MALANG POSCO MEDIA, MALANG-Keterbatasn tenaga kesehatan dalam penanganan PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) di Kabupaten Malang masih menjadi kendala utama. Data terkonfirmasi masih jauh dari perkiraan indikasi PMK di Kabupaten Malang. Di satu sisi Pemkab Malang harus melakukan pengobatan atau treatment pada ternak yang telah bergejala dan mengarah pada PMK, termasuk mencegah agar wabah ini tidak semakin meluas.
Keterbatasan yang dialami berdampak langsung pada petugas untuk memastikan kondisi ternak tersebut di lapangan.
Hingga saat ini, berdasarkan laporan yang masuk ke Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Malang, jumlah ternak yang terpapar PMK ada sebanyak 7.446 ekor sapi. Terbanyak ada di wilayah Kecamatan Ngantang yang mencapai 4.926 ekor. Dan sisanya, tersebar di 23 kecamatan lain.
“Ya Pujon habis ini menyusul (jumlah terpapar PMK). Ini kan masih terus di update datanya,” ujar Plt Kepala DPKH Kabupaten Malang, Nurcahyo.
Sementara itu, informasi lain yang dihimpun, saat ini ada sekitar 11 ribu ternak yang terindikasi PMK. Jumlah tersebut hanya ada di wilayah Malang Barat yang meliputi tiga kecamatan. Yakni Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon. Dan jumlah populasi sapi perah di tiga kecamatan ini, kurang lebih mencapai 52 ribu ekor.
Turut ditegaskan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Malang Sodiqul Amin, angka tersebut terbilang sesuai jika disandingkan dengan produktifitas susu yang mengalami penurunan.
Penurunan produktifitas susu di tiga wilayah tersebut nyaris mengalami kondisi penurunan yang sama. Salah satu contoh ia sebutkan di Koperasi SAE Pujon, yang penurunan produktifitas susunya mencapai sekitar 40 ton per hari. Dari yang awalnya bisa memproduksi sebanyak 117 ton susu per hari, kini hanya tinggal sekitar 70 ton per hari.
“Kalau diasumsikan, laktasi dari 1 ekor sapi perah bisa menghasilkan 10 liter susu. Maka jika penurunan produktifitasnya menurun hingga 40 ton per hari, itu berarti ada sekitar 4.000 ekor sapi yang tidak bisa menghasilkan susu karena diduga terpapar PMK, atau bahkan mati,” ujar Sodiqul.
Dari informasi yang ia terima, kondisi yang nyaris sama, juga ditemui di wilayah Kecamatan Ngantang dan Kasembon. Berdasarkan hal itulah pihaknya memprediksi bahwa di wilayah Malang Barat, ternak yang terindikasi PMK diprediksi mencapai angka 10 ribu.
“Itu kalau sesuai dengan nilai produktifitas. Lalu itu tadi di Ngantang, oleh KUD Sumber Makmur sudah disampaikan bahwa saat ini sudah di atas, 5.000 (ekor), di kasembon sekitar 1.500. Sehingga estimasi kita yang dipastikan terjangkit ditambah ternak yang sudah menunjukan gejala klinis, sudah di angka sepuluh ribu,” terang Politisi Partai NasDem ini.
Selain itu, pihaknya juga tengah berupaya agar segera ada langkah percepatan untuk penanganan terhadap dampak sosial dan ekonomi yang mulai nampak akibat PMK. Sebab, saat ini, di wilayah Malang Barat yang mayoritas masyarakatnya mengandalkan hasil perahan susu sapi, terpaksa harus gigit jari karena sapi-sapinya tak menghasilkan susu akibat diduga terpapar PMK. Apalagi, jika ternak sapinya mati karena tak segera mendapat penanganan yang tepat. (tyo/ggs)