Malang Posco Media-Belajar ilmu agama atau diniyah dan pendidikan formal di zaman sekarang menghadapi tantangan berbeda. Hal ini yang terus menuntut setiap lembaga pendidikan agama khususnya pesantren mengikuti perkembangan zaman. Begitu juga yang dilakukan Pondok pesantren modern Al-Rifa’ie Gondanglegi.
=====
MALANG POSCO MEDIA- Santri di Pondok pesantren modern Al-Rifa’ie Gondanglegi dibekali banyak keterampilan. Terutama dakwah dengan teknologi informasi, multimedia dan kemampuan leadership.
Ketua Yayasan sekaligus pengasuh pondok pesantren (Ponpes) Al-Rifa’ie Dr. KH. Ahmad Muflih Zamacsyari MM memastikan pondok pesantren terus mengikuti perkembangan zaman. Baik itu teknologi informasi, media sosial dan media massa yang beredar dan semakin berevolusi. Hal inilah yang mendorong Al-Rifa’ie melakukan berbagai upaya dakwah dengan memanfaatkan teknologi.
“Seperti halnya saat mulai pandemi Covid-19, semua diharuskan memahami bagaimana bisa belajar dengan sistem online. Yang hingga kini masih terus dilakukan, baik pembelajaran melalui daring, maupun live di beberapa media sosial yayasan pondok,” tutur Dr KH Ahmad Muflih Zamacsyari, MM.
Program- program pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet. Termasuk akses informasi terus dilakukan dengan memantau apa yang berkembang di media massa dan media sosial. Santri, kata Kiai Muflih, terus dibekali bagaimana menangkal dan menyaring informasi.
Sebab mereka harus membentengi diri dari pengaruh negatif yang juga berbeda dari zaman ke zaman. Seperti halnya ideologi yang bertentangan dengan ajaran Islam dan Pancasila sampai pornografi dan berbagai masalah lainnya.
“Dari perkembangan melalui media sosial kami juga mengikuti media massa. Serta terus menyampaikan perkembangan pesantren melalui media yang ada di setiap lembaga,” katanya.
Tantangan dunia luar diakuinya semakin hari semakin mengkhawatirkan. Namun ia yakin santri lulusan Al-Rifa’ie merupakan santri yang berkarakter agamis dan menjunjung tinggi Akhlakul Karimah. Memiliki daya juang dan manajemen kepemimpinan yang tinggi juga akan diuji setelah lulus dari ponpes.
Ponpes yang saat ini mengasuh lebih dari 2.000 santri di wilayah seluas 20 hektare itu menjadi wadah pengembangan diri santri. Apapun yang dibutuhkan ketika berdakwah saat kembali ke daerah asalnya menjadi perhatian. Sebab apa yang saat ini diupayakan selain sudah menghasilkan santri yang mengabdi di daerahnya, juga mengupayakan dibukanya cabang Al-Rifa’ie Gondanglegi di beberapa daerah lain.
“Setiap masa liburan kami selalu keliling silaturahim ke daerah di mana santri berasal. Dari hal itu kami bisa melihat bagaimana daerahnya dan masalah yang ada di sana. Termasuk bagaimana proses santri bisa mengabdi mulai ada yang sudah mendirikan pondok sendiri. Sampai membukakan peluang bagi Al-Rifa’ie untuk bisa mendirikan cabang,” katanya.
Rencananya Al-Rifa’ie akan mendirikan pondok di wilayah Sampit, Kalimantan Tengah dan Papua. Selanjutnya rencananya di Provinsi Bali. Bukan tanpa alasan, salah satunya adalah karena muslim masih minoritas dan perlu upaya dakwah yang lebih kuat untuk terus menebar kebaikan ajaran Islam ke seluruh Indonesia.
“Untuk mendirikan cabang Al-Rifa’ie kami sudah mendapatkan potensi mendirikan pada lahan di Sampit sekitar 15 hektare, sedangkan Papua ada rencana 1 hektare, itu nanti menjadi lembaga pendidikan kami bersama alumni yang kami kerja sama di seluruh provinsi,” tambah pria berkacamata itu.
Kemampuan leadership dan dakwah untuk menyiapkan diaspora santri dilakukan tak setengah-setengah. Berbagai upaya seperti pelatihan tausiyah dan ceramah adalah salah satu yang utama. Lomba-lomba pidato tak jarang santri diikutkan dan mendapat prestasi juara. Setelah itu diuji di hadapan ribuan santri.
“Di mana untuk melatih retorika dakwah, dua minggu sekali yang biasa lomba pidato kami tampilkan di majelis jamaah istighosah yang diikuti lebih dari 3.000 orang. Begitulah salah satu upaya kami mengajar dan berdakwah sehingga kemampuan itu tidak mudah hilang,” jelasnya.
Di sisi lain, pihaknya juga tengah merencanakan selain langkah dakwah dengan pendidikan, juga ekonomi dan kesehatan. Yang saat ini sudah berdiri yakni Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Kedepannya akan ada Al-Rifa’ie Hospital. Baginya, pesantren dan Islam tidak boleh lepas dari pilar pendidikan, ekonomi hingga kesehatan.
Ia berharap agar santri terus belajar dan memberikan apa yang dia bisa sehingga berdampak bagi umat. “Pesan kami santri itu adalah longlife education, belajar sepanjang masa, sampai ajalnya nanti.
Selain itu, meningkatkan ibadah sebagai ketakwaan dalam setiap dimanapun pengabdiannya,” tandas Muflih.(tyo/van/habis)