spot_img
Friday, May 17, 2024
spot_img

Satu Jiwa, AREMA

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Arema ulang tahun. Kali ini ultah ke 35 tahun. Bukan usia yang muda. Arema sudah matang dan dewasa. Arema telah menjadi jiwa bagi para pendukungnya, juga bagi siapa saja. Arema telah menjadi jiwa yang mempertemukan dan mempersatukan. Beragam perbedaan lebur dalam jiwa yang satu, dalam jiwa tunggal Arema. “Salam Satu Jiwa, Arema!” begitu pekik yang sering kita dengar dan menjadi kekuatan masyarakat Malang Raya.

Arema telah menjadi kebanggaan arek Malang Raya, bahkan di luar kota ini. Arema telah menjadi kohesi sosial tak hanya bagi mereka pecinta bola. Arema telah menjadi “ideologi”, bahkan ada yang menyebutnya menjadi “agama” warga Malang Raya. Arema dengan penciri warna biru dan tagline “Singo Edan” itu memang benar-benar edan. Edan dalam arti positif tentunya.

Dalam wilayah akademik, sudah ratusan riset dilakukan yang mengaji fenomena Arema ini. Beragam diskusi di lembaga pendidikan dan kampus juga telah dilakukan membarengi obrolan gayeng tentang Arema di warung-warung kopi. Semua masih terus berlangsung. Tak ada habisnya, tak akan kering topik pembicaraan dan tak akan pernah membosankan. Itulah Arema. Dia hidup, dinamis, menjadi spirit, ruh, dan nafas hidup warga dan kota Malang Raya.

          Arema telah mandarah daging bagi masyarakat Malang Raya yang selanjutnya berkembang ke seluruh Indonesia. Arema telah bermetamorfosa menjadi Arema Indonesia. Arema mampu berartikulasi dengan para penggemarnya. Para Aremania dan Aremanita punya loyalitas yang luar biasa. Mereka tak sekadar kelompok suporter bola. Militansi mereka mendukung Arema total. Tak hanya harta benda, bahkan nyawa pun siap dikorbankan.

Arek Malang (Arema) lahir dari budaya arek yang berciri terbuka dan egaliter. Arema tak hanya sebagai sarana ikatan sosial semata, namun lebih dalam dari itu. Arema telah menjadi subkultur yang super kuat. Karakter budaya Arek punya karakter inklusif yang kokoh dan tak etnosentris. Hal inilah yang menjadikan Arema bisa diterima oleh siapa dan di mana saja. Pendukung Arema itu lintas etnis dan geografis.

Mengutip Joko Saryono, bahwa antara Arema, Aremania, dan Aremanita adalah contoh budaya Arek yang paling kentara. Mereka adalah revitalisasi subkultur budaya Arek dalam kerangka budaya pop, khususnya persepakbolaan. Saryono menyebut subkultur budaya Arek yang egaliter dan tidak etnosentris ini terlihat dalam sosok-sosok seperti Lucky Acub Zainal (Sunda) dan Ovan Tobing (Batak) misalnya.

Arema juga telah melahirkan heroisme yang luar biasa. Simak saja di setiap pertandingan Arema. Di dalam stadion maupun di luar stadion, juga di jalan-jalan raya. Suara riuh dukungan dan konvoi kendaraan menjadi wujud nyata heroisme Arema. Para pendukung fanatik Arema yang berasal dari beragam suku dan etnis itu melebur dalam satu jiwa. Arema menjadi jiwa yang satu, jiwa yang mempersatukan beragam perbedaan.

          Lihat saja saat para pendukung Arema nonton langsung pertandingan di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang. Walaupun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda dari sisi pendidikan, status sosial, ekonomi, budaya, agama, dan beragam perbedaan lain, namun mereka bisa menyatu. Mereka bisa padu dan merdu meneriakkan yel-yel dan nyanyian guna memberi suntikan spirit para pemain yang sedang berlaga.

          Membicarakan Arema memang tak bisa dilepaskan dengan Persebaya Surabaya. Antara dua klub bola ini menyimpan spirit kompetisi yang sangat tinggi. Antara keduanya tak mau kalah dan menyerah. Justru hal ini menjadi ajang kompetisi yang positif dan fair dengan saling berlomba ukir prestasi. Walau seteru antar Aremania dan Bonekmania pendukung klub ini beberapa kali terjadi, namun tak akan menjatuhkan kelangsung hidup kedua klub ini.

          Ketika Aremania meluncurkan jargon “Salam Satu Jiwa (SASAJI), AREMA!”, Bonekmania juga tak mau kalah. Klub asal Surabaya itu pun mengeluarkan jargon “Salam Satu Nyali, Wani!.” Saat Aremania membuat jargon “Aremania, tidak kemana-mana, tapi ada dimana-mana” yang selanjutnya disusul jargon Persebaya yang berbunyi “Bonekmania, kemana-mana dan ada dimana-mana.”

Inilah salah satu contoh dinamika yang terjadi antara pendukung kedua kesebelasan ini. Kompetisi di antara dua klub ini justru memunculkan kreativitas dan inovasi karena di antara mereka tak ada yang mau kalah dan dikalahkan. Inilah yang bikin Arema jadi seru. Sebuah klub bola yang menjadikan simpatisannya bertindak dan bersikap tak sekadar untuk urusan bola semata.

Banyak orang tinggal di Malang Raya karena lahir dan besar di kota ini. Namun tak sedikit pula para pendatang yang mengadu nasib di wilayah Malang Raya. Di antara mereka semua bisa menyatu, bisa merasa satu jiwa dalam mendukung Arema. Satu jiwa itu telah benar-benar telah termanifestasikan lewat besarnya dukungan semua warga yang ada di Malang Raya walupun mereka tak ber-KTP Malang. 

          Dalam perjalanannya, Arema juga beberapa kali dihadapkan dalam sejumlah konflik. Namun dalam Arema tak pernah ada masalah dan konflik yang tak ada solusi. Lahirnya berbagai persoalan yang mendera tubuh Arema justru dapat menjadikan Arema tumbuh lebih dewasa. Ujian dan terpaan beragam konflik internal maupun eskternal terbukti mampu diselesaikan dan menjadikan Arema masih tetap eksis dan menjadi kebanggaan hingga usianya yang ke 35 tahun ini.

          Arema yang didirikan pada tanggal 11 Agustus 1987 oleh Purnawirawan Acub Zaenal itu kini masih eksis. Bahkan prestasi terkini Arema FC telah berhasil menjadi pemenang Piala Presiden 2022. Ini bukti bahwa Arema memang hebat dan banyak orang yang mencintai Arema.

          Rasa memiliki masyarakat pada Arema menjadikan kekuatan bagi Arema. Arema butuh masyarakat pendukungnya, demikian pula masyarakat juga butuh Arema. Tak hanya itu, pemerintah daerah, bahkan bangsa ini juga butuh Arema karena Arema adalah salah satu kekayaan bangsa.

Tak akan pernah habis membicarakan Arema seperti halnya Arema yang tak akan pernah sirna. Arema memang never die. Arema telah menjadi jiwa yang menyatu tak hanya bagi para simpatisan pendukungnya dan bagi warga Malang Raya, tetapi juga bagi siapa saja. Arema adalah aset bangsa yang perlu terus didukung dan dilestarikan.

Tamales Ngalu Nuhat, Salam Satu Jiwa, AREMA!. (*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img