MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Perkembangan bahasa dan karakter anak harus dioptimalkan sedini mungkin, sejak masa golden age. Begitu kata Rika Dwi Damajanti, S.Pd., Kepala SD Indonesia Interactive Standard School (SD IISS) Malang, saat dijumpai Malang Posco Media Selasa (13/2) kemarin. Itulah yang melandasi hadirnya program full english Learning di SD IISS.
Sejak berdiri di tahun 2010, SD IISS konsisten menerapkan pembelajaran 100 persen full menggunakan Bahasa Inggris. Selain karena merupakan bahasa internasional, menurut Rika, penerapan Bahasa Inggris ini penting untuk menyiapkan generasi yang berwawasan global. “Jika diajarkan Bahasa Inggris sedini mungkin, pondasi bahasa mereka akan lebih kuat nantinya,” ujar Rika.
Program full english learning ini diterapkan di seluruh kelas, dari kelas 1-6. Bagi Rika, awalnya tidak mudah untuk menerapkan full english learning. “Membiasakan siswa kelas 1 belajar dan berbicara Bahasa Inggris di kelas itu gampang-gampang sulit. Tapi, lama-lama mereka terbiasa. Justru tantangan lebih berat ketika anak pindahan di kelas tinggi. Apalagi jika di sekolah sebelumnya belum dibiasakan berbahasa Inggris,” tutur Rika.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, dibuatlah English Day demi membantu siswa dalam proses adaptasi bahasa. Tak butuh waktu lama, siswa bisa berbaur dan menangkap materi pembelajaran yang disampaikan. Terlebih, Rika menuturkan pembelajaran di setiap kelas didukung media pembelajaran dan buku-buku berbahasa Inggris.
Hal ini dibenarkan Gagas Arisandi, S.Pd., wali kelas 4. Menurutnya, materi pembelajaran full berbahasa Inggris, mau tidak mau, anak-anak harus memahami apa yang disampaikan dan apa yang ada di dalam buku. “Terutama di pelajaran science, language, dan math,” ujar Gagas.
Dia menambahkan, dengan adanya lingkungan dan kondisi itulah, para siswa akhirnya terbiasa. “Kalau terpaksa mereka tidak memahami, biasanya langkah pertama saya jelaskan dengan gestur. Jika tetap kurang paham, maka dijelaskan dengan Bahasa Indonesia, tapi itu pun terbatas. Biasanya saya mix. Agar mereka berusaha dahulu,” tuturnya.
Tantangan lain saat melakukan full english learning dialami Mia, guru kelas 3. Menurutnya, siswa kelas awal biasanya belum terlalu bisa mengendalikan diri. Perlu usaha lebih untuk mengkondisikan kelas saat mood siswa sedang tidak baik. “Misal ketika berinteraksi dengan Bahasa Inggris tapi mereka sedang tidak mood, saya motivasi dengan menggunakan kupon yang nantinya bisa ditukar dengan hadiah,” ujar Mia.
Uniknya, kisah Mia, terkadang dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, para siswa kesulitan memahami istilah. Di saat itulah Mia harus menjelaskan dengan istilah Bahasa Inggris yang siswa mengerti. “Terkadang harus merancang kata dulu, agar anak-anak bisa memahami maksud saya,” tandasnya. (mg1/imm)