spot_img
Thursday, May 29, 2025
spot_img

Sapi Lokal Langka, Jelang Hari Raya Kurban Gencar Periksa Pasar Hewan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA-Sapi lokal  mulai langka. Ini akan memengaruhi harga sapi terutama menjelang Idul Adha 2025 ini. Di sisi lain, pemeriksaan hewan digencarkan di wilayah Kabupaten Malang.

Diprediksi harga sapi lokal akan meningkat signifikan karena beberapa bulan terakhir ketersediaan sapi lokal mulai jarang di pasaran.

Ini ditegaskan Direktur Utama (Dirut) Perumda Tugu Aneka Usaha (Tunas) Dodot Tri Widodo kepada Malang Posco Media. Pihaknya mencatat jumlah sapi lokal sudah berkurang sejak empat bulan terakhir.

“Penurunan jumlah sapi lokal sekitar 50 persen. Kami memantau ini sejak tiga sampai empat bulan terakhir ini,” tegas Dodot sapaannya saat ditemui Malang Posco Media, Selasa (27/5) kemarin.  

Indikasi penurunan drastis jumlah sapi lokal di wilayah Malang Raya khususnya Kota Malang ini dilihat dari stok sapi lokal di pasar-pasar hewan. Di Pasar Hewan Gondanglegi, Singosari dan Lawang (tempat pemasok sapi di Kota Malang mengambil kebutuhan) dikatakan Dodot jumlah sapi lokal sudah sangat terbatas. Ini dikeluhkan juga oleh kelompok jagal   yang ada di Kota Malang saat dipantau Perumda Tunas di lapangan tiga bulan terakhir ini.

Kondisinya, para penjagal di Kota Malang terpaksa harus mencari sapi lokal hingga ke daerah lain. Salah satunya ke Probolinggo untuk memenuhi kebutuhan daging sapi sejak tiga bulan terakhir ini di Kota Malang. Di sini, Perumda Tunas memprediksi untuk sapi lokal kebutuhan dagingnya bisa jadi sangat dibatasi nantinya karena keterbatasan stok. Alasannya adalah karena kondisi kesehatan hewan ternak beberapa tahun terakhir.

“Alasan sapi lokal langka ini karena adanya wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku dan LSD (Lumpy Skin Disease). Ini dua penyakit hewan yang disebabkan oleh virus menyebabkan kerugian ekonomi besar khususnya di teman teman ternak dan jagal,” papar Dodot.

Ditegaskannya, PMK menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, kerbau, kambing.   LSD menyerang sapi dan kerbau, menyebabkan benjolan pada kulit. Jika terjangkit dan tidak sembuh, maka hewan ternak tidak layak dikonsumsi dan harus dimusnahkan. Ini yang banyak terjadi dan menjangkiti sapi sapi lokal di area Malang Raya setahun terakhir ini.

Ditambahkannya, impact dari kelangkaan sapi lokal ini lebih menyerang pada kelompok pedagang dan peternak. Harga dari sapi lokal yang tersedia naik akan tetapi harga pada konsumen tetap (untuk menjaga daya beli). Meski begitu menjelang Idul Adha diprediksinya harga sapi lokal akan melonjak signifikan.

“Harga daging sapi lokal hidup jika reguler Rp 53 ribu per kilogram. Jelang Hari Raya Kurban nanti bisa Rp 60 ribu per kilogramnya. Atau bisa jadi lebih. Karena sapi lokal terbatas jumlahnya,” jelas Dodot.

Nantinya juga diprediksi akan muncul sapi   impor. Dimana harganya akan lebih mahal dari sapi lokal. Pembeli atau masyarakat, tambah Dodot, bisa jadi terpaksa membeli sapi impor dikarenakan sapi lokal tidak lagi tersedia karena langka. Dia juga melihat kecenderungannya pada Idul Adha nanti diprediksi akan lebih banyak kurban Kambing yang dilakukan warga dikarenakan sapi lokal langka.   

Sementara itu, di Kabupaten  Malang, petugas pemeriksaan hewan mulai melangkah menjelang Idul Adha 2025. Petugas melakukan pemeriksaan ke pasar hewan untuk kurban secara insidentil.

Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang drh Woro Hambarrukmi, MA menjelaskan, saat ini pemeriksaan hewan dilakukan secara insidentil pada 17 pasar hewan di Kabupaten Malang.

“Pemeriksaan dari petugas kami, dokter hewan, maupun paramedis. Pemeriksaan tidak terus menerus tapi insidentil, karena petugasnya terbatas. Sedangkan pasar banyak dan bukanya seminggu dua kali,” jelasnya saat ditemui, Selasa (27/5) kemarin.

Drh  Woro menguraikan terdapat 22 dokter hewan, 25 paramedis, dan dibantu mahasiswa FKH UB. Mereka terjun sesungguhnya sehari sebelum sampai pelaksanaan selesai.

“Saat penyembelihan dilakukan pengawasan seperti jeroan dan sebagainya. Jadi pemeriksaan sebelum dan sesudah pemotongan,” jelasnya.

Sejauh ini tidak ditemukan hewan yang mengalami penyakit mulut dan kuku (PMK). Namun ditemukan penyakit LSD tapi tidak parah.

drh Woro menjelaskan, terkait lapak penjualan hewan kurban biasanya baru muncul tujuh hari sebelum pelaksanaan Idul Adha. Dan ini dilakukan secara insidentil.

“LSD ada tapi gak parah, karena untuk hewan kurban kan orang pilih hewan yang sehat dan terbaik. Yang dijajakan pun juga hewan sehat,” jelas perempuan berkacamata ini.

Woro menyampaikan, ketika memasukkan ternak harus penuhi syarat bebas PMK dan LSD sudah divaksin. Sedangkan pergerakan lalu lintas hewan antarkota maupun provinsi melalui aplikasi harus ada hasil laboratorium. Dan dipastikan hewan ternak sehat.

Lebih lanjut, drh Woro menguraikan, indikator hewan layak kurban tentunya harus memenuhi syarat Syar’i, harus cukup umur. Sementara dari sisi kesehatan, dilihat dari bagian giginya hewan, tidak boleh catat seperti pincang, tidak ngiler atau mengeluarkan air liur, tidak mencret, kondisi bulu halus.

“Bisa dilihat kasat mata dari luar, standar hewan lincah pergerakannya,” lanjut drh Woro. Ia menambahkan populasi sapi potong sebanyak 165.106 ekor, sapi perah 85.820 ekor, kambing 434.520 ekor, dan domba sebanyak 21.200 ekor. (ica/den/van)

-Advertisement-.

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img