepi tidak diganggu oleh roh jahat,’’ tambahnya.
Sementara itu Ketua PHDI Kota Malang, Prof I Made Wartana mengatakan, kirab ogoh-ogoh ini digelar bertujuan untuk mengusir atau menetralkan sifat-sifat negatif. Harapannya saat memasuki Hari Raya Nyepi pada Senin (11/3/2024), umat Hindu tidak terganggu dalam hal apa pun.
Wartana juga mengatakan, pawai Ogoh-Ogoh ini merupakan kegiatan rutin yang digelar setiap tahun. Dia pun berharap melalui kegiatan ini dapat memberikan efek positif bagi Kota Malang.
Usai diarak, salah satu satu ogoh-ogoh pun dibakar. Ini sebagai simbol untuk menghanguskan semua energi negatif yang ada di alam semesta, atau pada diri manusia.
“Ada 24 ogoh-ogoh yang disiapkan. Tujuh diantaranya dikirab hari ini. Ogoh-ogoh tersebut dari Kota Malang dan Kabupaten Malang. Selanjutnya ogoh-ogoh lainnya akan diarak di tingkat kecamatan atau desa,’’ tambahnya. Dia mengatakan proses penyucian tidak hanya dilaksanakan tingkat Kabupaten/Kota. Tapi juga tingkat kecamatan dan desa.
Selain mengarak patung ogoh-ogoh, Kirab Budaya dan Pawai Ogoh-ogoh ini juga dimeriahkan dengan seni Bantengan dan Barongsai. Tak ayal kegiatan ini pun tambah semakin meriah. (ira/bua)