MALANG POSCO MEDIA, MALANG– Sepeninggal Nyai Rohmah Noor yang wafat Rabu 21 September 1994, Pondok Pesantren Nurul Ulum terus berkembang. Berbagai inovasi dilakukan oleh para penerusnya. Melihat perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, maka Pondok Pesantren Nurul Ulum bertransformasi. Tidak hanya fokus pada pendidikan agama.
Tetapi juga mengembangkan lembaga formal. Pada Tahun 1985 didirikan Madrasah Tsanawiyah dengan mengikuti kurikulum dari Departemen Agama.
“Pada saat itu, pengasuh punya inisiatif besar untuk mendirikan madrasah formal. Karena situasi yang semakin maju baik dalam bidang agama maupun dalam bidang ilmu pengetahuan umum,” ucap A. Musthofa Zamzami, M.Pd, putra almarhum KH. M. Kamal Fauzi Syifa’, yang saat itu menjadi salah satu Pengasuh Ponpes Nurul Ulum.
Menurutnya, inisiatif itu sangat tepat agar pendidikan di pondok ini tetap relevan terhadap perkembangan zaman. Namun tetap memegang teguh nilai-nilai keislaman. Sesuai dengan visi dan misi utama pesantren. “Pengasuh mempunyai inisiatif untuk memberikan pelajaran umum untuk mengimbangi kemajuan zaman,” ujar lulusan Magister Pendidikan Universitas Raden Rahmat ini.
Sejak saat itu Madrasah Diniyah dan Madrasah Tsanawiyah berjalan beriringan. Semuanya mengalami perkembangan yang pesat. Kualitas maupun kuantitas. Jumlah santri semakin banyak teriring kepercayaan masyarakat yang juga semakin tinggi pada lembaga ini. “Alhamdulillah, pada tahun 1988, baik santri dari Madrasah Diniyah maupun yang dari Madrasah Tsanawiyah dapat mengikuti ujian terakhir dengan lancar dan dapat lulus 100 persen,” ucap Gus Azam, sapaan akrabnya.
Setelah tiga tahun berdirinya MTs Nurul Ulum, yakni pada tahun 1988 didirikan Madrasah Aliyah (MA) Nurul Ulum. Motivasi besar mendirikan madrasah ini tidak lain agar pendidikan santri atau siswa selama di MTs Nurul Ulum dapat berlanjut ke jenjang aliyah.
Pendidikan agama dan nilai-nilai keislaman serta pembiasaan baik yang diajarkan guru tidak terputus. Tetapi berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi wadah kurikulum yang sama. Dalam hal ini, Pesantren Nurul Ulum juga harus melakukan persiapan sebelumnya. Baik fasilitas maupun kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) guru atau pengajar.
Sesuai tulisan yang dibuat oleh Pengasuh Nurul Ulum, almarhum KH. M Kamal Fauzi Syifa’ pada 20 Juli 1988, pada saat itu jumlah pengajar di Pon-Pes putra tujuh orang dan Putri 9 orang, sedangkan di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah 22 orang.
Sering berjalannya waktu, jumlah santri Nurul Ulum semakin banyak. Itu artinya jumlah pengajar atau ustadz juga semakin bertambah. Diantara mereka telah meningkatkan profesionalismenya dalam bidang akademik dengan menempuh jenjang S2 bahkan S3 dengan beasiswa penuh. Dengan harapan kualitas output siswa juga semakin meningkat lebih baik.
Prinsip pendidikan berbasis sekolah berjalan efektif di MTs Nurul Ulum Malang. Tujuan pendidikan di MTs Nurul Ulum diantaranya, menghasilkan out put yang memiliki kemampuan akademis, dilengkapi kemampuan agama, sehingga disamping menjadi manusia berilmu juga menjadi insan yang bertakwa dan mampu berperan aktif secara ganda di masyarakat.
Adapun MA Nurul Ulum juga telah mencapai kemajuan yang mengagumkan. Madrasah yang pada tahun 2005, 2010 dan 2016 telah terakreditasi dengan nilai ”A” ini mendapatkan penghargaan pemerintah yang menyebut bahwa madrasah adalah sekolah umum bercirikan agama dengan penghargaan ijazah yang sama dengan ijazah umum dan plus pendidikan agamanya.
Para lulusannya telah banyak diterima oleh berbagai perguruan tinggi dan swasta di Indonesia. Bahkan beberapa lulusannya lolos seleksi beasiswa pemerintah. “Alhamdulillah, lulusan dari Pesantren ini, telah banyak yang menjadi orang-orang sukses. Baik di instansi pemerintah maupun swasta. Ada yang menjadi Kepala Kantor Kementerian Agama, dan lainnya. Juga tidak sedikit yang menjadi ulama, mereka berhasil mengembangkan lembaganya dan bermanfaat bagi agama, bangsa dan negara,” pungkas A. Musthofa Zamzami, yang saat ini juga menjabat sebagai Kepala MA Nurul Ulum. (imm/udi)